Jumat, 23 Oktober 2020

ASMA' BINTI ABU BAKAR - (116)


Asma’ binti Abu Bakar lahir di Makkah pada tahun 614 H/27 SH.  Di Makkah ini ia tumbuh sebagai seorang wanita yang terpandang, luhur jiwanya, cemerlang pikirannya, kuat kemampuannya, dan juga ikut berhijrah ke Madinah bersama kaum muslimin. Ia diantara wanita yang dini masuk Islam, dan karena perjuangannya membebaskan nabi Muammad dari kejaran kaum musyrikin Quraisy, maka ia mendapat julukan Dzatun Nithaqain

Asma’ binti Abu Bakar lebih tua dari saudaranya seayah, Aisyah Ummul Mukminin kira-kira sepuluh tahun, dan seayah seibu dengan Abdullah bin Abu Bakar. Ia mendapat gelar Dzatun Nithaqain. Sebab pada malam disaat Rasulullah keluar dan bersembunyi di gua bersama ayahnya, Abu Bakar, Asma mengambil roknya lalu membelahnya menjadi dua bagian. Yang satu untuk membungkus bekal Rasulullah, dan satunya lagi sebagai tali geriba (tempat minuman) Rasul. Dzatun- Nithaqain artinya orang yang memiliki dua buah rok. Pada saat menghadapi orang-orang yang menunaikan haji, ia berkata, “Bagaimana bisa kamu menjelek-jelekkan hamba Allah dengan julukan Dzatun-Nithaqoin? Benar, memang aku mempunyai sebuah rok sebagaimana yang layak dipakai oleh seorang wanita, dan satu rok lagi kuper gunakan untuk membungkus makanan Rasulullah.”

Asma’ masuk Islam saat di Makkah setelah tujuh belas orang sebelumnya sudah menyatakan keislamannya. Ia berbaiat kepada Rasulullah dan beriman kepada beliau dengan keimanan yang kokoh.

Asma’ dikawini Zubair bin Awwam, yang tidak mempunyai harta kekayaan, tidak pula budak selain seekor kuda. Ia harus memberi makan kudanya, mengurus segala keperluannya, memberinya air, menggiling tepung, dan membuat adonan. Karena sikap Zubair sangat keras kepadanya, maka ia mengadu kepada ayahnya. Lalu Abu Bakar menjawab, ‘Wahai putriku, bersabarlah! Bila seorang wanita mempunyai suami yang shaleh, lalu suaminya mati lebih dahulu dan ia tidak kawin dengan laki-laki lain, maka mereka akan dipertemukan di dalam surga.”

Dari perkawinan Asma’ dengan Zubair bin Awwam, lahirlah putra-putru mereka. Putra-putri mereka adalah  Abdullah bin Zubair, Urwah bin Zubair, Mundzair bin Zubair, Ashim bin Zubair, Muhajir bin Zubair, Khadijah binti Zubair, Ummul Hasan binti Zubair, dan Aisyah binti Zubair. Putra-putri tersebut dididik oleh Asma’ dengan sebaik-baik didikan, dan memilihara mereka dengan seutama-utamanya, sehingga terbentuk menjadi manusia-manusia yang berani, maju dan sederhana.

Asma’ binti Abu Bakar selama hidupnya tidak hanya sebagai  ibu rumah tangga saja, akan tetapi ia juga sebagai seorang pejuang yang handal. Bersama suaminya, Zubair bin Awwam, ia turut serta bertempur melawan para pasukan Romawi. Asma’ menyeberangi daera peperangan Yarmuk, melawan musuhh-musuh Islam yang akhirnya pertempuran ini dimenangkan pihak muslim. Dan masih banyak peperangan yang diikutinya.  Asma’ juga dikenal sebagai sahabat dari kalangan wanita yang menerima hadits sebanyak lima puluh delapan. Ada yang mengatakan lima puluh enam. Sedang yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari dirinya ada empat hadits begitu pula Muslim.

Asma’ binti Abu Bakar  meninggal dunia setelah beberapa saat anaknya, Abdullah bin Zubair terbunuh di Makkah pada saat bertempur melawan pasukan Daulat Umayah pimpinan Al-Hajjaj bin Yusuf. Ia meninggal dunia pada usia lebih dari seratus tahun, pada bulan Jumadil Awal tahun 73 Hijriyah. Semoga Allah memberi rahmat dan kasih sayang-Nya serta maghfirah-Nya kepada Asma’. Amin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar