Jumat, 23 Oktober 2020

HABIB ABDULLAH BIN ALI AL-HADDAD Bangil - (76)

 

Habib Abdullah bin Ali adalah salah seorang ulama keturunan Arab yang turut serta mengmbangkan dakwah islamiyah di Indonesia. Ia terkenal sebagai ulama sufi dan penyair yang berbakat. Lahir di kota Hawi, Tarim Hadramaut pada tanggal 4 Shofar 1261 H/12 Pebruari 1845 M.

Pendidikan Habib Abdullah  sejak kecil hingga dewasa di bawah bimbingan ayahnya. Selain itu, ia belajar kepada para ulama di Hadramaut. Di antara guru-gurunya adalah : Habib Hamid bin Umar Bafaraj, Habib Umar bin Hasan al-Haddad, Habib Muhammad bin Ibrahim Bilfaqih al-Alawy, As-Sayid Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur (pengrang Kitab Bughyat al-Mustarsyidin), Habib Idrus bin Umar al-Habsyi (seorang tokoh sufi terkemuka di Ghurfah), Habib Muhsin bin Alwi Assegaf (yang ketika itu bergelar “Khalifah as-Salaf”), Habib Muhammad bin Syekh Jamalullail.

Di samping itu, Habib Abdullah banyak memperoleh ijazah dan pengakuan dari tokoh-tokoh ulama serta ahli sufi di zamannya, sebagai bukti kemahiran beliau dalam ilmu syariat dan hakikat. Tasawuf di kalangan al-Alawiyyin di Hadramaut tidak terikat pada tarekat tertentu, melainkan bertumpu pada ibadah, dzikrullah, serta rida kepada Allah Azza Wajalla. Habib Abdullah penganut ajaran tasawuf dari Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad yang terkenal, yang disebut Tarekat al-Haddadiyah, sehingga diakui sebagai tokoh sufi terkemuka dan mursyid dari Thariqah al-Haddadiyah al-Alawiyah.

Pada tahun 1281 H, Habib Abdullah  meninggalkan kampung halaman untuk memperluas dan memperdalam ilmunya dengan mendatangi alim ulama yang tersebar di Hadramaut. Di Damun, ia menemui 2 orang maha guru, yaitu : Asy-Syekh Said bin Isa al-Amudi dan Habib Tahir bin Umar al-Haddad. Dan di Gaidun, Habib Abdullah menemui ulama besar yaitu syekh Muhammad bin Abdullah Bahauddin, untuk berkonsultasi tentang berbagai macam peseoalan keagamaan yang sedang dan akan dihadapinya.

Pada tahun 1294 H, Habib Abdullah meneruskan pengembaraannya ke kota Huwairah untuk menemui para alim ulama, di antaranya adalah Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdar (ayah Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdar yang pernah bermukim di Bondowoso dan dimakamkan di Ampel, Surabaya). Kitab yang ditulisnya antara lain al-Maurid al-Abnanazham Asmaullah al-Husna, sebuah rangkuman doa dan asma Allah yang sangat menarik dan mudah dibaca.

Pada tahun 1295 H/1878 M, Habib Abdullah melaksanakan ibadah haji. Di kota Madinah, ia menemui syekh Muhammad bin Abdul Mukti bin Muhammad al-Azab, seorang faqih serta pakar bahasa dan kesusastraan Arab. Dan juga pengarang kitab Maulud al-Azab. Nampaknya keduanya saling mengisi dengan membaca bersama-sama kitab-kitab agama dalam berbagai bidang antara lain nahu, arudh, bayan, dan qawafi.

Pada tahun 1297 H/1879 M, Habib Abdullah berdakwah ke Tanah Melayu. Mula-mula ke Singapore, kemudian menuju ke Johor. Di Johor, ia memperoleh sahabat yaitu Sayid Salim bin Taha al-habsyi dan Sultan Abu Bakar bin Ibrahim, yaitu Sultan Johor saat itu. Waktu peresmian istana Sultan Johor ini datanglah Sultan Ahmad dari negeri Padang yang kemudian mencari dan meminta Habib Abdullah untuk menjadi mufti di negerinya, namun ditolaknya dengan baik dan bersahabat. Habib Abdullah tinggal di Johor lebih kurang 4 tahun dan menikah disini dengan keluarga asy-Syahab namun istrinya wafat tak lama setelah menikah.

Setelah 4 tahun di Johor,  Habib Abdullah meneruskan pengembaraan dakwahnya ke Pulau Jawa, Indonesia. Mula-mula tiba di Betawi yang ketika itu masih di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Tak lama di Betawi, lalu meneruskan perjalanan ke Bogor, Solo dan Surabaya. Ia tidak tertarik tinggal di kota-kota tersebut walaupun diajak penduduk setempat di kota-kota itu.

Pada akhir Syawal 1301 H tibalah Habib Abdullah di kota Bangil, Jawa Timur. Di sinilah ia menemukan tempat tinggal yang cocok untuk menetap dan berdakwah Islam. Kemudian pada tanggal 27 Jumadil Awal 1302 H, ia menikah dengan Syarifah Maryam binti Ali bin Umar Alaydrus.

Di rumahnya sendiri, Habib Abdullah membuka pengajian (rahah) setiap sore hari. Dan setiap Kamis mengadakan majlis taklim di Masjid Kaliayar. Iau juga sangat memperhatikan fakir miskin dan sangat pemurah.

Murid-murid Habib Abdullah banyak sekali, diantaranya ada yang menjadi kyai, antara lain : KH. Mas Jayadi, K. Asyik (Bangil), KH .Muhammad Tahir  (Bungkuk, Singosari), KH. Mustafa (Bangil), KH. Husin (Bangil), KH. Khalil (Bangkalan, Madura), dan lain-lain.

Habib Abdullah bin Ali al-Haddad selain ahli tasawwuf dan dakwah, juga sangat berbakat dalam bidang syair Arab. Kumpulan syairnya dibukukan dalam bentuk diwan (kumpulan syair) yang diberi nama “al-Galaid al-Lisan li Ahl al-Islami wa al-Iman”.

Habib Abdullah meninggal dunia pada hari Jum’at 15 Shofar 1331 H (24 Januari 1913 M.) sesudah melaksanakan sholat Ashar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar