Jumat, 23 Oktober 2020

MUINUDDIN CHISTI - (107)

 

Muinuddin Chisti bin Sayid Ghisanuddin Ahmad adalah salah seorang sufi terkenal dari India. Ia lahir di Sistan, Iran Selatan pada bulan Rajab 1450 H /1142 M. dari pihak ayahnya, ia terhitung seorang keturunan Husain bin Ali, dan dari pihak ibunya juga berasal dari garis Husain bin Ali. Ayahnya, Sayid Ghisanuddin Ahmad, adalah seorang saleh dan sangat terpelajar. Usaha dagangnya lumayan, dan ia memiliki sebidang kebun buah-buahan. Ayahnya berimigrasi ke kota Khurasan dan wafat di Nishapur/Naisabur pada tahun 545 H. Ia mewariskan sebidang kebun dan sebuah kilang tepung. Pada waktu itu, Muinuddin berumur hampir 15 tahun.

Di usia yang masih muda, Muinuddin Chisti berkenalan dan belajar tentang tasawuf kepada tokoh sufi Ibrahim Qandazi. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk merantau mencari pengalaman dan tambahan ilmu pengetahuan agama khususnya tasawuf ke Baghdad. Ia berangkat dengan misi mulia untuk mendirikan kerajaan Tuhan di atas Bumi.

Pada bulan Syawal 560 H, Muinuddin menjadi murid Usman Harun, pengikut Ishaq Ghani Chisthi, pendiri kelompok Chishtia. Sayid Sahid mengabdi gurunya selama 20 tahun, dan memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk berdoa dan bermeditasi. Inilah masa persiapan untuk misi agung di masa depannya.

Setelah itu, Muinuddin minta izin kepada Ishaq Ghani, lalu berangkat ke Mekkah dan Medinah untuk menunaikan ibadah haji. Selesai mengerjakan rukun Islam yang kelima ini, ia pergi ke Sanjar dan bertemu dengan Syekh Najmuddin Kubra, serta tinggal bersamanya selama 2 ½ tahun. Lalu ia menuju Jilan dan  bertemu dengan Abdul Qadir Jailani, pendiri kelompok Qadiria, dan pergi bersamanya ke Baghdad. Di tempat ini ia bertemu dengan Syeikh Zainuddin dan Syihabuddin Suhrawardi (pendiri kelompok Suhrawardia), dua bintang yang terkenal spiritualnya di Baghdad.

Muinuddin melintasi Hamdan dan Tabrez, dan berjumpa dengan tokoh-tokoh seperti Yusuf Hamdani, Abu Said Tabrezi dan Syeikh Mahmud Isfahani. Sewaktu ia tiba di Isfahan. Di tempat itu, ia bertemu Qutbuddin, yang kemudian menjadi pembantu utamanya. Pembantu utama inilah yang menyelesaikan misinya di India setelah ia wafat.

Dari Isfahan, Syeikh Muinuddin menuju Astrabad. Di situ ia berjumpa dengan Syeikh Nasiruddin, tokoh saleh lagi terpelajar di kawasan ini. Setelah Astrabad, ia tiba di Herad, tempat ia menangani dan menginsyafkan Gubernur Yadgar Muhammad, tiran yang menindas rakyat.

Muinuddin tiba di Balkh dari Sabza, dan bertemu dengan ilmuwan Muslim Hakim Ziauddin, yang kemudian menjadi muridnya. Dari situ ia berangkat ke Ghazni.  Sebelumnya, ia bermimpi melihat Nabi, yang merestui dan menyuruh ia pergi ke India. Lalu menuju Lahore (586 H). Di sinilah ia melakukan Chilla (meditasi dan doa) di makam Syeikh Abul Hasan Ali Hujwiri yang terkenal sebagai “Data Ganj Bakhsh”. Setelah Lahore, ia menuju kota Multan, yang pada masa itu menjadi pusat pendidikan Islam di India. Lima tahun menetap di situ, ia mempelajari Sankrit dan Prakrit. Kemudian ia pergi ke Delhi, dan tiba di sana pada tahun 1193 M, lalu pergi ke Ajmer, tempat ia tinggal untuk selama-lamanya dan menjadikannya sebagai  pusat kegiatannya. Ia meninggal dunia pada tahun 1236 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar