Jumat, 23 Oktober 2020

MA’RUF AL-KARKHI - (101)

 

Ma’ruf bin al-Faizan Abu Mahfudz al-Abid yang terkenal dengan al-Karkhi, adalah seorang ulama dan tokoh sufi terkemuka, juga terkenal sebagai penganut tarekat Naqsabandiyah, serta guru besar dari Sari As-Saqathi.  Tidak diketahui secara pasti kapan ia dilahirkan. Yang jelas ia dibesarkan di Baghdad dan mengikuti pendidikan di sana, dan meninggal dunia pada tahun 201 H/815 M.

Ma’ruf al-Karkhi  terkenal sebagai tokoh sufi terkemuka di Bagdad. ia mula-mula belajar kepada seorang ulama ahli fiqh, kemudian memperdalam ilmu Tasawuf kepada  beberapa tokoh sufi, diantaranya Dawud at-Tha’i. Ia hidup sebagai seorang zahid, banyak bergaul dengan sufi, dan sering mengadakan perjalanan jauh dalam rangka menuntut Ilmu hingga ia terkenal di berbagai negeri. Ia pun banyak dikunjungi orang bahkan ada yang datang karena ia bermimpi di perintah seseorang untuk berkunjung kepadanya.

Ma’ruf Al-Karkhi mengajarkan tasawuf sebagai suatu jalan mengambil semua hakikat dan putus asa terhadap semua yang ada ditangan mahluk”. Maksudnya adalah seseorang harus mengamalkan hukum syara’ secara lahir dan batin,  sekalipun dalam keadaan zuhud terhadap dunia dan seluruh.  Dengan kata lain, bagi Ma’ruf al-Karkhi, tasawuf,  di satu sisi, ditegakkan  di atas dasar zuhud terhadap dunia, dan pada sisi lain,  selalu memperhatikan  kepada hakikat tanpa mengabaikan syariat lahir.

Tasawuf dalam pandangan al-Karkhi merupakan pelaksanaan amal secara intensif.  Sebab amal perbuatan itulah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dia  mengatakan bahwa,  “Bila Allah menghendaki seseorang menjadi hamba yang baik maka dibukakan kepadanya pintu amal dan menutupnya pintu kemalasan”. Menurut al-Karkhi “Dalam amal terhimpun hikmah yang tertuju semata kepada Allah, diikuti dengan kesibukan dzikir, dan berangkat menuju kepada-Nya”. Dalam  kesempatan lain Al-Karkhi mengatakan, bawa menginginkan surga dengan tidak dibarengi oleh amal shalih merpakan dosa di antara dosa. Mengharapkan syafa’at tanpa adanya sebab, merupakan sebagian dari tipu daya. Sementara mengharapkan rahmat tanpa dibarengi dengan melakukan ketaatan adalah suatu kebodohan.

Menurut al-Karkhi, ada tiga ciri kesalehan seseorang, pertama selalu memperkuat iman, kedua ikhlas dan berdzikir, serta yang ketiga adalah memberi tanpa diminta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar