Jumat, 23 Oktober 2020

SYEKH BURHANUDDIN PARIAMAN, Pengembang Tariqat Sattariyah di Pariaman Sumatera Barat - (67)

 

 

Syekh Burhanuddin bin Pampak yang mempunyai nama kecil Pono, adalah seorang ulama besar tarikat Sattariyah. Lahir di Pariaman, Sumatera Barat 1021 H. dan meninggal dunia di Pariaman 10 shafar 1111H/20 Juni 1704 M. Ayahnya bernama Pampak dari suku Koto, dan ibunya bernama Cukuik dari suku Guci

Pada usia tujuh tahun, Pono bersama orang tuanya merantau ke Sintuk, suatu daerah dekat Lubukalung. Mereka diberi sebidang tanah oleh seorang ninik mamak setempat yang bergelar Datuk Sati. Kemudian Pono merantau ke Tapakis untuk berguru kepada seorang ulama besar, Yahyuddin, yang dikenal sebagai Tuanku Madinah (w.1043 H). Atas anjuran ulama itu, ia kemudian belajar kepada seorang ulama besar Aceh, yaitu Syekh Abdur Rauf Singkel. Ia belajar agama Islam dari tahun 1043 H sampai 1073 H. Sebelum meninggalkan Aceh, Abdur Rauf mengganti nama Pono dengan Burhanuddin, yang artinya “Bukti Agama”. Penggantian dilakukan dalam suatu upacara yang dihadiri oleh teman-teman seperguruan dan dipimpin langsung oleh Abdur Rauf.

Burhanuddin menuju Ulakan dan mendirikan surau di Tanjung Medan. Ia berhasil mengembangkan agama Islam dikalangan masyarakat Sumatera bagian tengah di Ulakan inilah ia mengajarkan paham tirekat saffariyah yang kemudian menjadi pusat tarakat saffariyah untuk Sumatera Barat dan Selatan

Selain itu, Syekh Burhanuddin mendirikan pengajian yang selalu di hadiri oleh para ulama (Tuaku-tuanku) di Paman Siangan Luhak Agam. Diantara ulama-ulama itu yang terkenal adalah Tuanku Koto yang berasal dari Negeri Ampat Angka Luhak Agama. Tempat tinggalnya menjadi pusat pengembangan agama Islam di Luhak Agama dan sekitarnya. Murid-muridnya terkenal taat dalam menyebarkan agama Islam. Salah seorang muridnya yang terkenal adalah Tuanku Imam Bonjol.

Pengaruh Ulakan bagi pengembangan bagi Agama Islam di Minangkabau cukup besar, sehingga dalam tradisi sejarah dikalangan para ulama kota kecil ini sering dianggap sebagai sumber penyebaran Islam pada abad ke-17. Tradisi surau sebagai pusat pengajaran dan pemupukan ilmu keagamaan diawali di kota ini dan dari sini pulalah silsilah atau mata rantai surau-surau terkemuka dimulai di kota ini. Burhanuddin mengembangkan Islam selama 39 tahun. Hingga saat ini setiap bulan Safar banyak peziarah dari Sumatera Barat berkunjung ke Ulakan untuk melakukan suatu upacara yang disebut “basapa gadang” (bersafar besar). Sedangkan setiap bulan selalu ada acara “basapa ketet” (bersafar kecil). Mereka umumnya adalah para pengikut Tarekat Syattariah dan Naksyabandiah. Para peziarah terdiri atas kelompok-kelompok yang masing-masing dipimpin oleh seorang guru. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar