Jumat, 23 Oktober 2020

ABU BAKAR AL-KALABADZI - (98)

 


Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ibnu Abi Ishaq Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ya’kub al-Bukhari al-Kalabadzi. Tanggal dan tempat kelahirannya tidak diketahui, dan ia meninggal dunia di Bukhara pada tahun 380 H/990 M.

Dalam kehidupannya, al-Kalabadzi diketahui sebagai seorang pencinta ilmu, banyak bergaul dengan ulama, dan selalu dekat para sufi. Ia termasuk salah seorang ahli hadis dan ahli fiqih Mazhab Hanafi. Disamping menekuni berbagai ilmu ia juga mencurahkan tenaganya untuk menulis.

Karya al-Kalabadzi yang terkenal adalah Kitab at-Ta’arruf li-Mazhab Ahl at-Tasawwuf (Pengantar ke Arah Mazhab-Mazhab Ahli Tasawuf), berisi 75 fasal yang menjelaskan ajaran-ajaran dan pengalaman-pengalaman rohaniah para sufi. Karya al-Kalabadzi lainnya adalah Bahr al-Fawaid fi Ma’ani al-Akhbar (Lautan Faedah dari Makna-Makna Sunah) yang merupakan uraian 222 hadis pilihan.

Al-Kalabadzi menjadi masyhur karena Kitab at-Ta’arruf. Risalah ini menjadi buku pegangan tentang ajaran-ajaran tasawuf. Atas risalah ini Suhrawardi Maqtul (w. 587 H/1191 M), seorang pelopor filsafat keagamaan dalam Islam, mengatakan: “Kalau bukan karena Kitab at-Ta’arruf kita tidak akan mengenal tasawuf.” Selain itu, kitab ini menampilkan al-Kalabadzi yang mampu menggabungkan sosok tasawuf dengan tauhid.

Dalam pandangan al-Kalabadzi, ilmu tasawuf merupakan ilmu tentang ahwal dan ahwal itu sendiri merupakan hasil dari amal. Benarnya amal membawa kepada amal yang benar. Maka agar amal menguasai ilmu syariat yang berhubungan dengan fiqih baik ibadah maupun muamalah. Bidang ini merupakan ilmu yang dicari dan diusahakan karena erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Kesemuanya ini didasarkan kepada akidah tauhid dan makrifah yang luas yang terhindar dari syubhat, sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah nabi serta ijma’ ulama, sebagaimana yang diajarkan oleh Ahlussunnah.

Penegasan al-Kalabadzi di atas penting sekali demi menjaga agar tetap terpelihara kemurnian akidah dan jangan sampai jatuh ke dalam akidah yang palsu.

Dengan demikian akan jelas kedudukan manusia sebagai hamba dan hubungan antara hamba dengan Tuhan didasarkan semata-mata kepada al-Qur’an, Sunnah Rasulullah dan Ijma’ para salaf al-saleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar