Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Sakhradah. Ia salah seorang
sahabat Nabi Muhammad SAW yang banyak meriwayatkan hadis. Pada masa jahiliyah,
nama panggilannya adalah Abu al-Aswad. Setelah masuk Islam, Nabi Muhammad SAW
mengubah namanya menjadi Abdurrahman dengan nama panggilan Abu Hurairah yang
artinya “Bapak Kucing Kecil”. Ia lahir dan besar di Yaman dari kabilah Azad.
Ayah Abu Hurairah meninggal dunia ketika ia masih kecil. Ia
membantu ibunya mencari nafkah dengan menggembala kambing. Pada tahun
penaklukkan Khaibar (7 H/628 M) ia masuk Islam dan setelah itu ia selalu
mendampingi Nabi SAW dalam setiap kegiatannya. Abu Hurairah bersama 70 orang
sahabat yang miskin tinggal di serambi Masjid Nabawi. Mereka disebut al-Suffah
(orang-orang yang hidup sederhana). Ia dan teman-temannya mendapat makanan
dari Nabi SAW dan sumbangan orang-orang kaya.
Abu Hurairah sangat tekun menghafal Al-Qur’an dan hadis yang
disampaikan oleh Nabi SAW serta Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khatab, Ubay bin
Ka’b, Usamah bin Zaid, Nadrah bin Abi Nadrah, Fadl bin Abbas, Ka’ab al-Ahbar,
dan Aisyah bin Abu Bakar. Ia mengabdi dan menemani Nabi SAW selama empat tahun,
sejak ia masuk Islam sampai Nabi SAW wafat. Oleh karena itu, ia banyak kesempatan
mendengar ucapan dan melihat secara langsung perbuatan beliau.
Kesibukan tiap hari Abu Hurairah, dihabiskan untuk menghafalkan
Al-Qur’an dan Hadis. Selain itu, sepeninggal Nabi saw, ia mengajar di Masjid
Nabawi dan dari mengajar ini ia memperoleh imbalan untuk keperluan hidup
bersama istrinya, Bisrah binti Gazwan.
Selain itu, ia melakukan secara rutin puasa sunah tiga hari setiap awal bulan
Qomariah (bulan Arab dalam penghitungan tahun Hijriyah) dan mengisi malam
harinya dengan membaca Al-Qur’an, menghafal hadis, berdzikir dan salat tahajud.
Ia memiliki kantong dari kain yang diisinya dengan biji korma untuk digunakan
menghitung bacaan dzikirnya. Jika biji-biji dalam kantong itu habis, ia memulai
lagi berdzikir yang dihitung dengan bijia tersebut sekalian memasukkannya
kedalam kantongnya. Sudah menjadi kebiasaan bersama isteri dan putrinya, ia
membagi malam menjadi tiga bagian. Mereka bergilir mempergunakan sepertiga
malam tersebut dengan beribadah, berdzikir, membaca Al-Qur`an dan Hadis.
Ia dan keluarganya tetap menyukai hidup sederhana meskipun pada
akhir hayatnya ia cukup kaya. Ia seorang yang dermawan, senang menjamu tamu,
dan mendermakan rumahnya di Madinah kepada pembantu-pembantunya. Abu Hurairah
juga digambarkan sebagai orang yang suka humor bila bertemu teman-temannya di
pasar. Ia senang bermain dan menghibur anak-anak.
Ketika Usman bin Affan dikepung kaum pemberontak, Abu Hurairah
bersama 700 orang Muhajirin dan Ansor ikut menjaga rumah Usman. Namun Usman
melarangnya untuk memerangi kaum pemberontak. Pada masa Ali bin Abi Thalib, ia
diminta untuk menjadi gubernur di Madinah, namun ditolaknya. Pada pertemuan
antara Ali dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari
fitnah. Setelah Mu’awiyah berkuasa, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur
Madinah hingga meninggal dunia pada tahun 59 H/678 M.
Kelebihan Abu Hurairah dalam menghapal hadis diakui oleh banyak
ulama dan digolongkan sebagai salah seorang dari tujuh sahabat yang banyak
menghapal hadis. Mereka adalah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar bin Khatab, Anas
bin Malik, Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah al-Ansari, dan Abu
Sa’id al-Khudri. Dalam musnad (dalam satu bentuk kitab yang memuat hadis
Nabi SAW) Baqi bin Mukhallad terdapat 5.374 hadis yang berasal dari Abu Hurairah.
Menurut Imam Bukhari, lebih dari 800 orang sahabat dan tabiin menerima hadis
Nabi dari Abu Hurairah.
Hadis dari Abu Hurairah yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim
berjumlah 325 hadis, oleh Bukhari sendiri 93 hadis, dan oleh muslim sendiri
sebanyak 189 hadis. Hadis yang berasal dari Abu Hurairah juga terdapat pada
kitab-kitab hadis lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar