Jumat, 23 Oktober 2020

ABU NAWAS - (47)

 


Abu Nuwas al-Hasan bin Hani al-Hakami, yang sering dipanggilkan dengan  Abu Nawas adalah seorang penyair Arab termasyhur pada masa khalifah Harun ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M) dari Dinasti Abbasiyah. Lahir di Ahwas-Iran pada tahun 757 dan meninggal di Bagdad pada tahun 814 M. Ayahnya seorang anggota tentara Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Dinasti Bani Umaiyah di Damaskus. Ibunya Jelleban, adalah seorang wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol (bulu domba).

Ayahnya meninggal dunia ketika Abu Nuwas masih kecil, lantas ia dibawa oleh ibunya merantau ke Basrah. Di sana ia belajar bahasa dan sastra Arab dari dua ahli bahasa Arab yaitu : Abu Zaid dan Abu Ubaidah. Selain itu, ia juga berkesempatan belajar hadis dari Abdul Walid bin Ziyad, Mu’tamir bin Sulaiman, Yahya bin Sa’id al-Qattan dan Azhar bin Sa’d as-Samman dan belajar Al-Qur’an dari Ya’kub al-Hadrami. Seorang penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, sangat kagum dan tertarik dengan bakat kepenyairan Abu Nuwas. Oleh karena itu, Ealibah membawa Abu Nuwas ke Ahwaz dan setelah itu ke Kufah.

Di Kufah ini, Abu Nuwas  belajar kepada penyair Arab terkemuka saat itu, yaitu Khalaf al-Ahmar, yang kemudian menyuruhnya pergi berdiam di pedalaman padang pasir bersama orang-orang Arab Badui agar ia bisa menghayati serta memperhalus pengetahuan bahasa Arabnya selama setahun. Setelah itu ia pindah ke Bagdad dan berkumpul dengan penyair-penyair di kota itu. Ia pun berhubungan dengan beberapa Amir dan menggubah puisi pujian (maadh) bagi mereka.

Berita tentang kepandaian Abu Nuwas dalam puisi sampai ke istana Harus Ar-Rasyid melalui musikus istana, Ishaq al-Mausuli. Oleh karena itu, agar bersedia menjadi penyair istana (syair al-bilat) dengan tugas menggubah puisi pujuan untuk Khalifah. Pada suatu ketika ia melantunkan puisi yang menghina kabilah Arab Mudhar sehingga Khalifah murka kepadanya dan memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada pembesar istana dari keluaga Barmak (Baramikah) yang pada akhirnya dibinasakan oleh Khalifah  pada tahun 187 H/803 M. Sejak hancurnya keluarga Barmak, ia memutuskan untuk pergi ke Mesir dan menggubah puisi sebagai persembahan kepada gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Setelah Harun ar-Rasyid meninggal dunia, ia kembali ke Baghdad dan menjadi penyair istana bagi Khalifah al-Amin.

Pada masa tuanya, Abu Nuwas menjadi penyair sufi yang cenderung meninggalkan kesenangan dunia dan menjalani hidup zuhud (bertapa), selalu beribadah dan mengajarkan puisi kepada kaum muslimin yang memerlukannya. Hal ini dijalaninya  sampai meninggal dunia.

Puisi-puisi gubahan Abu Nawas terdiri atas beberapa tema: pujian (madh), satire (hija’), kehidupan zuhud (zuhdiyah), lelucon dan senda gurau (mujuniyat). Puisi mujuniyat-nya kadang kala melampaui batas kesopanan dan merendahkan ajaran agama sehingga ia dicap sebagai penyair fasik atau zindik. Puisi khumrayat-nya membuatnya dikenal sebagai “penyair khamar” karena ia yang pertama kali mengangkat khamar, minuman haram, sebagai tema puisi. Dalam khumrayat ini ia memberikan kelezatan dan keburukan khamar, tentang buah anggur, pemerasannya dan pengolahannya, serta rasa khamar warna dan buahnya, juga para peminumnya yang mabuk. Ia memperolok hadis yang melarang minum khamar karena menurutnya khamar dapat menenangkan hati yang risau dan gundah, dan dapat bersenang-senang dengan wanita-wanita cantik yang menuangkan khamar ke dalam gelas. Tetapi pada masa menjelang akhir hayatnya, ia menggubah puisi-puisi masa lalunya dengan puisi yang semuanya bertema zuhdiyah. Dalam syairnya tersebut, ia mengungkapkan rasa peyesalan dan tobat atas kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya dibarengi dengan keinginan untuk menjalani hidup zuhud.

Syair-syair Abu Nawas berhasil dihimpunnya dalam Diwan Abi Nuwas dan diterbitkan di Wina (1855); di Greifswarld (1861), cetakan litografi di Cairo (1277 H/1860 M); Beirut (1301 H/1884 M); dicetak di Bombay (1312 H/1894 M); dan Cairo (1898 dan 1932). Puisi itu dihimpun dari tulisan berbentuk manuskrip yang tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, Bodliana, dan Mosul. Penerbitan pertama tahun 1855, yang diedit oleh A. Von Kremer dalam bahasa Jerman dengan judul Diwan des Abu Nowas des grossten lyrichers Dichter der Araber.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar