Jumat, 23 Oktober 2020

SYEKH SITI JENAR - (96)

 

Syekh Siti Jenar yang sebenarnya adalah Prabu Satmaka. Ia adalah seorang tokoh kontraversial, yang keberadaannya sering kali dihubungkan derngan perjuangan para Wali Sanga (wali sembilan ) dalam menegakkan prinsip-prinsip ajaran Islam di pulau Jawa.

Sebagian ahli sejarah mengatakan, bahwa Syekh Siti Jenar itu termasuk Wali Sanga yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa, hanya karena ia  dianggap berbahaya disebabkan  mengajarkan ilmu mistik yang sangat menyesatkan  masyarakat awam/luas, maka ia dikeluarkan dari keanggotaan para wali. Ilmu mistik yang diajarkan Syekh Siti Jenar dianggap sangat menyimpang dari ketentuan yang ada dalam agama Islam, serta sangat bertentangan dengan syariat agama Islam, sehingga ia tidak diperkenankan lagi mengajarkan ajarannya kepada para muridnya. Bahkan berhubung mistik yang diajarkannya kepada masyarakat luas dinilai sangat berbahaya bagi kelangsungan  keberadaan ajaran Islam, akhirnya oleh para wali, ia dijatuhi hukuman mati. Ini merupakan jalan terakhir yang ditempuh para wali, setelah jalan lunak berupa peringatan tidak diindahkannya.

Menurut legenda yang hingga saat ini bergema dalam masyarakat Jawa, kata Siti Jenar itu berarti Tanah Merah. Siti artinya tanah, sedangkan Jenar artinya Merah, sehingga di dalam cerita buku-buku babad kemudian terkenal dengan sebutan Syekh Lemah abang atau Syekh Lemah Abrit.

Bebarapa ajaran Syekh Siti Jenar terhadap masyarakat luas, ternyata cukup bebahaya, dan menyesatkan. Apalagi bagi masyarakat yang baru mengenal agama Islam, seperti pengakuannya/pernyataannya, “Syekh Siti Jenar tidak ada, yang ada di sini adalah Tuhan yang Sejati”.

Atas pertimbangan itu para wali segera mengambil keputusan menghukum mati Syekh Siti Jenar, sebagai akibat dari  ajaran-ajarannya yang sangat menyesatkan masyarakat awam. Meski bagi kalangan sufi dan bagi orang yang mencapai derajat sepetinya, bahwa apa yang diajarkan dan dialaminya adalah benar adanya.

Ajaran Syekh Siti Jenar memang mirip dengan ajaran al-Hallaj dari Persia. Seperti halnya Syekh Siti Jenar, al-Hallaj akhirnya menemui ajalnya di tiang gantungan sebagai konsekuensi dari ajarannya yang menyesatkan masyarakat luas. Ajarannya yang paling pokok adalah kesatuan antara Tuhan dengan mahluk yang diciptakan-Nya (Manunggaling Kawula Gusti), atau kepercayaan bahwa semua mahluk ini adalah merupakan bagian dari wujud Tuhan (wihdatul wujud).

Di dalam suatu riwayat dikatakan bahwa di antara mereka yang menjadi murid Syekh Siti Jenar antara lain: Ki Ageng Pengging, Pangeran Panggung, Ki Ageng Tingkir, Ki Lentang, dan lain-lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar