Jumat, 23 Oktober 2020

MUHAMMAD SAMMAN AL-MADANI - (102)

 


Syekh Muhammad Saman Siddiq al-Madani yang lahir pada tahun 1189 M adalah seorang guru tarekat yang ternama di Madinah. Tempat pengajarannya banyak dikunjungi orang-orang Indonesia di antaranya berasal dari Aceh, dan oleh karena itu tarekatnya itu banyak tersiar di Aceh yang  biasa disebut tarekat “Sammaniyah”. Ia meninggal di Madinah dan dimakamkan di pekuburan Baqi’ pada tahun 1720 M.

Syekh Muhammad Samman adalah orang yang sangat berkhidmat, sejak masa kecilnya sampai menjadi mursyid, seorang yang sangat memuliakan akan ibu bapaknya, seorang yang selalu musayhadah dan muraqabah dan tidur tidak berkasur, pada waktu sahur ia bangun sendiri, lalu melakukan ratib, bersembahyang subuh berjamaah dan segala amal ibadah yang lain. Ia selalu menutup-nutupi dan menyembunyikan ilmunya serta amalnya, hingga datanglah perintah dari Rasulullah pada waktu mimpi di tengah tidurnya, agar melahirkan ilmu dan amalnya itu di tengah masyarakat kota Madinah. Maka termasyhurlah ilmu dan amalnya itu, sehingga orang- orang berduyun-duyun datang dari beberapa negari belajar tarekat kepadanya. Tidak kurang banyaknya datang kiriman-kiriman emas dan perak dari raja-raja kepadanya, tetapi emas dan perak itu segera dibagikan kepada fakir miskin, tidaklah ada yang tinggal padanya barang sesen pun. Kepada murid-muridnya, ia mengajarkan cara sembahyang, cara berzikir, cara bersalawat, membaca istighfar, cara menghadapkan sesuatu permohonan kepada Allah. Tidak lupa ia menasehatkan kepada murid-muridnya supaya  beramah tamah kepada fakir miskin. Jika ia seorang guru, berlemah lembutlah kepada muridnya sewaktu embimbingnya naik dari satu martabat kepada martabat yang lebih tinggi. Selanjutnya wasiatnya itu berisi ajaran jangan tamak, jangan mencintai dunia, harus menukarkan akal basyariah dengan akal rabbaniyah, tauhid kepada Allah dalam zat, sifat, dan af’alnya.

Sejarah hidupnya secara lengkap dibukukan dengan judul “Manakib Tuan Syekh Muhammad Samman”, yang ditulis bersama kisah mi’raj nabi Muhammad, dalam huruf Arab, disiarkan dan dibaca di kalangan yang sangat luas di Indonesia. Manqib pendek ini mula-mula  diterbitkan di Bombay, kemudian oleh Sulaiman Mar’i di Surabaya, disebarluaskan ke tengah-tengah masyarakat. Pada akhir tulisan, manaqib tersebut ditutup dengan sebuah do’a dalam bahasa Arab untuk bertawasul kepada Syekh tarekat tersebut.

Memang tarekat ini sangat luas tersiar di Aceh. Mula-mula dalam bentuk tarekat yang bersih dan zikirnya terkenal dengan nama “Rateb Salman”, tetapi lama-kelamaan tarekat ini berubah menjadi suatu kesenian “tari” yang hampir sama sekali tidak ada  hubungannya dengan tarekat. Bahkan kebanyakan ulama Aceh menentang “Rateb Salman” itu, yang dinamakan juga Meusaman atau Seudati, karena merupakan suatu kebudayaan yang dapat menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar