Jumat, 23 Oktober 2020

Sahabat ABU HURAIRAH R.A. - (46)

 


Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Sakhradah. Ia salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang banyak meriwayatkan hadis. Pada masa jahiliyah, nama panggilannya adalah Abu al-Aswad. Setelah masuk Islam, Nabi Muhammad SAW mengubah namanya menjadi Abdurrahman dengan nama panggilan Abu Hurairah yang artinya “Bapak Kucing Kecil”. Ia lahir dan besar di Yaman dari kabilah Azad.

Ayah Abu Hurairah meninggal dunia ketika ia masih kecil. Ia membantu ibunya mencari nafkah dengan menggembala kambing. Pada tahun penaklukkan Khaibar (7 H/628 M) ia masuk Islam dan setelah itu ia selalu mendampingi Nabi SAW dalam setiap kegiatannya. Abu Hurairah bersama 70 orang sahabat yang miskin tinggal di serambi Masjid Nabawi. Mereka disebut al-Suffah (orang-orang yang hidup sederhana). Ia dan teman-temannya mendapat makanan dari Nabi SAW dan sumbangan orang-orang kaya.

Abu Hurairah sangat tekun menghafal Al-Qur’an dan hadis yang disampaikan oleh Nabi SAW serta Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khatab, Ubay bin Ka’b, Usamah bin Zaid, Nadrah bin Abi Nadrah, Fadl bin Abbas, Ka’ab al-Ahbar, dan Aisyah bin Abu Bakar. Ia mengabdi dan menemani Nabi SAW selama empat tahun, sejak ia masuk Islam sampai Nabi SAW wafat. Oleh karena itu, ia banyak kesempatan mendengar ucapan dan melihat secara langsung perbuatan beliau.

Kesibukan tiap hari Abu Hurairah, dihabiskan untuk menghafalkan Al-Qur’an dan Hadis. Selain itu, sepeninggal Nabi saw, ia mengajar di Masjid Nabawi dan dari mengajar ini ia memperoleh imbalan untuk keperluan hidup bersama istrinya, Bisrah binti  Gazwan. Selain itu, ia melakukan secara rutin puasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qomariah (bulan Arab dalam penghitungan tahun Hijriyah) dan mengisi malam harinya dengan membaca Al-Qur’an, menghafal hadis, berdzikir dan salat tahajud. Ia memiliki kantong dari kain yang diisinya dengan biji korma untuk digunakan menghitung bacaan dzikirnya. Jika biji-biji dalam kantong itu habis, ia memulai lagi berdzikir yang dihitung dengan bijia tersebut sekalian memasukkannya kedalam kantongnya. Sudah menjadi kebiasaan bersama isteri dan putrinya, ia membagi malam menjadi tiga bagian. Mereka bergilir mempergunakan sepertiga malam tersebut dengan beribadah, berdzikir, membaca Al-Qur`an dan Hadis.

Ia dan keluarganya tetap menyukai hidup sederhana meskipun pada akhir hayatnya ia cukup kaya. Ia seorang yang dermawan, senang menjamu tamu, dan mendermakan rumahnya di Madinah kepada pembantu-pembantunya. Abu Hurairah juga digambarkan sebagai orang yang suka humor bila bertemu teman-temannya di pasar. Ia senang bermain dan menghibur anak-anak.

Ketika Usman bin Affan dikepung kaum pemberontak, Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Ansor ikut menjaga rumah Usman. Namun Usman melarangnya untuk memerangi kaum pemberontak. Pada masa Ali bin Abi Thalib, ia diminta untuk menjadi gubernur di Madinah, namun ditolaknya. Pada pertemuan antara Ali dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Setelah Mu’awiyah berkuasa, Abu Hurairah diangkat menjadi gubernur Madinah hingga meninggal dunia pada tahun 59 H/678 M.

Kelebihan Abu Hurairah dalam menghapal hadis diakui oleh banyak ulama dan digolongkan sebagai salah seorang dari tujuh sahabat yang banyak menghapal hadis. Mereka adalah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar bin Khatab, Anas bin Malik, Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah al-Ansari, dan Abu Sa’id al-Khudri. Dalam musnad (dalam satu bentuk kitab yang memuat hadis Nabi SAW) Baqi bin Mukhallad terdapat 5.374 hadis yang berasal dari Abu Hurairah. Menurut Imam Bukhari, lebih dari 800 orang sahabat dan tabiin menerima hadis Nabi dari Abu Hurairah.

Hadis dari Abu Hurairah yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim berjumlah 325 hadis, oleh Bukhari sendiri 93 hadis, dan oleh muslim sendiri sebanyak 189 hadis. Hadis yang berasal dari Abu Hurairah juga terdapat pada kitab-kitab hadis lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar