Jumat, 23 Oktober 2020

AISYAH BINTI ABU BAKAR - (110)

 

 

Aisyah adalah salah seorang istri nabi Muhammad tercinta, dan tokoh wanita yang terkenal pada jamannya. Dia sangat cerdas, fasik dan setiap perkataan, juga sebagai wanita salihah yang patut diteladi oleh kaum wanita. Selain itu, dia juga sangat alim dalam ilmu pengetahuan agama dengan dihafalnya hadits-hadits nabi Muhammad. Dia adalah putri Abu Bakar dan Ummu Ruman yang dilahirkan pada tahhun ke sembilan sebelum hijriyah.

 

Perkawinan Aisyah  dengan Nabi Muhammad.

      Perkawinan nabi Muhammad SAW dengan  Aisyah binti Abu Bakar As-Shidiq, merupakan salah satu perkawinan  yang sangat istimewa yang pernah dialami beliau. Sebab perkawinan tersebut berdasarkan perintah Allah secara langsung, bukan kehendak beliau sendiri. Dikemudian hari, Aisyah adalah termasuk istri yang paling disayangi oleh beliau.

Menurut suatu  riwayat,  ketika datang Malaikat Jibril dengan membawa sehelai daun surga. pada daun itu tergambar wajah  Aisyah. Dalam riwayat lain, menyebutkan bahwa Jibril datang dengan membawa kain sutra. Sambil memperlihatkan kain tersebut pada nabi Muhammad SAW, dia berkata, "Muhammad, Allah  telah menikahkan  engkau dengan wanita ini (Aisyah binti Abu Bakar ra). Sesungguhnya  wanita  ini adalah istrimu di dunia dan di akhirat”.  Dan dalam riwayat lain disebutkan, ketika itu malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah, " Muhammad, carilah di dunia ini wanita yang bernama Aisyah, sebab Allah telah menikahkan engkau dengannya ".

Ketika itu nabi Muhammad belum mencurahkan perhatiannya terhadap mimpinya  itu, karena beliau sangat sibuk  dengan tugas-tugas kerasulannya yang lebih penting daripada mimpinya. Tetapi impian itu datang lagi, sehingga menyadarkan beliau,  bahwa ini adalah perintah Allah yang harus dilaksanakannya. Oleh karena  itu, beliau datang  ke rumah sahabatnya, Abu Bakar untuk menanyakan di  mana kira-kira ada wanita yang bernama Aisyah sebagaimana yang diwahyukan Allah. Abu Bakar menjelaskan, bahwa dia adalah putrinya yang masih  di bawah umur, belum pantas untuk beliau. Dan dia berjanji akan menyuruuh putrinya untuk menemui beliau. Jika  pantas, maka merupakan  kebahagiaan tersendiri buat Abu Bakar sekeluarga. Selanjutnya nabi menceritakan akan kedatangan malaikat Jibril yang berulangkali tersebut, sekaligus menikahkan beliau dengan wanita yang bernama Aisyah.

      Sepulang nabi, Abu Bakar mencari Aisyah yang sedang bermain-main dengan boneka. Abu Bakar menyuruh Aisyah ke tempat Rasulullah sambil membawa baki yang berisi kurma terbaik dengan ditutupi kain, dan berkata," Wahai Aisyah, jika kamu sudah sampai dihadapan nabi, katakan kepada beliau," Wahai Rasulullah, inilah yang ada pada  kami, jika pantas bagi tuan, semoga Allah memberkatinya ".

Lalu Aisyah yang baru berumur 9 tahun itu  pergi ke tempat Rasulullah tanpa menanyakan apa-apa kecuali menyampaikan amanat ayahnya.  Ketika itu beliau berkata,  "Ya, atas berkat Allah kita berteman ya Aisyah" sambil  memegang ujung kain Aisyah.  Aisyah menjadi marah melihat apa yang baru saja dilakukan beliau terhadap dirinya. Dan setelah itu dia terus pulang kerumahnya. Dia menceritakan semua kejadian kepada ayahnya.  Kata Abu Bakar " Jangan begitu Aisyah, jangan kamu punya anggapan  buruk  kepada Rasulullah, sebab Allah telah mengawinkan engkau dengan beliau dilangit yang ketujuh, dan aku akan kawinkan  engkau  di bumi ini ". Abu Bakar merasa lega dan teramat senang dengan jawaban nabi tersebut.

Sepulang Aisyah, nabi Muhammad mengutus Khaulah binti Hakim As- Silmiyah supaya melamar Aisyah untuk dirinya. Kemudian  Khaulah pergi ke  rumah  Abu Bakar melaksanakan perintah Rasulullah. Dia  ditemui istri  Abu Bakar, Ummu Ruman. Kepada Ummu Ruman, disampaikannya maksud kedatangannya, yaitu melamar Aisyah untuk diperistri Rasulullah saw. Tidak lama kemudian  datang Abu Bakar yang baru saja mengurus dagangannya. Kembali Khaulah menyampaikan lamaran Rasul tersebut kepada Abu Bakar. Abu Bakar tidak segera menjawab lamaran tersebut, lalu dia berkata," Tunggulah di sini terlebih  dahulu sampai saya datang ". Abu Bakar lantas pergi.

Khaulah heran jawaban Abu Bakar, tapi Ummu Ruman kemudian bercerita mengenai  diri Aisyah  yang pernah diminta oleh Muth'im bin 'Adiy untuk dijadikan  istri anaknya  yang bernama Jubair. Dikala itu Abu Bakar tidak keberatan. Untuk itu, Abu Bakar pergi kerumah Muth'im dan menanyakan masalah tersebut, sebab Abu Bakar adalah orang yang pantang menyalahi janji. Khaulah menjadi  maklum atas problem  Abu Bakar tersebut.

Sedang Muth'im dan istrinya adalah keluarga musyrikin yang telah menolak memeluk agama islam. Keduanya menerima kedatangan Abu  Bakar  dan  mendengar semua penuturannya. Lantas istri Muth'im berkata," Wahai Abu  Bakar, jika anak saya kami nikahkan dengan anak perempuanmu, bisa jadi nantinya anak saya akan Anda selewengkan dan Anda masukkan ke dalam agama Anda sekarang ini ". Fahamlah Abu Bakar bahwa keluarga Muth'im sudah tidak menghendaki lagi anak laki-lakinya menikah dengan anak perempuannya, Aisyah. Maka dengan perasaan lega, Abu Bakar meninggalkan rumah Muth'im. Dia bersyukur kehadirat Allah yang telah melepaskan dirinya dari ikatan  janji dengan keluarga Muth'im.

Setiba di  rumah, Abu Bakar langsung memberi  tahu Khaulah  yang sudah lamaah menunggunya, katanya,  " Baiklah, biarlah Rasulullah menemui kami ". Khaulah pun pamit dan menyampaikan pesan keluarga Abu Bakar tersebut kepada Rasulullah. Beliau segera datang dan membicarakan masalah tersebut  dan dilanjutkan pinangan nabi  untuk Aisyah binti  Abu Bakar As-Shidiq.  

Berselang beberapa  hari, nabi Muhammad  datang ke rumah  Abu Bakar  membicarakan  rencana  perkawinannya. Karena sibuknya kegiatan dakwah Islamiyah, maka  beliau  minta ditunda acara pernikahannya  sampai ada  tanda-tanda kemenangan  dan kemajuan dakwa Islamiyah. Dan perkawinan tersebut baru terlaksana setelah terjadinya hijrah ke Madinah.

 

Peresmian pernikahan antara Nabi Muhammad dengan Aisyah

Perkawinan Nabi Muhammad dengan Aisyah binti Abu Bakar adalah salah satu perkawinan yang sangat istimewa, sebab yang menikahkan secara langsung adalah Allah swt. dan Aisyah masih berumur kurang 9 tahun. Karena nabi masih sibuk dengan dakwah Islamiyah dan Aisyah masih mudah usianya, maka beliau menunda peresmian pernikahannya, sedang Aisyah tetap tinggal bersama kedua orang tuanya. Setelah  5-6 tahun, beliau meresmikannya di Madinah.

Sebagaimana diriwayatkan, suatu hari pada tahun ke 3 H, Abu Bakar sowan kepada nabi Muhammad dengan tujuan mengingatkan kembali rencana semula ketika masih berada di Makkah, yaitu akan menikahi putrinya secara Islami dan memboyong Aisyah sebagai salah satu dari istrinya. Dari itulah beliau baru teringat akan kesepakatan tersebut, karena sibuknya beliau berdakwah. Maka tidak lama kemudian, pernikahan tersebut dilangsungkan secara sederhana dan kekeluargaan.

Pernikahan antara nabi Muhammad dengan Aisyah bukanlah semata-mata karena hawa nafsu, sebagaimana yang banyak dituduhkan orang-orang yang ingin menjatuhkan derajat kenabian beliau, tapi memang kehendak dari Allah SWT, yang pada tujuan akhiirnya yaitu untuk memperkuat barisan Islam, sebab Abu bakar adalah sahabat utama beliau dan merupakan benteng kekuatan Islam. Inilah salah satu cara Allah di dalam memperkuat benteng Islam dengan cara mushaharah.

 

Kejadian  Kabar Bohong

Ketabahan  Aisyah sebagai wanita shalihah ditunjukkannya pada saat ia harus menerima fitnahan yang dilancarkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul, tokoh munafiqin Madinah terkemuka. Bahwa ia diisukan berbuat serong dengan seorang sahabat yang bernama Sofwan bin  Muatthal.

Kejadian tersebut bermula saat pasukan Islam berhenti di suatu tempat pada malam hari untuk istirahat sebentar, melepaskan lelah. Begitu juga dengan Aisyah, ia turun dari tandunya dan menjauh dari rombongan untuk membuang hajat. Seetelah itu, ia kembali ke rombongan,  namun tiba-tiba dia harus kembali lagi ke tempat semula untuk mencari barang  perhiasan yang terjatuh. Setelah lama dicari, akhirnya perhiasan tersebut dapat ditemukannya meski membutuhkan waktu yang cukup lama. Kemudian kembali ke tempat rombongan beristirahat, dan setelah sampai, ternyata tidak ditemukan seorangpun di sana, sebab mereka sudah berangkat. Karena lelah dan ngantuk, akhirnya ia tertidur di jalanan. Baru bangun ketika mendengar suara langkah kaki onta mendekat disertai seorang sahabat yaitu Sufyan bin Muatthal.

Sufyan bin Muatthal adalah salah seorang sahabat yang diberi tugas oleh nabi Muhammad  agar berjalan di belakang pasukan untuk mencari barang-barang yang tertinggal atau terjatuh dari kendaraan pasukan. Begitu juga ketika Sufyan berjalan, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang sedang tertidur, dan ternyata ia adalah Aisyah, istri Rasulullah. Oleh karena itu,  tanpa sedikitpun bicara, dia merundukkan ontanya dan tidak lama kemudian Aisyah pun naik, lalu Sufyan berangkat dengan menuntun onta untuk bisa menyusul dan berkumpul kembali dengan induk pasukan.

Kembalinya Aisyah ke Induk pasukan dengan diantar oleh Sufyan bin Muatthol tersebut menjadikan Abdullah bin Ubay merasa punya bahan untuk berusaha menjatuhkan nabi Muhammad, yaitu dengan mengisukan adanya perselingkuhan antara Aisyah dengan Sofyan bin Muatthol.

Bagi Aisyah, peristiwa tertinggalnya dari rombongan induk pasukan ternyata menjadi isu yang ramai. Akan tetapi, ia sendiri tidak mengetahuinya kalau diperbincangkan penduduk Madinah, sebab sepulangnya dari perang Ghotofan, ia langsung jatuh sakit sampai beberapa hari. Begitu juga ayah-ibunya tidak memberitahukannya, kalau-kalau akan semakin parah sakitnya jika diberitahu.

Nabi Muhammad yang biasa bertemu dengan Aisyah, sejak sakitnya beliau tidak pernah menemuinya, kalau toh menemui, tidak langsung bertemu. Dan setelah beberapa saat, Aisyah mengetahui tentang dirinya yang menjadi perbincangan semua penduduk Madinah. Atas peristiwa tersebut, Aisyah membantah semua tuduhan, baik kepada Ayah-ibu, keluarga dan juga nabi Muhammad. Tapi itu semua sia-sia, terutama nabi Muhammad sangt gelisah jika peristiwa seperti yang tersebar luas benar-benar terjadi.  Oleh karena itu,beliau selalu berdo’a kepada Allah, agar diberi petunjuk atas kasus istrinya tersebut.

Setelah beberapa saat, kemudian Allah menurunkan wahyu-Nya kepada nabi Muhammad surat An-Nur : 11-12. yang memberi khabar akan kebersihan dan kesucian Aisyah. Oleh karena itu, beliau tampak berseri-seri, tersenyum dan memberitahukannya kepada Aisyah berita gembira kebebasan dirinya dari tuduhan-tuduhan. Lalu beliau pergi ke Masjid Nabawi dan mengumumkan turunnya surat An-Nur tersebut, serta mengancam kepada siapa saja yang masih menyebarkan kabar bohong, maka akan menerima cambukan sebanyak 80 kali.  Meskipun, beliau sudah mengancam, akan tetapi masih ada saja yang tetap menyebarkan kabar bohong, dan akhirnya mereka menerima hukuman 80 kali cambukan. Mereka itu adalah Hamnah binti Jahsy, Musthah ibnu Tsabit dan Hisan bin Tsabit.

Demikian itu adalah jarum-jarum tajam kaum munafiq. Mereka menyusup di tengah-tengah umat Islam dengan sikap menampakkan kecintaan sedang dalamnya ingin menghancurkan Islam dimana mereka berada. Mereka selalu mengintai fitnah dan keonaran dan sewaktu kesempatan memungkinkan untuk menjatuhkannya.

Sepeninggal Rasulllah, Aisyah yang merupakan Ummul Mukminin adalah salah seorang yang banyak di datangi oleh para sahabat dan Tabiin. Kedatangan mereka tiada lain kecuali ingin mendengar hadits-hadits dari Aisyah. Selain itu, Aisyah juga banyak memberikan masukan dan saran atas permasalahan-permasalahan yang dialami oleh mereka.

Pada saat terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, dan diangkatnya Ali bin Abi Thalib menjadi penggantinya,  Aisyah waktu itu berada di Makkah. Dia sangat marah atas dua kejadian  tersebut, sehingga timbullah perselisian antara dirinya dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang kemudian terjadi perang antara keduanya. Perang tersebut dalam sejarah Islam dikenal dengan perang JAMAL (perang onta).

Setelah cukup lama hidup, Aisyah sakit keras yang akhirnya meningal dunia dalam usia 66 tahun, pada tanggal 17 Ramadhan tahun 58 Hijriyah di Madinah. Dia berwasiat agar dimakamkan di pemakaman Baqi’ pada malam hari. Banyak sahabat-sahabat tua, seperti Abu Huraira yang menghadiri pemakamannya. Orang yang turun ke liang lahar adalah Abdullah bin Zubair, Urwah bin Zubair, Qasim dan Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakar. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepadanya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar