Jumat, 23 Oktober 2020

Sahabat Nabi, ABU DARDA’ R.A. - (43)

 


Abu Darda’ Uwaimin bin Malik adalah seorang sahabat budiman, pemikir yang luar biasa, Ulama al-Qur’an, perawi hadis dan hakim di Damaskus. Ia berasal dari suku besar Khajraj al-Anshari, tanpa diketahui tahun kelahirannya.

Sebelum Islam, Abu Darda’ adalah salah seorang saudagar sukses di Madinah. Sepanjang hidupnya hanya untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dari hasil perniagaannya, dan ternyata ia sukses besar, tentunya keuntungan-keuntungan itu untuk memenuhi semua keinginannya.

Setelah datang agama Islam di Madinah, Abu Darda’  bersama keluarganya menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah. Semula ia bercita-cita ingin meraih antara perdagangan dan Ibadah, namun setelah dirasakan dan ajaran-ajaran dari Rasulullah, akhirnya ia mengedepankan ibadahnya dari pada perdagangannya, meski ia tetap menjadi saudagar yang hasilnya sebagai wasilah menuju ibadah kepada Allah. Dari pengalaman inilah, ia menyadari sepenuhnya arti penting beribadah. Dan di kemudian hari, pengalaman-pengalaman itu disampaikan kepada kaum muslimin agar tidak melupakan Allah hanya gara-gara harta benda. Sebab harta benda itu hanya titipan. Dan sebab inilah yang menjadikan negeri-negeri yang besar seperti Persia, Yunani dan Syiria dengan mudah dikuasai kaum muslimin,  karena mereka kehilangan pegangan ruhani yang benar.

Begitu juga ketika Abu Darda’  menjadi hakim di Damaskus pada masa khalifah Utsman bin Affan, ia menjadi tonggak penegak yang mengingatkan orang akan jalan yang ditempuh Rasulullah dalam hidupnya, Zuhudnya, dan jalan hidup para pelopor Islam yang pertama dari golongan Syuhada’ dan Shiddiqin. Hal ini dilakukannya, karena bisa jadi kaum muslimin terlena dengan kemakmuran hidup di dunia. Oleh karena itu, ia tidak jenuh-jenuh mengingatkan kaum musliminn secara bijaksana sesuai dengan kondisi dan keadaan mereka.

Selain terkenal sebagai orang yang arif, bijaksana dan banyak memberi hikmah kepada kaum muslimin, Abu Darda’  juga dikenal sebagai ulama Al-Qur’an  dan perawi hadis. Oleh karena itu, ia sangat mendorong kepada siapa saja untuk belajar, karena orang berilmulah yang akan mendapat kedudukan utama baik di sisi manusia maupun disi Allah SWT.

Demikian itulah riwayat Abu Darda’ yang meninggal dunia pada tahun 32 H./525 M., sebagai sahabat yang mempunyai pancaran ruh Islami, dan selalu memberi hikmah dan peringatan terhadap masyarakat, agar berbuat kebajikan di dunia dan beribadah kepada Allah. Ia seorang budiman yang zuhud, ahli ibadah dan selalu menundukkan kembali hendak bertemu dengan Tuhannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar