Kamis, 22 Oktober 2020

BILQIS, Ratu dari Kerajaan Saba' - (34)

 

Bilqis adalah seorang ratu yang memerintah negeri Saba’-Yaman yang kisahnya diriwayatkan dalam al-Qur’anul Karim oleh Allah Swt. Ia adalah seorang wanita pilihan seperti yang lain.

Bilqis adalah putri raja Saba’. Ketika ayahnya meninggal, anak pamannya telah merebut kekuasan secara licik. Anak pamannya itu bukanlah seorang yang adil, apalagi shaleh. Sebaliknya, dia adalah seorang yang fasik, yang menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya, juga suka merobek-robek kehormatan wanita-wanita teraniaya (wanita tertindas), baik yang belia ataupun yang janda. Benar-benar dia telah lupa daratan dengan kekuasaannya. Hawa nafsu mulai menguasai pimpinan baru itu. Bahkan terbersit keinginan untuk memperkosa putri pamannya yang telah direbut kekuasaannya itu. Itulah setan yang berkuasa, yang membujuk pimpinan baru tanpa malu mengajukan usul yang tidak sepantasnya kepada putrid paman yang direbut kekuasaannya itu.

Bulqis bukanlah putri yang bodoh, dia sangat cerdas, penuh hikmah. Bahkan al-Qur’an menyebutnya sebagai orang yang berakal prima. Dipenuhinya ajakan itu dengan seribu rencana di kepala. Dia mewajibkan anak pamannya itu datang pada tengah malam. Alasannya, agar tidak diketahui orang perbuatan mereka itu. Padahal, sebenarnya Bilqis akan membunuhnya untuk menyelamatkan negara dan rakyat dari kesewenangan, perbuatannya yang penuh kezaliman dan kedurhakaan itu. Senanglah raja yang murka itu mendengar panggilan gadis yang diinginkannya. Sambil tersenyum dia memaklumi mengapa Bilqis memanggilnya di tengah malam. Penuh kegembiraan karena membayangkan kenikmatan yang akan diperoleh, berangkatlah dia menemui Bilqis di tempat dan waktu yang ditentukan.

Seperti pepatah - mencari kematian sendiri - maka berhasillah usaha Bilqis di malam itu. Matilah si raja nafsu tanpa sempat menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Dan pada pagi hari, setelah peristiwa itu, Bilqis berkata kepada rakyatnya menjelaskan permasalahan. Dia berkata :

“Aku lakukan ini karena aku tidak melihat seorang pria pun yang merasa marah dengan perbuatannya. Kaum pria sama sekali membiarkan kehormatan putrid, , istri, atau saudaranya dirampas olehnya. Aku bunuh dua karena dia telah merampas kerajaan ayahku, dan bahkan akan memperkosa kehormatan putrinya. Sekarang aku tawarkan kepada kalian! “Pilihlah seorang laki-laki yang salih, yang dapt kalian percaya mengurusi urusan kalian sebagai pemimpin.”

Tentu saja seluruh rakyat memilihnya sebagai raja, menggantikan raja zalim yang tidak dapat mereka atasi kezalimannya itu. Mereka mengangkat Bilqis karena berhasil menyelamatkan rakyat dan negara dari kezaliman yang kesewenang-wenang. Bilqis kemudian dinobatkan menjadi raja Saba’, menggantikan kedudukan ayahnya. Dia berjanji untuk selalu melaksanakan hukum dengan seadil-adilnya. Selalu bermusyawarah sebelum menetapkan suatu keputusan. Inilah ahlak mulia Bilqis yang al-Qur’an pun telah menetapkannya.

 





Ratu Bilqis dan Nabi Sulaiman

Sebagai nabi yang diutus untuk menyampaikan risalah Allah Awt, Nabi Sulaiman diberi satu kerajaan yang sangat hebat. Ia bisa menguasai jin dan manusia, sementara burung dan angin termasuk dalam kekuasaannya.

Atas itu semua Nabi Sulaiman menyembah dan sujud, bersyukur atas segala nikmat dan pemberian Allah serta berdoa agar dia dan kaumnya dimasukkan Allah dalam golongan hamba Allah yang bail, dan umat yang masuk surga-Nya. Nabi Sulaiman berkata, “Semua ini adalah karunia Allah atas diriku untuk menguhi, apakah aku dapt bersyukur atau kufur.”

Pada suatu ketika, Nabi Sulaiman ingin, mendirikan sebuah rumah suci di Syam, agar dapat dipergunakan sebagai tempat ibadah menyembah Allah. Tiang-tiang yang tinggi dan besar lalu didirikan, dinding-dinding tembok yang lembang dan agung pun berdiri, tidak lama kemudian rumah suci (Baitul Muqadas) yang dicita-citakan Nabi Sulaiman itupun jadi kenyataanlah, yang sampai sekarang masih ada dan masih tetap bernama Rumah Suci (Baitul Maqdis) atau Darussalam (Yerussalem).

Baru saja Nabi Sulaiman selesai mengerjakan rumah suci itu, dia berangkat meninggalkan tempat itu untuk memenuhi nazarnya sebelum mendirikan rumah suci itu. Nazar (janji) akan mengembara di muka bumi untuk melihat dan mengetahui kebesaran Allah yang menciptakan bumi ini.

Mula-mula Nabi Sulaiman menuju ke tanah Yaman, lalu memasuki daerah San’ak. Di daerah ini dia mengalami kekurangan air. Kemana juga dicarinya, tidak ada air dijumpai. Ke puncak bukit yang tinggi, di bawah jurang yang dalam, kadang-kadang digalinya sumur yang dalam, namun air tidak ditemuinya. Saat hampir menemui jalan buntu untuk mendapatkan air, tiba-tiba terbang melintas di atas kepalanya seekor burung Hud Hud. Burung itu segera dipanggil oleh Sulaiman dan kepada burung itu diperintahkannya untuk mencri tempat yang ada airnya dan menunjukkan jalan kepadanya menuju ke tempat itu. Maka berangkatlah burung Hud Hud untuk mengerjakan perintah Nabi Sulaiman.

Karena burung Hud Hud yang diutus itu lama tidak kembali, Nabi Sulaiman marah dan mengucapkan sumpahnya, akan menghukum burung itu dengan menyembelihnya, bila tidak segera datang dan bila burung itu tidak dapat menerangkan sebab-sebab dari keterlambatannya itu.

”Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat Hud Hud, apakah dia yang termasuk tidak hadir. Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya atau benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang jelas” (Q.S. an-Naml: 20-21).

Baru saja Nabi Sulaiman mengucapkan sumpahnya, burung Hud Hud yang ditunggu-tunggunya itupun datang dengan merendahkan kepala dan menggerak-gerakkan ekornya, tanda minta maaf dan minta ampun kepada Nabi Sulaiman atas keterlambatannya itu.

“Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud Hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya.” (Q.S. an-Naml: 22)

Akhirnya Hud Hud bercerita kepada Nabi Sulaiman : “Saya sudah dapat melihat di tempat yang jauh di sana, sesuatu yang belum pernah engkau ketahui, sebuah tempat yang belum pernah tunduk di bawah kekuasaanmu dan engkau sendiri tak mengetahui tentangnya.”. Kata Hud hud. Lalu ia melanjutkan ceritanya: “Adapun negeri itu bernama Saba’ dan menjadi rajanya adalah seorang perempuan. Ia sangat berkuasa atas rakyatnya serta istananya pun besar sekali. Tetapi saying, penduduk dalam negeri itu rupanya menyembah matahari, bukan menyembah Allah. Saya merasa sedih melihat keadaan mereka yang demikian, tetapi apa dayaku karena penduduk negeri itu kuat-kuat dan besar-besar badannya. Pendapatku, alangkah baiknya bila mereka diperintahkan untuk menyembah Allah, yaitu Allah yang sebenarnya yang mempunyai kerajaan yang Maha Agung dan Maha Besar.”

Sulaiman mendengarkan alasan (kata-kata Hud Hud) itu, wajahnya tidak berubah, kemarahannya tidak terungkap, karena ia sangat tertegun dengan apa yang diberitakan oleh Hud Hud (akan kabar yang dibawanya). Lalu Nabi Sulaiman berkata: “Akan kuselidiki dahulu kabar yang kau bawa ini. Aku ingin mengetahui apakah engkau berkata benar atau bohong. Kalau memang benar apa yang telah kau katakana tadi, inilah sepucuk surat dariku segera kau sampaikan surat ini kepada raja dan bangsa yang telah kau ceritakan itu. Aku akan menunggu kabar jawabannya selekas mungkin!”

Saat itu segera diambilnya dari tangan Nabi Sulaiman, lalu burung itu terbang melayang, menyampaikan surat itu ke alamat yang sudah ditentukan, yaitu raja (ratu) dan rakyat Bilqis di negeri Saba’

“Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan (membawa) suratku, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” (Q.S. an-Naml: 27-28)

Hud hud terbang menyusup ke atas mahligai istana Ratu Bilqis. Dengan melalui sebuah jendela, surat itu dijatuhkannya dalam istana itu tepat di hadapan Ratu Bilqis sendiri, lalu diambil dan dibaca oleh Ratu Bilqis: “Surat ini dari Sulaiman. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Janganlah kamu meninggikan diri terhadapku dan hendaklah kamu mendatangiku dengan menganut agama Islam.”

Baru saja melihat dan membaca surat yang ajaib serta isinya yang mengejutkan itu, Ratu Bilqis segera mengumpulkan semua menteri kerajaan, pembesar-pembesar dan ahli-ahli cerdik pandai, untuk bermusyawarah, guna meminta pertimbangan mereka tentang isi surat yang baru diterimanya itu; apakah akan menyerah dan tunduk kepada apa yang dimaksud oleh raja Sulaiman, atau tidak akan mempedulikan sama sekali isi surat

“Berkata dia (Bilqis): “Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sbelum kamu berada dalam majlisku.”

Mereka serentak berkata: “Kita ini adalah suatu bangsa yang berani dan ahli perang, bukan suatu bangsa yang hanya pandai berunding dan mengalah saja. Kami sudah menetapkan dirimu, ya Bilqis, untuk memutuskan segala sesuatu dan memerintah kami. Tetapkanlah apa yang hendak kau putuskan, kami akan menjalankannya dengan penuh rasa taat dan tunduk kepadamu. Bila engkau perintah ke langit, kami mau terbang, ke laut kami menyelam, ke lurah kami menurun dan ke bukit pun kami akan mendakinya.”

Setelah Bilqis mengetahui tanda-tanda dari para menteri dan pembesar-pembesar yang menghendaki perang itu, segera ia mengemukakan pendapatnya yang bertentangan dengan kehendak mereka; dengan tenang berkata Ratu Bilqis: “Pikiran yang menghendaki perang itu adalah pikiran salah, selama jalan damai belum ditempuh sedapat-dapatnya karena perdamaian lebih baik dari berperang, begitulah menurut pikiran orang waras. Bila tentara telah dapat mengalahkan musuhnya di medan perang, negeri yang dikalahkannya itu pasti mereka rusak dan mereka hancurkan, segala harta kekayaannya mereka rampas, orang-orang yang mulia mereka hinakan, sebaliknya orang-orang hina dimuliakannya. Akhirnya mereka memperbudak lalu menjalankan tangan besi, kalau dapat berabad-abad  lamanya, atau untuk salama-lamanya. Aku,” kata ratu Bilqis selanjutnya, “ingin mengutus sebuah delegasi yang terdiri dari orang-orang yang terhormat dari bangsa kita, untuk menghadap raja Sulaiman dan pula untuk memberikan hadiah yang paling berharga.”

“Mereka menjawab: ‘Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan. Dia berkata: ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.” (Q.S. an-Naml: 33-34).

Tujuan diutusnya suatu delegasi nantinya agar dapat menaklukan hatinya, dan memohon kasuh sayangnya. Maka, bila diterima oleh Sulaiman pemberian itu, ia adalah seorang duniawi yang mungkin diserang. Dan bila ia tolak, maka ia adalah orang agamawi, dan ia harus tunduk kepadanya.

Allah berfirman: “Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadia, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa oleh utusan-utusan itu’” (Q.S. an-Naml: 35).

Kabar ini dituliskan dalam sebuah surat, lalu diserahkan kepada burung Hud Hud itu, untuk disampaikan kepada Sulaiman dan surat Ratu Bilqis pun dibawa burung Hud Hud untuk disampaikan kepada nabi Sulaiman, dan dia memakluminya. Untuk menyambut kedatangan delegasi Bilqis itu, Sulaiman ssegera mengadaan persiapan. Sulaiman ingin memperlihatkan kegagahan dan keluarbiasaan. Lalu dia memanggil semua jin dan diperintahkan untuk mendirikan sebuah istana dari segala macam batu dan perhiasan yang berada di perut bumi dan di dalam laut.

Dalam waktu yang singkat saja, gedung besar, yaitu istana yang terindah yang belum pernah ada tandingannya di muka bumi Allah ini, sekarang menjelma. Dindingnya terbuat dari kaca yang beraneka warna, lantainya dari emas dan perak, serta pasirnya dari intan, berlian dan berbagai batu berharga lainnya. Semua itu dikumpulkan dan didirikan oleh segala jin dengan petunjuk Nabi Sulaiman.

Delegasi yang ditunggu-tunggu itu pun datanglah. Kedatangan mereka disambut dengan hormat dan meriah. Bagaimanapun mereka adalah utusan resmi, yang harus dihormati. Alangkah kaget dan kagumnya mereka melihat kemewahan yang tak dapat dibayangkan dengan kata-kata itu. Dengan rasa malu, mereka menyerahkan hadiah besar yang dianugerahkan ratu Bilqis kepada Raja Sulaiman.

Melihat hadiah itu, Nabi Sulaiman hanya minta maaf dan berkata: “Maaf saja, kuharap agar hadiah ini dikembalikan saja kepada Ratu Bilqis karena diriku telah cukup memperoleh anugerah Allah, baik berupa kekayaan maupun perhiasan, bahkan Allah telah menganugerahkan yang cukup, kekuasaan yang besar dan pangkat kenabian yang mulia, yang belum pernah dipunyai oleh seorang manusiapun di atas dunia ini. Aku tidak membutuhkan emas perak, sekalipun sebesar bumi ini. Kulihat engkau sekalian hanya mengenal hidup yang lahir (nyata) di dunia ini saja dan dengan penghidupan dunia yang begini saja, kamu telah dapat bergembira diri. Kembalilah kamu ke negeri dan rajamu. Katakana kepadanya, bahwa aku tidak memerlukan harta kekayaan, tidak perlu kekuasaan dan segala-galanya, yang perlu agar kamu sekalian tunduk dan menyembah Allah, yang telah menjadikan semuanya ini. Aku harap agar kamu sekalian patuh menjalankan perintah Allah itu, janganlah menyembah selain dari Allah, serta katakana pula kepada mereka bahwa kami akan segera mengirimkan tentara kami, untuk menggempurmu, bila ternyata kamu tidak mau tunduk kepada kebenaran ini dan hanya mempercayai kepada kekuatan tentaramu saja!”

Delegasi itupun segera kembali menemui ratu dan bangsanya, lalu menyampaikan hasil pertemuan dengan Raja Sulaiman itu. Dan mendengar semua itu, Ratu Bilqis berkata: “Tidak ada daya dan usaha lain, kecuali tunduk dan taat menurut ajaran Sulaiman itu, karena dia bukanlah raja yang rakus terhadap harta benda dan bukan juga sebagai raja yang haus kekuasaan.” Ratu Bilqis ingin menemui Sulaiman, serta ia bermaksud akan mengucapkan kalimat iman di hadapan Sulaiman. Ratu itupun berangkatlah diiringi oleh semua pengiring dan pengawalnya. Setelah nabi Sulaiman mengetahui akan keberangkatannya itu, maka beliau berkata kepada semua jin: “Siapakah diantaramu yang sanggup mengambil istana Ratu Bilqis dan membawanya kemari, sebelum Ratu Bilqis sendiri sampai di sini untuk menyatakan Islamnya di hadapanku?”

Seorang prajurit dari bangsa jin maju ke tempat duduk Sulaiman dan mengajukan kesanggupannya untuk mengambilkan tahta kerajaan Saba’, sebelum Sulaiman berdiri dari mejlisnya, padahal Sulaiman duduk di tempat itu sampai waktu dhuhur. Bagi Sulaiman waktu itu agak lama.

Tiba-tiba muncul dan berdiri seorang manusia muslim bernama Asif, yang kepadanya oleh Allah telah dianugerahi pengetahuan yang cukup dan kekuatan gaib, lalu ia berkata kepada Raja Sulaiman: “insya Allah”, saya sanggup mendatangkan mahligai itu kemari dan mahligai itu akan berada di sini, sebelum engkau menggerakkan pelupuk matamu, ya Raja Sulaiman.

“sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah’ maka jadilah ia.” (Q.S. Yasin: 82)

kemudian Sulaiman memerintahkan, sebelum datangnya ratu, agar mengganti dan merubah tanda-tanda pada tahta kerajaan Bilqis. Agar supaya tidak mudah dikenal. Sementara Sulaiman ingin mengetahui kecerdasan ratu itu; apakah kiranya ia mengenali tahta kerajaannya itu atau tidak.

Dalam sekejap mata saja, mahligai ratu itu pun sudah berdiri dengan megahnya di hadapan Nabi Sulaiman. Di situ Nabi Sulaiman lalu bersujud dan bersyukur atas kekuasaan Allah yang telah diperlihatkan kepadanya. Beliau bersujud dan bersyukur kembali berulang-ulang, serta terus-menerus untuk menyembah Allah Yang Maha Bijaksana, Mahabesar dan Mahakuasa itu.

Allah berfirman: “Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.’ Berkatalah orang yang memiliki ilmu dari al-Kitab ‘Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Maka tatkala melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmatNya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (Q.S. an-Naml: 39-40).







Ratu Bilqis beriman kepada Allah

Begitu sang ratu sampai di kerajaan Sulaiman, segera Sulaiman memamerkan tahta kerajaannya, sambil bertanya kepadanya: Kiranya tahta kerajaan itu, menyerupai tahta kerajaannya?Ratu menjawab: Rasa-rasanya itu adalah tahta kerajaanku. Walaupun sang ratu tidak yakin bahwa Sulaiman membawanya dari tempat kerajaannya, karena jauhnya perjalanan, dan sang ratu telah meletakkan penjagaan yang ketat kepadanya.

“Rubahlah baginya singgasananya; maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang tidak mengenal (nya)”. Dan ketika Bilqis datang, ditanyakanlah kepadanya: “Serupa inikah singgasanamu?” Dia menjawab: “Seakan-akan ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami orang-orang yang berserah diri (muslimin)”. (Q.S. an-Naml: 41-42).

Ratu Bilqis jauh dari keimanan, dikarenakan didikan lingkungannya penyembah berhala, maka dari itu ia ragu-ragu masuk Islam. Disamping itu ia sangat cerdik dan bijaksana. Di dalam hal ini kemungkinan rakyatnya memberontak dan akan menurunkannya dari tahta kerajaan.

“Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan ke-Islaman-nya) karena sesungguhnya dia dahulu termasuk orang-orang yang kafir”. (Q.S. an-Naml: 43)

Dalam pada itu Nabi Sulaiman telah memerintahkan pula untuk membangun sebuah mahligai yang terbuat dari kaca yang putih bersih; kemudian Ratu Bilqis dipersilakan masuk. Ratu Bilqis mengira mahligai kaca itu ialah air yang sedang mengalir berombak, lalu dia membukakan betisnya untuk memasukinya, tetapi kemudian ternyata bahwa itu bukanlah air.

Dengan kekhilafannya ini, terbukalah Ratu Bilqis yang selama ini tersesat di dalam gelombang kekayaan dan kekuasaan itu. Dia telah tersesat dan terkhilaf, sebagaimana kekhilafannya terhadap kaca yang dikiranya air. Dia insaf dan terbukalah hijabnya, sehingga dengan kejadian itu, kini dia menyadari akan kesesatannya, karena dia mengira bahwa kekayaan itu dapat membahagiakannya, begitu pula kekuasaan di dunia ini adalah kekuasaannya yang paling besar; baru sekarang dia mengetahui bahwa ada yang mempunyai kekuasaan yang melebihi kekuasaannya.

“Dikatakan padanya: ‘Masuklah ke dalam istana’, Maka tatkala ia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapnya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: ‘Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.’ Berkatalah Bilqis: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. an-Naml: 44).

Dia insaf dan bertobat kepada Allah: “Ya Allah, Tuhanku! Sudah lama saya tersesat sehingga saya tidak mengenal-Mu dan tak pernah menyembah-Mu. Saya sudah tersesat dalam masa yang panjang karena kelobaan saya atas harta kekayaan pemberian-Mu itu, sehingga saya sudah aniaya terhadap diri sendiri dengan melupakan Engkau, ya Allah. Saya kira hanya harta dan kekuasaan itu saja bahagia dan rahmat dari Engkau, rupanya itu sama sekali belum berarti apa-apa, bila dibandingkan dengan rahmat dan nikmat-Mu yang lainnya. Ampunilah saya ini, ya Allah! Sekarang saya insaf dan tobat, saya akan menerima pelajaran Sulaiman dengan menganut agama Islam, yaitu agama Engkau, ya Allah. Saya akan tunduk dan taat kepada-Mu, ya Allah, ampunilah saya, karena Engkau suka memberi ampun dan penerima tobat pula.”

Ini adalah sebuah contoh klasik, seorang perempuan bisa menjadi ratu dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Ia mendapatkan kedudukannya karena kemampuan intelektual dan kebijaksanaannya. Padahal, sebelumnya para penguasa negeri Saba’ selalu mendapatkannya dengan cara kekerasan, militer. Akhirnya Ratu Bilqis menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Sulaiman dan para pembesarnya.

Selain dari itu, menurut riwayat: bahwa ratu Bilqis berkenan diperistri Nabi Sulaiman, dan dia tetap menjadi seorang ratu/kepala pemerintahan di negeri Saba’. Sedangkan rakyatnya, setelah ratunya masuk agama Islam, akhirnya mereka masuk Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar