Jumat, 23 Oktober 2020

KHADIJAH BINTI KHUWAILID, Istri Nabi Muhammad - (109)

  

Khodijah adalah putri Khuwailid bin Abdul Uzza bin Qushay bin Kilab. Khuwailid meninggal dunia sebelum perang  Fijar. Sepeninggal ayahnya, Khodijah berada  dalam pengawasan pamannya, Amr  bin   Asad.  Khodijah  lahir 15 tahun  sebelum peritiwa Gajah atau 68 tahun sebelum Hijriyaah. Ia lahir  dari  kalangan   keluarga yang  mulia,  jujur dan keluarga seorang  pemimpin.  Di samping itu, ia termasuk seorang terdidik, berakhlak terpuji,  bersifat  teguh  dan  cerdik,  sehingga  kaumnya  memanggilnya "Thahirah"  karena  ia  sangat  menjaga terhadap perilaku  dan  kesopanan   yang mulia.

Ketika memasuki  masa remaja, Khadijah adalah seorang wanita yang mendapat kedudukan tinggi  dalam  masyarakat karena berbudi  dan bernasab  mulia.  Oleh  karena  itu  banyak pemuda-pemuda  yang datang  untuk melamarnya. Ia telah  kawin dengan  suami yang  pertama, Abu  Halah  bin   Zuhrah bin Usaid bin  Abi  Amr bin Tamim at-Tamimi. Perkawinan tersebut  berlangsung lama, lalu  ditinggal meninggal suaminya   dengan  meninggalkan dua orang  putra yaitu Halah dan Hanad. Setelah kematian suaminya,  Khadijah kawin dengan Atiq bin  'Aidz  bin Abdillah Umar  bin Makhzum  Al-Makhzumi, namun  tidak  berlangsung  lama perkawinan   tersebut,  karena  Atiq hanya  menginginkan harta  bendanya, keduanya  bercerai. Semenjak  itu ia tidak kawin- lagi dengan  laki-laki lain. Banyak  pemuda  Quraisy yang ingin melamarnya, sekaligus  menjadikan istri baginya, namun semuanya tidak  berkenan  dihatinya. Ia ingin mendidik anak-anaknya sambil menekuni perdagangannya, sampai akhirnya perdagangannya semakin hari semakin  maju, dan ia  menjadi seorang hartawan terkemuka di Makkah saat itu.

Keistimewaan yang  dimiliki oleh Khodijah adalah  ia seorang  yang  cerdas, menjaga   diri, suci  perilakunya, bermurah hati, dermawan.  Oleh karenanya   nabi Muhammad   memberi  gelar   kepadanya   Khadijah  sebagai penghulu  wanita  pada zamannya, ia termasuk penghuni  surga   dengan kesaksian sang suami. Beliau pernah bersabda :

"Sesungguhnya Allah telah memberi  kabar  gembira  kepadamu dengan rumah  di surga  dari   permata yang  tiada taranya".

      Keistimewaannya lagi adalah Allah telah menitipkan salam  lewat malaikat jibril untuk   Khadijah. Dan apa yang telah dimiliki Khadijah  adalah sudah dipersiapkan oleh  Allah untuk mendapatkan  kedudukan yang agung di dunia ini, menjadi  istri seorang   nabi, nabi yang sangat  dikasihi  Allah dan   dinanti  syafa'atnya  di  hari   Kiamat nanti.

 

Tertarik dengan Kepribadian Pemuda Muhammad 

Sebenarnya, Khadijah sudah lama sekali memendam rasa sukanya terhadap semua laki-laki. Dia hanya ingin membesarkan anak-anaknya dari hasil perkawinan dengan suami pertamanya, dan sekaligus ingin melanjutkan perdagangannya yang semakin hari semakin maju. Namun di sisi lain, dia mendengar kabar adanya seorang pemuda budiman yang tidak ada duanya di Makkah. Pemuda itu adalah Muhammad namanya.  Dan sejak itu, Khadijah mulai merasakan adanya rasa suka lagi kepada laki-laki, dan mendambakan seorang pendamping apalagi jika pemuda Muhammad itulah yang akan menjadi pendampingnya.

Suatu ketika, Khadijah mendapat kesempatan untuk bisa mengetahui lebh jauh tentang pemuda Muhammad, tidak hanya mendengar dari kabar-kabar dari orang lain, yaitu kedatangan Abu Thalib (paman pemuda Muhammad) yang menawarkan kepadanya agar barang dagangannya bersedia dibawa oleh keponakannya,  Muhammad bin Abdullah.  Oleh karena itu, Khadijah langsung menyanggupinya, meski upah yang akan diberikan nanti adalah lebih besar dibanding dengan lainnya.

Sebenarnya ada  satu hal yang  sangat menarik hati  Khadijah terhadap tawaran Abu Tholib, dan saat seperti  inilah yang  lama ditunggunya, yaitu rasa sukanya kepada  pemuda Muhammad,  namun untuk memulainya, dia   sempat mengalami kerepotan,  sekaligus untuk meneliti keadaan pemuda  Muhammad. Oleh karena itu,  ia menyertakan Maisaroh dalam misi ini  untuk  menyelidiki kebenaran tingkah-laku yang sudah lama didengarnya

Semenjak kematian suami  pertama  dan perceraian dengan suaminya yang kedua,  Khadijah lebih mementingkan mengurusi dagangannya dan mendidik anak-anaknya  dari  suami pertama daripada mencari  pendamping  untuk dirinya. Ia sangat  terluka hatinya manakala suami kedua hanya menginginkan  harta bendanya, daripada  menjadi suami yang baik, hingga akhirnya ia memutuskan menyendiri, meskipun banyak sekali pemuda dan  bangsawan yang  melamar dirinya, namun semua ditolaknya.  Setelah  mendengar pemuda Muhammad, dengan prilaku  dan berkepribadian mulia, akhirnya rasa tidak sukanya terhadap laki-laki menjadi sirna  dan menginginkan mencari seorang pendamping   hidupnya. Pemuda itu adalah  Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muttholib, dialah orang  yang telah merubah  pendirian  yang sudah lama di pendamnya.

Setelah genderang kafilah dagang ditabuh,  berangkatlah  pemuda Muhammad  dengan disertai  pembantu  Khadijah, Maisaroh. Perjalanan tersebut melalui wadhil Qura, Madyan  dan Diar Tsamud  serta daerah-daerah yang dulu pernah  dilaluinya, manakala bersama pamanya berdagang menuju  negara Syam. Perjalanan ini mengingatkan kembali kenangan tentang  perjalanan  pertamanya dulu,  sehingga Muhammad menjadi banyak merenung  dan berfikir  akan  sesuatu  yang pernah  dilihat  dan  didengar  sebelumnya. Dengan kejujuran dan kemampuan berjual beli, akhirnya semua barang dagangan yang dibawanya habis terjual, sekaligus memperolah  keuntungan yang lebih banyak  dibanding  dengan  rombongan lainnya. Setelah  tiba waktunya akan  kembali, Muhammad  membeli  barang-barang  yang sekiranya disukai  oleh Khadijah, sebagaimana yang dipesannya

Perjalanan  kembali  rombongan   kafilah dagang   tidak mengalami kesulitan yang berarti, dan tak lama kemudian   rombongan tiba di Makkah.  Begitu   juga  dengan  pemuda Muhammad, sesampai di Makkah, dia langsung mendatangi rumah Khadijah untuk melaporkan. Dengan bahasa yang halus, dia  menuturkan   hal-hal yang  berkaitan dengan  apa yang dikerjakannya  khususnya hasil jual belinya yang memperolah keuntungan. Selain itu juga,  dia  membawakan barang-barang yang   sekiranya  Khadijah  menyukainya. Selesai  melapor,  dia langsung kembali ke rumah  Abu Tholib. Sedang  Khadijah yang sejak tadi sudah menyiapkan segala sesuatu  yang  ingin ditanyakan, ternyata tidak mampu mengucapkan. Ia tidak mengerti, mengapa tidak mampu berkata sedikitpun  kepadanya, dan  baru sadar  ketika  pemuda Muhammad  sudah tidak berada lagi dihadapannya, pulang ke rumahnya.

 

Cerita Maisaroh Tentang Pemuda Muhammad

      Setelah rombongan pulang  ke rumah masing-masing, Maisaroh menghadap  Khadijah, melaporkan penyelidikannya selama mendampingi pemuda Muhammad yang merupakan rugas utamanya.   Dia  bercerita panjang lebar,  terutama  hal-hal aneh  yang  sempat disaksikan  ketika itu, khususnya mengenai diri pemuda Muhammad. Keanehan- keanehan yang disaksikan ini merupakan keanehan  yang belum pernah  dia saksikan sebelumnya, dan bagi siapa saja akan menjadi ragu untuk mempercayainya. Dia sendiri agak   ragu- ragu menceritakan kepada tuannya, takut kalau tuannya, Khadijah  tidak percaya. Namun karena  didesak  terus, akhiirnya dia  bercerita ;  

" Ibu  !, ini   adalah kejadian dihari  pertama,  ketika  saya dan  rombongan meninggalkan Makkah. Kami  semua selama  seharian berjalan   di  tengah padang pasir yang sangat panas membakar. Semua rombongan dalam  keadaan penat dan lelah, oleh  karena itu  ketika  malam datang kami semua istirahat dan bermalam di tempat yang aman dengan  hati penuh gembira.  Kami  semua istirahat  pada  malam itu  untuk mengganti tenaga yang habis setelah seharian berjalan tanpa berhenti, agar supaya besoknya kami semua dapat meneruskan  perjalanan dengan tenaga yang baru. Semua rombongan sudah istirahat, tidak ada  suara lagi ketawa dan  percakapan  yang terdengar, hanya   suara  ringkikan kuda dan  onta serta binatang-binatang  malam saja yang  kadang-kadang  berbunyi’. Lalu Maesarah melanjutkan ceritanya..

“Sebelum berangkat, ibu  memberi  tugas saya   supaya menjaga dan mengurusi pemuda Muhammad,  oleh karena itu  saya telah  menyiapkan segala  keperluan  dan  tempat untuk istirahatnya,  akan tetapi dia  tidak  mau istirahat. Saya  sudah mempersilahkan untuk yang kedua  dan  ketiga  kalinya,  tetap saja tidak mau. Saya lihat, dia  hanya duduk sambil menengadahkan wajahnya ke atas langit, sambil  berdiam  diri terus menerus. Saya  sudah  khawatir sekali atas tenaganya kalau   untuk  malam ini tidak  istirahat.  Karena ibu sudah  memesan untuk menjaganya,  maka saya pun mempersilahkannya  untuk yang kesekian  kalinya, karena perjalanan yang akan  dilalui  masih  panjang. Namun tetap saja dia menengadahkan wajahnya ke atas langit. Seakan-akan  tidak terpengaruh  permohonan saya  tersebut.  Akhirnya saya pun tidak kuasa lagi untuk mempersilahkannya, sebab  setiap kali ingin bertanya  selalu  saya tidak ada  kuasa  untuk mengeluarkan kata-kata. Karena  tak  kuat menahan  kantuk  akhirnya saya memutuskan untuk istirahat. Danm ketika saya hendak istirahat,  secara samar-samar saya mendengar percakapan yang mana tidak nampak siapa yang bercakap tersebut. Namun saya meyakini, bahwa itu adalah  percakan antara Bulan dan Bumi juga  Matahari. Adapun yang dipercakapkan  adalah pemuda  Muhammad yang sedang bertafakur, mengheningkan cipta sambil menengadahkan wajahnya ke atas langit".

Setelah berkata  demikian, Maisaroh berdiam  sebentar sambil  memperhatikan tuan putrinya, kalau-kalau ia tidak suka terhadap apa yang baru saja diucapkan. Akan tetapi  tuannya  diam saja, menunggu perkaan selanjutnya.  Maisaroh pun meneruskan  ceritanya:  "Ibu ! waktu itu, saya mendengar percakapan  dua  suara tanpa wujud, suara yang pertama mengatakan " Saya ingin sekali, seandainya  kuasa  untuk memberikan cahaya saya yang  berseri-seri dan lembut ini menjadi tempat duduk yang lunak dan lembut untuknya (Muhammad).  Saya takut kalau-kalau  menyusahkan dirinya, karena berada di  tanah yang kasar  dan  keras".  Lalu suara yang  kedua menjawab: " memang keadaan  saya  amat kasar  dan  keras, akan tetapi  untuknya (Muhammad) tidak  akan saya  lekukan   kepadanya. Saya amat kasihan  kepadanya, sebab dia adalah calon penghulu segala yang  pernah  berjalan di atas saya sejak  ada,  dan  tolong  sampaikan kepada Matahari agar  tidak mengeluarkan sinarnya yang bisa membakar  kulitnya, terutama pada tengah  hari". Tidak  lama kemudian  saya pun   mendengar  suara yang  ketiga,  menjawab perkataan  kedua: "Tuan-tuan tidak  perlu mencemaskan saya,  karena  Yang  Maha Kuasa  telah menjaga dan melindunginya dari segala sesuatu  yang dapat merepotkannya, dan saya tidak akan menampakkan panasnya sinar saya".

      "Ibu !, akhirnya percakapan itu berhenti, dan saya  masih  melihat pemuda Muhammad tetap seperti biasa, menengadahkan wajahnya ke atas langit. Sedangkan saya sendiri akhirnya tertidur dengan nyenyaknya, baru terbangun ketika fajar menyingsing dari Timur. Saya  semakin   tidak mengerti dan  sekaligus  heran,  bahwa beliau  tetap  bersikap seperti tadi malam.  Ibu !,  saya   ini adalah  orang  bodoh,  tidak pernah membaca  kitab-kitab para ulama, namun  untuk hal ini saya tidak mampu mendustainya. Kejadian yang saya haturkan adalah benar adanya. Kemudian perjalanan diteruskan, seharian suntuk. Ternyata tiada diantara kami semua yang sekuat beliau. Beliaulah  yang  paling kuat tenaganya, paling bersemangat, tidak ada kelihatan  di wajahnya  rasa lelah juga penat.

Kami semua meneruskan perjalanan di bawah terik Matahari yang panas. Semua  menggunakan waktu itu  untuk bersendau gurau, namun lama-kelamaan tiada suara gurauan lagi,  sebab  semuanya  dalam  keadaan lelah dan  payah, seharian   terkena panasnya Matahari. Waktu itu saya ingat apakah  dia juga sama dengan  teman-teman lainnya, dalam keadaan payah  dan  lelah, sebab semalaman tidak istirahat. Kemudian  saya  mendekatinya dengan maksud mendekatkan  onta saya di sampingnya agar supaya dia terhalang dari sengatan Matahari. Namun yang  membuat saya heran dan Takjub  adalah, bahwa di samping kanan kirinya ada dua orang yang berpakaian serba putih dan  rapi dengan menunjukkan  wajahnya yang berseri-seri sambil  membawa  payung, melindunginya dari sengatan  matahari. Sedangkan dirinya tetap tenang, tanpa  bercekap.  Dan  diantara kami  tiada  yang kuat  seperti dirinya.  Tidak ada tanda-tanda capek  sedikit  pun padanya. Selama dalam perjalanan, dua orang itu selalu mengapit dan melindunginya. Waktu saya  bertanya kepada teman- teman, apakah melihat  dua  orang di sebelah kanan-kiri pemuda Muhammad ?. Teman-teman  tidak melihat adanya dua orang yang melindunginya, dan bahkan mereka ada yang  mengatakan bahwa  saya sedang terkena gangguan penghuni  padang  pasir. Begitu juga, ketika menanyakan akan  kekuatan  yang dimiliki  olehnya,  namun teman-teman menjawab sambil mencibir :  mungkin dia baru  saja dalam perjalanan untuk yang pertama  kalinya, sehingga tidak nampak  kelelahan dan kepayahan, nanti  juga akan mengalami kelelahan  akhirnya.   Sungguh aneh,  bahwa ketika malam hampir tiba, ternyata dua orang yang melindungi  sudah tidak nampak lagi “.

"Ibu ! lama saya berfikir, apakah benar saya terganggu fikiran melihat apa yang  saya lihat, oleh karena itu saya  membiarkannya manakala melihat  keanehan-keanehan yang   berkaitan dengan dirinya.  Pada malam itu, dia tidak tidur seperti  hari-hari  pertama,  duduk berdiam  diri sampai malampun  habis, berganti pagi.  Waktu itu  saya telah menduga  pasti dia  akan kecapaian   setelah  dua  malam tidak  istirahat  sekejappun. Alangkah  terkejutnya saya,  bahwa diantara kita orang yang paling kuat adalah pemuda Muhammad. Dia paling  semangat, tidak ada  nampak  wajah tanda kelelahan sedikit pun atau mengantuk. Ternyata  keadaan itu berlangsung sampai malam  ketiga datang. Setelah  dapat  tiga  hari tiga  malam, tidak  tahan untuk  saya ceritakan kepada teman-teman rombongan, tentang  penglihatan dan pemandangan saya. Mereka hanya mentertawakannya. Mereka mengatakan, bahwa saya terkena gangguan syetan padang sahara ini. Saya sadar,  bahwa apa yang mereka  ketahui hanyalah pada kekuatan  tubuhnya,  tidak   pernah  nampak capek. Sedangkan yang ajaib-ajaib belum  pernah  dilihatnya”.

      “Namun  ibu !, yang  lebih ajaib lagi, setiap kali saya akan menanyakan kepadanya, setiap itu juga, saya tidak mampu berkata apa-apa,   terutama  masalah  yang berkaitan dengan keajaiab-keajaiban dirinya. Akan  tetapi masalah  lainnnya saya  bisa menyampaikan. Saya  tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Begitu juga dengan  teman-teman sekafilah, mereka tidak mampu berkata  apa-apa  tentang  Muhammad, terutama yang berkaitan dengan ketahanan  tubuhnya, namun  jika berkaitan dengan masalah-masalah selain itu, mereka dapat  berkata dengan  lancar.  Tidak ada dari  kami yang mampu memandang wajahnya, kalau tidak beliau  yang  memulai. Demikianlah kami  selama dalam  perjalanan  pulang  pergi’ Setelah lama diam, akhirnya Maisarah berkata lagi .

“Ibu !, ketika perjalanan pada siang hari yang panas,   nampak kedua  orang  tersebut melindungi dan menaunginya, dengan wajah yang berseri-seri. Di sana saya melihatnya, bahwa  ternyata kaki keduanya tidak menginjak tanah  berjalan,  juga tidak pakai sepatu atau beralas kaki. Setelah sampai di daerah Bushoro, saya minta izin kepadanya  untuk pergi sebentar, berziara  ke seorang rahib  di sana. Memang sudah menjadi kebiasaan, tiap melewati gerejanya, saya menyempatkan diri singah  sebentar,  sekedar berziarah kepada rahib, sebelum memulai berjualan, sebab saya sangat  tertarik kepadanya  dan  ingin dapat berkahnya, dan sampai sekarang, saya sebagai seorag  penganut agama nasrani. Permintaan saya tersebut dikabulkan, Sedangkan  pemuda Muhammad menunggunya  di luar, bernaung  di bawah sebuah pohon jati, dekat gereja.

Ibu ! tujuan  saya menemui  seorang  rahib Nasrani adalah ingin menanyakan hal-hal yang berkaitan dengannya. Selain itu, saya   sangat takut sebagaimana yang  dikatakan oleh teman-temanku. Harapan saya, kalau benar terkena gangguan,  maka  karena  berkahnyalah semoga bisa  bebas.  Alangkah gembiranya,ketika bertemu dengan sang rahib. Dia menanyaiku tentang siapa yang duduk di bawah kayu,  dekat gerejanya.  Saya sebutkan  nama dan asalnya. Dia bertanya kepada saya,  :

" Adakah merah pada kedua matanya ! tidak pernah  bercerai”.

" Benar " jawabku. Dengan menampakkan wajah berseri-seri, penuh kegembiraan, dia berkata kepadaku " dialah calon nabi ummat  ini, karena tidak ada yang duduk di bawah  pohon jati itu melainkan seorang nabi”. Saya sempat ketawa, saat  Nastur berkata demikian, apa susahnya duduk di bawah pohon jati, dan siapa saja bisa duduk di bawahnya, kenapa harus dikatakan  sebagai seorang nabi. "Wahai  bapak !", kata saya " kenapa engkau  berkata demikian, apa sulitnya orang lain duduk di  bawah pohon tersebut".

Nastur hanya tersenyum, mendengar  perkataan saya, lalu  dia berkata    "Tahun yang lalu kamu melewati gerejaku ini, apakah engkau  ingat  melihat pohon  jati ?". Jawabku "mana  saya  tahu  pohon jati kan banyak sekali", lalu dia berkata lagi, "baiklah, jika demikian coba kamu mengingat  tadi pagi pada waktu  kamu  mulai sampai di sini,  apakah engkau melihat ada  pohon jati di situ  ?". Saya menjawab, "  tidak tahu,  yang saya  ingat, waktu  hendak  masuk saya mohon   permisi  kepadanya, dan  dia  mengizinkan.  Lantas saya  sudah melihat ada pohon kayu tersebut,sebab dia  bernaung di bawahnya". Nastur berkata:  "Baiklah,  sekarang kamu pergi berdagang, dan jika ada waktu luang, kamu  kemari. Jika pohon tersebut tidak ada, berarti saya pembohong". Kemudian saya pergi berdagang bersama pemuda Muhammad.

Ibu !, akhirnya kami meninggalkan Nastur di depan gerejanya dan berjual beli. Dalam hati, ingin  rasanya menanyakan segala sesuatu kepadanya yang berkaitan dengan dirinya, namun setiap kali hendak ditanyakan  selalu tidak  kuasa dan jika yang dibicarakan tersebut masalah dagangan bisa   dengan lancar,  sampai akhirnya jual  beli selesai dengan  membawa keuntungan besar. Di tengah- tengah jual beli itu, saya teringat  apa yang pernah dikatakan oleh  rahib Nastur, yaitu  tentang pohon jati yang berada di depan gereja, maka saya pun meninggalkannya dan pergi ke gereja. Ketika di  depan gereja, saya tidak menemukan pohon jati itu, dan andaikata di tebang, tentunya ada bekas tebangannya, namun untuk kali ini tidak ada bekas tebangannya. Saya hanya diam, apalagi di  depan  gereja sang Nastur hanya tersenyum-senyum, lalu  saya putuskan untuk  kembali menemuinya. Sesampai di sana, saya melihatnya sedang bercakap-cakap dengan dua orang pendeta. Saya sendiri melewati ketiganya , seakan-akan tidak mengetahu apa yang dipercakapkan. Tidak lama kemudian, salah  seorang dari pendeta  mendatangiku  dan berkata, " Demi  Allah  !  inilah calon nabi  yang didapati kabar  dari rahib-rahib   kami  di dalam kitab."

"Ibu! demikian perdagangan kami dengan membawa keuntungan  yang besar,  seperti  apa yang  sudah  ibu  terima laporannya. Lalu kami pun kembali dengan hati yang tenang  dan tentram.  Meskipun dalam  perjalanan tersebut banyak menemukan keajaiaban-keajaiban, akan tetapi semuanya  tidak  menjadikanku gelisah lagi. Fikiran saya menjadi  terang, saya yakin, bahwa  saya  tidak terkena gangguan syetan padang  pasir”.

Maisaroh menyudahi pelaporannya  yang amat luar biasa  kepada tuan putrinya,  Khodijah. Ia  telah mendengar semua laporan tersebut  dengan  penuh perhatian.  Semuanya  ia terima  dengan  keyakinan  sepenuhnya,  tanpa adanya keraguan pada  dirinya. Kemudian ia menyuruh Maisaroh, agar memanggil  Warakah bin Nufail untuk datang ke tempatnya. Akhirnya Maisarah pergi ke rumah Warakah dan menyampaikan pesan tuannya, Khadijah.

Warakah bin Naufail datang ke rumah  Khodijah dengan menyiapkan beberapa jawaban, teradap Khodijah. Di  hadapannya, Warakah bin Nufail berkata, " ketahuilah hai  Khodijah,  bahwa peristiwa  yang   engkau saksikan adalah benar adanya, itu semua sebagai bagian dari rahasia tentang dirinya dalam persiapannya  sebagai calon seorang utusan, yang mana   tidak semua orang bisa  menyaksikannya , kecuali sekehendak Allah. Meskipun saya  tidak  pernah menyaksikannya,  namun saya tetap mempercayaainya, sebab semuanya   sering   saya dengar, baik dari para pendeta yang saya temui maupun melalui kitab-kitab  yang saya baca.  Dan perlu kamu ketahui, bahwa sudah  banyak pendata yang menyelidiki tanda-tanda  akan munculnya calon  seorang nabi di tanah Arab ini".

Warokoh menyudahi kunjungannya sambil mendorong   Khodijah,  untuk meneruskan  keinginannya menjadi istri  pemuda Muhammad, tidak perlu cemas dan ragu, pasti ia akan  menjadi seorang wanita Quraisy yang paling bahagia,  jika berhasil menjadi istrinya. Kemudian Warokoh  kembali ke rumahnya dengan  meninggalkan Khodijah yang masih merenungi dan menghayati semua perkataan Warokoh.

 

Khadijah Menikah dengan pemuda Muhammad

Semenjak  peristiwa perjalanan ke Syam  dan adanya  beberapa keterangan yang berkaitan  dengan masalah pemuda Muhammad,  maka Khodijah  sering  merenung dan berfikir terutama tentang diri pemuda Muhammad. Dalam hatinya  sering bertanya- tanya, apakah  kiranya Al-Amin  berkenan memperistrinya, padahal ia telah berusia 40  tahun, sedang  pemuda Muhammad baru berumur 25 tahun. Berkat takdir  Allah, keinginan dan cita-citanya terwujud,  menjadi Istri pemuda Muhammad dan satu persatu putera-putrinya lahir sampai 6 orang.

Perkawinan  Khodijah dengan pemuda Muhammad bermula dari kesuksesannya dalam  mengurus  hartanya. Selama itu, Khodijah sering mendengar kabar  akan keberhasilan dan kejujuran serta kemuliaan sifat-sifat pemuda Muhammad, maka  ia ingin  mengetahui kebenaran  khabar  tersebut.  Dan terbukalah kesempatan tersebut. Sepulang  dari Syam, Khodijah menjadi tahu siapa pemuda Muhammad. Semakin tahu ketika Maisaroh bercerita banyak tentangnya.

 Selama beberapa hari, Khodijah sering  merenung dan kebingungan serta keheranan menyerangnya. Tiba-tiba  datang  Nafisah binti Munyah.  Keduanya saling bercerita tentang dirinya. Nafisah mengerti, bahwa temannya, Khodijah sedang mempunyai masalah yang cukup berat dan Nafisah ingin sekaligus mengetahuinya. Jika mampu, akan  berusaha  memecahkannya.  Percakapan itu  diakhiri dengan  permohonan dari Khodijah, kiranya sudi menolongnya. Nafisah menyanggupi, lalu berangkat ke rumah pemuda Muhammad untuk menyampaikan keinginan sahabatnya. Kata Nafisah : " hai Muhammad, apa yang menjadi  penghalang  engkau beristri ?". Muhammad menjawab,  " aku tidak  punya apa-apa sebagai persiapan untuk menikah". Nafisah tersenyum, kemudian berkata :" kalau itu semua disediakan dan yang melamar wanita cantik,  berharta, terhormat  dan memenuhi syarat, apakah engkau menerimanya ?", tanya  nabi : " siapakah wanita itu ?", Nafisah menjawab, " ia adalah Khodijah binti Khuwailid". Muammad   berkata lagi, " bagaimana saya  mendaptkan dia ?", sambil memperlihatkan  ketidakmungkinannya, sebab dia tahu,  sudah  banyak laki-laki Quraisy yang  kaya dan berada serta bangsawan menginginkan menjadi suaminya, namun di tolaknya". "Itu tanggungjawabku", kata Nafisah, "kalau demikian, saya menerimanya". Kata  Muhammad.

Setelah  Muhammad bersedia, lalu Nafisah memberitahu Khodijah atas kesediaan pemuda Muhammad.  Wajah Khodijah berseri-seri dan berdebar  jantunganya. Dalam kegembiraannya, Khodijah membagi-bagikan pemberian kepada orang-orang fakir, sebagai rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang besar  dan kebahagiaan yang melimpah. Lalu Khodijah  menyuruh Nafisah untuk memberitahu paman  Muhammad, Abu Tholib, Abbas dan paman-paman yang lain.  Sekaligus  menentukan rencana berikutnya. Tak lama  kemudian Abu  Tholib datang ke rumah  Khodijah untuk melamarnya.

Khodijah sendiri, menyampaikan  rencananya  kepada pamannya, Amr bin Asad,  sebagai walinya. Pada mulanya Amr bin Asad merasa berat, menerimanya, karena calon laki-lakinya  orang yang tidak berpunya,  akan tetapi  Khodijah  berhasil menyakinkannya, di samping  itu, semua ini bukan hak dari pamannya dalam memaksa Khodijah. Setelah waktu pelaksanaan sudah  dekat, berangkatlah pemuda Muhammad dengan disertai paman-pamannya menuju  kerumah  Khodijah, menemui keluarga Khodijah yang sudah lama menunggu  kedatangannya.

Kemudian perkawinan  tersebut berlangsung dengan sederhana dan penuh hikmat. Sebagai wali Khodijah adalah Amr bin Asad, sedangkan pemuda Muhammad dengan diantar paman-pamannya menyerahkan segala sesuatunya  kepada keluarga perempuan.  Pada perkawinan tesebut Abu Tholib sebagai orang pertama  yang menyampaikan kata sambutan, sebagai mana berikut ini  :

Aritnya "  Segala puji bagi Allah  yang telah menjadikan kita dari  keturunan  Ibrahim dan Ismail dan menjadikan kita  sebagai pemelihara rumahnya  (Baitullah),  pemimpin tanah Haram yang menjadikan untuk  kita rumah tercinta dan tanah  Haram yang aman dan sentosa, menjadikan  kita untuk hakim manusia, kemudian  putera  saudaraku ini, Muhammad   bin Abdillah  termasuk pemuda  yang  jarang bandingannya, baik mengenai kemuliaannya, kebangsawanannya, keutamaannya  dan kecerdasannya, walaupun sedikit hartanya, sesungguhnya   harta  itu adalah sesuatu yang  hilang dan pinjaman yang dikembalikan.  Muhammad  menaruh kecintaan kepada siti Khodijah dan sebaliknya juga. Sekarang Muhammad datang untuk menikahi  siti  Khodijah dengan mas  kawin 20 ekor  onta  betina."

Sebagai balasan pidato Abu Tholib adalah dari pihak keluarga Khodijah disampaikan oleh  saudara misan  Khodijah, Warokoh  bin Naufail, seorang ahli agama Masehi: " Al-Hamdulillah yang menjadikan kita semua sebagaimana  yang anda  ucapkan tadi dan yang telah mangaruniai kami seperti  yang  anda   sebutkan.  Kami ini  adalah orang-orang  Arab terkemuka dan para pemimpin mereka, kalian pun berhak   mempereroleh   kemuliaan seperti ini. Tidak seorangpun dari kami,  kerabat yang telah mengingkari keutamaan kalian, dan tidak ada pula yang menyangkal kehormatan serta kemuliaan kalian. Kami sungguh ingin  menyambung tali persaudaraan dengan kalian. Karena itu hendaklah  kalian saksikan, hai  para pemuka Quraisy. Bahwa pada saat  ini, aku nikahkan  Khodijah binti Khuwailid dengan pemuda  Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib, dengan mahar seperti  yang telah disebutkan.     Abu Tholib berkata, :" Aku lebih senang lagi kalau pamannya Khodijah turut  serta menyatakan seperti ini" Amr bin Asad menjawab,  "Saksikanlah hai pemuka Quraisy,  bahwa aku menikahkan Muhammad bin Abdullah dengan Khodijah bin Khuwailid". Semua  hadirin telah  menyaksikan  kesaksian tersebut.

Setelah akad nikah,  Muhammad menyembelih  2 onta sebagai jamuan makan untuk sebagian kerabat,  tamu dan kaum Quraisy. Dengan perkawinan itu, Allah telah  melimpahkan kegembiraan kepada keduanya. Begitu juga dengan Abu Tholib, ia merasa bersyukur kepada Allah atas nikmat yang  dilimpahkan kepada keponakannya, pemuda Muhammad.

 

Kehidupan Rumah Tangga di Mulai

       Dengan 20 onta sebagai mahar perkawinannya dengan Khodijah, maka Muhammad pindah  ke rumah  Khodijah dalam menempuh  hidup baru, hidup sebagai suami istri  dan ibu bapak saling mencintai. Dalam perkawinan tersebut, keduanya dikaruniai beberapa putera-putri, 2 putra dan 4 orang putri. Mereka itu  adalah  Al-Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqoyah, Ummu  Kulsum dan Fatimah Az-Zahro.

  Khodijah  adalah istri teladan yang patut  dijadikan contoh bagi seluruh umat  manusia seluruhnya,  ikhlas dalam menunaikan terhadap suaminya dan menerima keadaan suaminya. Kesetiaan  dan keikhlasan tersebut  ditujukan mana kala  nabi mendapat cemoohan dari kaumnya. Ia betindak sebagai  pelindung dan penolongnya  dalam menunaikan  tugas-tugas sebagai rasulullah. Ia adalah orang yang mengakui kenabian nabi  Muhammad  di saat orang lain mendustakannya. Ia  juga orang yang telah banyak membantu   dengan kekayaannya di saat orang lain belum membantunya. Ia  juga orang yang telah melahirkan putra-putri  dari perkawinan keduanya.

Sangat besar jasa  Khodijah kepada suaminya, Muhammad sampai tiada  orang wanita yang berjasa selain Khodijah. Pernah juga nabi menampakkan ketidak senangannya   ketika dikatakan oleh salah seorang istri , bahwa  Khodijah  adalah seorang wanita tua bangka. kemudian nabi menjawab dengan nada tinggi, "Allah tidak menggantikan untukku selain Khodijah" Ia seorang wanita yang pertama kali, di saat orang lain  masih  berbuat kufur. Ia seorang perempuan yang pertama kali mengakui nubuwwatku di saat orang lain mendustakanku. Ia seorang perempuan yang melindungiku di saat orang-orang mengolok-olokku. Ia seorang perempuan yang  mengeluarkan harta benda di  saat orang lain menutupku.  Ia seorang perempuan yang telah melahirkan anak-anakku  di mana aku tidak pernah memperoleh anak dari perempuan lain".

Kehidupan  Khadijah dengan  Muhammad  sebagai suami-istri berlangsung  dengan kehidupan yang penuh kedamaian  sampai meninggalnya   dalam usia 65  tahun, yang  ketika itu Rasulullah masih  berusia 50 tahun. Pada waktu hidup  berumah tangga tersebut tidak pernah terbayang pada diri Rasulullah,  ingin kawin lagi dengan wanita-wanita lain selain   Khodijah. Padahal, umumnya orang seusia Rasulullah, umurnya  25 tahun  sampai 40 tahun masih kuat berselerah untuk kawin dengan wanita lain, atau  mungkin punya selir. Apalagi Khodijah pada saat itu  sudah berumur. Di sinilah letak rahasia keutamaan   nabi Muhammad di dalam masalah  perkawinannya, meskipun di sana- sini banyak sekali orang yang menuduh akan perilaku beliau dikemudian hari sebagai orang yang syahwani. Namun   semua  tuduhan tersebut tidak dapat diterima dengan akal yang sehat, sebab beliau  sendiri menunjukkannya kepada orang-orang dalam kehidupannya dengan  Khodijah .

 

Putera-puteri  Khadijah dengan Nabi Muhammad

Khodijah bersuamikan nabi Muhammad dan hidup penuh dengan ketentraman, akan tetapi   maghlighai  rumah tangga tersebut  kurang  lengkap kalau tanpa dikaruniai seorang putera-putrei, sebab dengan hadirnya mereka dalam rumah, suasana rumah tangga akan menjadi gembira dan bahagia  serta akan menghilangkan rasa bosan. Senyum  mereka akan melupakan kesusahan seorang  ibu dan  akan menghilangkan rasa capai seorang ayah.

Dari perkawinan yang bahagia tersebut,  Khodijah  hamil. Khabar  kehamilannya telah tersebar keseluruh penjuru  Makkah dan keluarga bani Hasyim. Ia menantikan kelahiran  putranya tersebut. Berkat pertolongan Allah,  maka  lahir  puterinya yang pertama yang  diberi nama  Zainab, lalu nabi Muhammad menyembelih onta  satu sebagai rasa syukur kepada   Allah atas keselamatannya  dan  keselamatan istrinya. Setahun kemudian lahir lagi putri yang kedua yaitu  Ruqoyah, lalu yang  ketiga  Ummu Kulsum, lalu yang keempat adalah Fatimah Az-Zahro. Setelah  kelahiran putri-putrinya yang cantik-cantik tersebut,  siti  Khodijah hamil lagi, dan  dalam  menunggu kelahiran itu, nabi dan Khodijah selalu berdo'a semoga  Allah memberinya  putra laki-laki, dan  permohonan tersebut dikabulkan oleh Allah. Tidak lama kemudian, lahir  puteranya yaitu Al-Qosim dan Abdillah. Ia merasa bahagia sekali, karena telah menunaikan tugasnya sebagai seorang wanita yang melahirkan putera-putrinya;  empat perempuan dan dua  laki-laki, meskipun kedua putera  telah meninggal dunia sebelum dewasa.

 

Mendampingi Nabi Muhammad dalam Dakwah Islamiyah

Sebagi istri yang shalih, Khadijah sangat berperan dalam kehidupannya bersama suaminya (Nabi Muhammad), terutama sekali pada saat sang suami diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Dia banyak memberi saran, dukungan dan hiburan kepada sang suami. Hal tersebut dapat dilihat ketika sang suami diangkat menjadi menjadi Nabi dan Rasul.  

Tepatnya malam  Senin, tanggal 17 ramadhan (tanggal 6 Agustus 610 M), bersamaan umurnya menginjak  40  tahun di saat Nabi Muhammad sedang tidur, datang Maliakat Jibril as.  Dia  datang dengan membawa sehelai lembaran sambil berkata "Berbahagialah engkau, hai  Muhammad, aku  adalah Jibril dan engkau adalah rasul Allah kepada umat manusia.  Bacalah isi lembaran ini".  Rasulllah  sangat terkejut melihat malaikat Jibril yang tiba-tiba berada  di depannya  sambil memerintahkan membaca, padahal  tidak bisa membaca. Oleh karena itu, beliau hanya bisa menjawab,"Saya  tidak bisa membaca”. Malaikat  mengulangi  perkataannya terdahulu.   Beliau juga menjawab seperti jawaban  pertama, "Saya  tidak bisa  membaca". Sampai yang ketiga kalinya, beliau berkata, "Apa yang harus saya baca ". jawab malaikat Jibril :

Artinya :   "Bacalah   dengan  (menyebut)  nama Tuhanmu  yang  menciptakan.  Dia telah menciptakan  manusia dari segumpal darah.  Bacalah  dan  Tuhanmulah   Yang paling Pemurah, yang mengajar  manusia  menullis. Dia mengajarkan kepada  manusia  apa yang tidak  diketahuinya".

Dengan pertolongan Allah, nabi Muhammad dapat membaca  seperti apa yang dibaca oleh malaikat Jibril tersebut.   Dan  kata-kata tersebut langsung terpatri di  dalam lubuk hati beliau, setelah  malaikat Jibril hilang  dari penglihatannya.

Kejadian turunnya wahyu tersebut membuat perubahan pada diri nabi Muhammad, dalam  menatap perjalanan hidupnya dan sekaligus sebagai pengalaman. Beliau belum pernah  merasa takut terhadap sesuatu di siang dan malam. Akan tetapi untuk peristiwa ini, beliau benar-benar dibuat takut yang luar  biasa. Beliau untuk yang  pertama kali melihat malaikat yang wajahnya belum pernah dilihatnya sepanjang hidup. Apalagi dia dengan keras memeluknya sampai-sampai merasa sulit bernafas. Siapa yang tidak bergetar perasaannya, ketika didatangi mahkluk yang belum pernah dilihatnya dan membawa wahyu dari Allah, Tuhan Yang Maha Agung. Apalagi orang lain, yang tidak biasa, pasti mereka akan mengalami kegoncangan yang lebih besar daripada yang dialaminya.

Kemudian Rasulullah kembali ke rumah dengan bergetaran atas peristiwa tersebut. Beliau lalu masuk ke rumah seraya berkata kepada   Khodijah binti Khuwailid, "Selimuti aku", "Selimuti aku" . Lalu  Khodijah menyelimutinya dan tidak lama kemudian, keadaan beliau menjadi tenang. Setelah tenang, beliau menceritakan semuanya kepada istrinya, dengan nada yang masih mengandung kecemasan. Sebagai istri yang baik,  Khadijah dengan mantap berkata :                      

" Sungguh , Allah tidak memperhinakan engkau selamanya. Sesungguhnya engkau berbaik kepada sanak famili, engkau telah menanggung orang yang lemah, engkau selalu memberi, engkau selalu memuliakan tamu,engkau membela terhadap hal-hal  yang haq. Maka Allah tidak akan menguasakan syetan dan dugaan-dugaan yang keliru terhadap engkau.  Allah telah memilih  engkau sebagai utusan-Nya untuk memberi petunjuk kaummu".

Kata-kata hiburan  Khadijah tersebut membuat tenang jiwa nabi. Dipandangilah istrinya dengan mata penuh terima kasih dan rasa kasih. Sekujur tubuhnya terasa letih  sekali, perlu tidur sesaat. Beliau pun tidur dengan nyenyaknya.

      Setelah dilihat suaminya tidur nyenyak, tenang sekali, lalu   Khadijah keluar dengan fikiran yang masih tertuju pada orang yang tidur, orang yang pernah menggetarkan dan menggoyangkan hatinya, nabi Muhammad. Ia sadar, bahwa orang yang sedang tidur tersebut adalah seorang suami yang akan menjadi nabi dan Rasul atas ummat manusia  yang sedang dalam kesesatan. Ia mengingat-ingat kembali perkataan dan cerita suaminya, dengan  didatangi oleh malaikat yang berwajah cerah, berdiri diangkasa dan menyampaikan wahyu dari Tuhan. Ia juga masih ingat, bagaimana suaminya bercerit tentang malaikat yang selalu terlihat kemanapu wajahnya dipalingkan. Mata hatinya terpesona mengingat cerita tersebut. Terkadang terkembang  senyum dibibirnya, karena akan harapan, dan menjadi kusut mukanya juga was-was, karena takut akan nasib yang akan menimpa diri suaminya kelak.

Dalam kesendiriannya, di ruangan yang sunyi senyap, dengan dibayangi antara harapan yang manis dan kecemasan  akan kejadian yang baru saja dialami suaminya.  Sedangkan dirinya hanya sepotong-potong mengetahui masalah tersebut. Maka melayang suatu tekad untuk mencari kejelasan yang pasti kepada orang yang ahli dalam masalah ini. Dan secara kebetulan,  ia mempunyai saudara yang berpengalaman  dalam masalah  tersebut. Tidak lama menunggu, ia pergi ke rumah saudaranya, Waraqah bin Nafail. Di sana, Khodijah menceritakan semua kejadian yang telah dialami suaminya dengan rasa kasih dan sayang penuh harap akan keterangan dari Waraqah. Waraqah tercenung sesaat atas keterangan yang disampaikan  Khodijah, lalu dia berkata,  "Maha Kudus Ia, Maha  Kudus. Seperti yang pernah  diterima nabi Musa. Sungguh dia adalah nabi ummat ini. Oleh karena itu, katakan padanya, supaya tetap tabah. Dan besok ajak dia kemari, saya ingin mendengarnya secara langsung". Lalu Khadijah pulang.

Ketika  sampai di rumah, Khadijah melihat suaminya  masih tidur. Sekali lagi, dipandangilah suaminya dengan rasa kasih sayang dan penuh ihklas. Tidak lama kemudian, nabi pun bangun dengan membawa kehidupan rohani yang kuat, suatu kehidupan yang dahsyat dan mempesona. Dengan mengemban tugas-tugas yang harus disampaikan kepada ummatnya yang sedang kesasar dan sesat, sehingga memperoleh hasil yang cemerlang. Kemudian  Khodijah bercerita, bagaimana saudara sepupunya, Waraqah bin Nufail meminta supaya  berkenan  menemuinya. Lalu suaminya diajak ke rumah Waraqah. Kedatangan suaminya tersebut sangat mengharukan Waraqah. Orang tua  yang  buta ini meminta kepadanya supaaya menceritakan  semua  kejadian  yang dialami ketika sedang  berada di gua Hira. nabi menceritakan semua pengalamannya sampai selesai. Setelah itu  Waraqah berkata, "Itu adalah An-Namus (malaikat Jibril) yang pernah datang kepada nabi Musa. Aku sayangkan dalam nubuatmu ini, (andaikata) aku masih pemuda tangguh, ketika kaummu mengeluarkanmu dari tanah airmu dimana kamu dibesarkan disana, karena permusuhan dan kebencian mereka kepadamu, yakni saat-saat mengajak mereka untuk  merubah  keyakinan yang mereka terima dari nenek moyang mereka"

Perkataan  Waraqah  tersebut  membuat  Rasulullah heran dan  terkejut. Selama ini, dirinya selalu berbuat baik, mempunyai ahklak atau prilaku yang baik, bahkan dirinya  mendapatkan  gelar dari kaumnya Al-Amin (orang yang terpecaya). Oleh karena itu, beliau bertanya : "Apakah mungkin mereka (kaumku) akan mengusir aku .?.  Waraqah menjawab dengan tegas, " Demi Allah, setiap orang yang diangkat jadi  nabi seperti kamu, pasti  dia akan dimusuhi dan diperangi oleh kaumnya. Jika aku pada waktu kamu dimusuhi masih hidup, pasti kamu akan aku bela sekuatnya".

Waraqah mendekati nabi dan mencium ubun-ubunnya. Nabi pun merasakan adanya kebenaran dari ucapan Waraqah, merasakan juga begitu beratnya beban yang menjadi tangungjawabnya, yaitu mengajak orang Quraiys supaya beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.

Demikian itulah peran Khadijah pada saat suaminya menerima wahyu Allah dan sekaligus meresmikannya sebagai salah seorang Nabi dan Rasul. Kemudian tidak lama berselang, turun surat Al-Muddasir yang berisi tentang anjuran mengajak kaumnya beribadah kepada Allah, dengan disertai ancaman azab Allah, maka mulailah nabi mengajak kaumnya dan meninggalkan penyembahan  berhala-berhala. Oleh karena penyembahan itu hanya untuk mengejar popuraritas dan gengsi semata, maka tidak heran apabila mereka menolak ajakan nabi dikemudian hari, khawatir direbut kekuasaannya.

Setelah Islam,  Khodijah banyak membantu dan memberikan pertolongannya  pada diri nabi  dalam menyebarkan agama Islam di tanah Arab. Beliaulah  yang dijadikan nabi sebagai tempat bernaung  dan  tumpahan kasih sayang, terutama disaat- saat  Kaum Quraisy sedang gencar-gencarnya melancarkan permusuhannya terhadapnya. Pertolongannya terutama dalam hal harta benda. Berkat jasa Khadijah, Rasulullah pernah memberi kabar gembira kepadanya, bahwa keduanya akan bertemu kembali nanti di surga.  Dan atas jasa-jasanya pula, Allah telah memberi salam  lewat malaikat Jibril.

  Khadijah Meninggal Dunia.

Diusianya yang mencapai 65 tahun itu, Khadijah Binti Khuwailid merasakan  tanda-tanda kematian  akan menjemputnya. Dengan diawali sakit selama beberapa bulan, sehingga  mengharuskan berbaring ditempat  tidur, hingga ajal menjemputnya. Dia ditunggui oleh nabi beserta ketiga puterinya, Zainab, Ummu Khulsum dan Fatimah. Sebelum meninggal, beliau sempat melihat suaminya, rasulullah SAW dengan pandangan  yang terakhir. Di sana beliau dapat merasakan suatu hal  yang menyusahkan nabi, yaitu tiada mempunyai harapan lagi. Namun  Rasulullah SAW telah memberi khabar gembira kepadanya untuk bertemu kembali dengannya disurga kelak, sambil membaca  surat Al-Hadid,  ayat  27 :

Artinya, "Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan)  ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah, diberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan  Allah mempunyai karunia yang besar".

      Khadijah meninggal  dunia  kurang  lebih  3 tahun  sebelum hijrah. Tepatnya pada bulan Desember  akhir  tahun 619 M. dengan meninggalkan  kenang-kenangan yang mendalam  disisi  suaminya tercinta, sehingga nabi sering  terbayang dipelupuk mata meskipun sudah  beristrikan yang lain, termasuk siti Aisyah yang cantik dan cerdas. Namun kecintaannya terhadap Khadijah tetap terbawa dalam kehidupannya. Jika nabi Muhammad terkenang pada Khadijah,  maka beliau sering menyebutnya. Seperti ketika sedang menyembelih seekor kambing, beliau berkata :" Berilah orang-orang  yang  dicintai Khadijah ". Dalam kesempatakan lain, nabi pernah menggaris-garis di bumi, lalu berkata,  "Tahukah kalian semua apa maksudnya ?". Jawab  para sahabat, "Hanya Allah dan rasul-Nya  yang  tahu". Nabi menjelaskan, "Sebaik-baik wanita di dunia ini ada 4 (empat) :  Maryam, puteri Imron; Asiah, putri Muzahim, istri  Fir'aun; Khadijah Binti Khuwailid dan Fatimah  Binti Muhammad"

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar