Jumat, 23 Oktober 2020

ABU HASAN AL-HUJWIRI - (83)

 

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Utsman bin Ali al-Ghaznawi al-Jullabi al-Hujwiri. Lahir di desa Hujwir termasuk kawasan Ghaznah Afghanistan pada bagian akhir abad 4 Hijriyah (abad 10 Masehi) dan wafat di Lahore Pakistan sekitar tahun 456 H/1073 M. Ia dikenal sebagai tokoh sufi terkemuka di Afghanistan dan Pakistan.

Pendidikan dasar Abu Hasan diterima dari orang tuanya sewaktu di Ghaza, Afghanistan, hingga dapat menyelesaikan pendidikannya pada tingkat menengah. Lalu ia belajar tasawuf di bawah bimbingan Abul Fadhl Muhammad bin al-Hasan al-Khattali dan Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad al-Asyqani. Ia juga menerima pelajaran dari Abu al-Qasim al-Jurjani dan Khwaja Muzaffar. Ia juga menyebutkan beberapa ulama yang pernah dijumpai dan diajak berdiskusi selama dalam penelitian tasawufnya.

Dalam rangka menuntut ilmu dan pengumpulan data dalam kajian tasawufnya, Abu Hasan harus banyak mengembara dan hal ini dilakukannya berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain, antara lain ia mengunjungi Azirbaijan, ziarah ke kubur Abu Yazid di Bisthami, Damaskus, Ramalah, Baitul Jin di Syria,Thus, Uzkand, ziarah ke kubur Abu Sa’id bin Abi al-Khair di Mihna, Marwi, Jabal Buttam  di Timur Samarkand. Dan terakhir dalam kehidupannya  menetap di Lahore sampai meninggal dunia pada sekitar tahun 456 H/1073.

Keberadaan Abu Hasan di Lahore memiliki arti jihad melalui dakwah Islam yang ia lakukan dengan penuh risiko. Masyarakat India pada umumnya beragama Hindu dianggapnya sebagai lapangan dakwah yang ditegakkan. Disamping itu, ia merasa berkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan orang-orang Islam sendiri melalui pengajian-pengajian dan dakwah yang diberikannya.

Selain berdakwah dan hidup dalam alam tasawuf, Abu Hasan al-Hujwiri menulis beberapa karya tulis, antara lain : Minhaj ad-Din, Bahrul al-Qulub, Asrar al-Khiraq Wa al-Mu’unat, Kitab  Fanau Baqa, Kasyful Mahjub, Kitab al-Bayan Li ahl al-A’yan.

Al-Hujwuri menyumbangkan segenap kemampuan dan pengalamannya untuk ummat Islam agar benar-benar mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang benar. Ajaran Islam yang benar itu adalah terhimpun dalam ilmu-ilmu Tauhid, Fiqh dan Tasawuf dan pengalamannya dalam satu kesatuan yang utuh. Oleh karena itu al-Hujwuri mengingatkan satu ilmu dan merendahkan ilmu-ilmu lainnya.

Menurutnya, seorang sufi yang bagaimanapun tinggin kedudukan kesufiannya, dalam berbagai kewajiban agama dan cara pelaksanaannya tetap saja wajib dilaksanakan sebagaimana yang ditunjukkan Rasulullah dan para sahabatnya. Keterkaitan antara syariat dan hakikat, tidak bisa dikurangi sedikit pun karena antara keduanya saling mengisi dan menyempurnakan. Oleh karena itu dalam tasawuf, dasar-dasar al-Qur’an dan Sunnah Nabi harus benar-benar kuat dan dilaksanakan secara tepat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar