Jumat, 23 Oktober 2020

UMMU SALAMAH - (112)

 

Ummu Salamah mempunyai nama asli Hindun binti Umayyah binti al-Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzumy (dari suku Quraisy). Dikalangan Bangsa Arab, ayahnya adalah seorang pria yang mempunyai julukan "Zadur-Rakb" (bekal perjalanan), karena selalu menanggung semua biaya perjalanan setiap kali dia mengadakan perjalanan bersama orang lain. Ibunya bernama Atikah binti Amir bin Rabi'ah bin Malik bin Judzaimah bin al-Qomah al-Qurasyi. Kedua  orang tuanya itu termasuk keluarga terkenal, dan kaya. Karena demikian itulah, orang tuanya menikahkan dirinya dengan seorang pemuda kaya raya. Pemuda itu bernama Abu Salamah, yang mempunyai nama asli Abdullah bin Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzumi. Sedang Abu Salamah adalah anak bibi Nabi muhammad, dan juga saudara sesusuan Rasulullah, dari ibu asuh Tsuwaibah al-Aslamiyah. Ummu Salamah juga  merupakan salah saeorang istri Rasulullah.

Julukan Ummu Salamah dan Abu Salamah didapatkan ketika keduanya sedang dalam perjalanan menuju ke Habasyah, Hindun (Ummu Salamah) melahirkan anak laki-laki yang kemudian diberi nama "Salamah"  yang artinya "selamat". Semenjak itu ia dipanggil dengan panggilan Ummu Salamah, sedangkan suaminya dipanggil Abu Salamah. Selain pengalamannya yang pernah hijrah ke Habasyah. Keduanya turut serta mengikuti anjuran Nabi untuk hijrah ke Madinah, namun untuk ini Ummu Salamah harus mengalami penderitaan batin yang luar biasa selama itu, dan baru kemudian dia dapat bertemu lagi dengan keluarganya setelah setahun berpisah dengan mereka (ceritanya ada pada bab terdahulu).

Adapun suaminya, adalah seorang pejuang Islam, yang hidupnya dihabiskan hanya berjihat dijalan Allah. Apa yang dilakukan suaminya tersebut ia dukung dengan sepenuhnya. Abu Salamah sudah beberapa kali ikut perang, sampai akhirnya Rasulullah suatu saat memberi kepercayaan kepada Abu Salamah memimpin satu regu pasukan menuju ke perkampungan bani Asad, dan menemui  ajal sepulangnya, karena luka-luka bekas perang Badar menjadi kambuh dan meninggal. Sebelum meninggal, dia berdoa kepada Allah, agar supaya keluarganya yang ditinggalkan memperoleh kemulyaan dan kebajikan. Apa yang dia inginkan tersebut menjadi kenyataan setelah Rasulullah menikahi Ummu Salamah.

Ummu Salamah dan suaminya, Abu Salamah adalah dua orang sahabat yang sangat berani menampakkan keislamannya di hadapan kaum musyrikin Quraisy yang saat itu sangat menghalangi dakwah Islamiyah yang disampaikan nabi Muhammad. Sebagai konsekwensinya, keduanya sering menerima perlakuan dan aniaya dari orang-orang Makkah. Dan ketika nabi Muhammad menganjurkan, agar kaum muslimin pergi dari Makkah, hijrah ke Habasyah, maka keduanya adalah sahabat yang mengikuti saran tersebut. Lalu bersama sahabat-sahabat lainnya, mereka berangkat secara sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya sampai di Habasyah (Etiopia) dengan selamat. Bahkan di sana kaum muslimin disambut dengan rasa gembira oleh raja Najasyi.

Ummu Salamah diperistri Rasulullah

Konon sebelum menikah dengan Rasulullah, Ummu Salamah pernah dilamar oleh Abu Bakar dan Umar bin Khatab, tetapi ia menolak dengan sopan dan halus. Sampai akhirnya beliau sendiri yang melamarnya dan kemudian menerimanya. Semula ia menolak keinginan beliau, mengingat dirinya yang sudah tidak muda lagi, dan punya 4 anak. Sebagai walinya adalah Salamah, sang putera, tepatnya pada bulan Syawal tahun 4 Hiriyah.

Setelah menikah, Ummu Salamah pindah ke rumah Nabi yang dulu ditempati istri Nabi yang sudah meninggal yaitu Zainab binti Chuzaimah. Semenjak pindah ke rumah yang baru itu, ia merasakan adanya suasana yang ganjil, khususnya yang datang dari istri Nabi lainnya yaitu Aisyah. Aisyah sangat cemburu ketika mendengar bahwa beliau memadu Ummu Salamah, yang cantik parasnya, dan bahkan lebih cantik dari pada Aisyah dan Hafsah binti Umar. Namun akhirnya keadaan itu lama kelamaan manjadi normal.

Selama menjadi istri Rasulullah, Ummu Salamah tidak dikaruniai putera-puteri dari Rasulullah, sampai akhir hayat Rasulullah. Ia mempunyai anak 4 dari suami terdahulu yaitu Salamah, Umar, Zaenab, dan Durrah.

 

Ummu Salamah Hijrah ke Madinah

Dalam satu riwayat diceritakan, ketika Abu Salamah mendengar perintah hijrah,  dia   beserta  istri dan anaknya siap untuk  hijrah. Setelah  semua  perbekalan  dan persiapan sudah lengkap, dia menyuruh  istri dan  anaknya naik  onta.  Dengan perasaan senang, dia menuntun  ontanya  di  malam yang gelap, menuju Madinah. Akan tetapi, belum berapa lama berjalan, muncul   beberapa orang dari Bani  Al- Mughiroh  mencegatnya,  berkatalah  salah  satu  diantara mereka, "Hai Abu Salamah, kamu boleh  meninggalkan kami, tapi untuk  istrimu biarkan  tinggal  di sini, karena ia adalah keluarga besar kami". Mereka dengan  paksa  merampas  tali kekang  onta dari tangan  Abu  Salamah,  lalu membawa  Ummu Salamah dananaknya ke perkampungan Bani Al-Mughiroh. Sedangkan Abu Salamah  hanya mampu menatap kepergian istrinya yang  di bawa. Dia tidak  bisa berbuat banyak  menghadapi kaum  dari keluarga istrinya tersebut. Tapi dia memantapkan  niatnya untuk pergi  ke  Madinah  walaupun dengan  hati  pedih, karena harus berpisah dengan istri  dan anaknya.

Kejadian perampasan Ummu Salamah tersebut didengar oleh kaumnya Abu  Salamah yakni Bani Abdul Asad. Mereka marah mendengan kejadian  tersebut, lalu mereka ramai-ramai datang ke perkampungan Bani Al-Mughiroh,  hendak merebut  anak Abu Salamah. Sesampai di sana, mereka bersumpah tidak akan membiarkan anak Abu Salamah hidup bersama  Bani Al- Mughiroh. Lalu terjadilah perebutan anak Abu Salamah, hingga ahirnya orang-orang Bani Abdul Asad dapat merebutnya dari tangan orang-orang  Bani  Al-Mughiroh untuk  dibawa ke perkampungan Bani Abdul  Asad. Ummu Salamah hanya bisa  menangis sedih, bahwa  untuk yang  kesekian kalinya  harus kehilangan  anaknya. Ia setiap hari menangis  dan menangis, meratapi nasibnya yang malang yang berlangsung kurang lebih 1 tahun lamanya.

Hingga sampai suatu hari, Ummu Salamah  pergi ketanah lapang, dia menangis sepuas-puasnya menumpahkan segala  kerisauan  hatinya karena memikirkan nasibnya yang dipisah- pisahkan dengan anak dan  suaminya tercinta. Di saat itulah, lewat seorang laki-laki, saudara misan Bani Mughiroh. Laki- laki tersebut merasa kasihan melihat keadaannya,  sehingga tanpa diminta, ia mendatangi Bani Al-Mughiroh agar supaya melepaskannya untuk dapat berkumpul kembali dengan suami dan anaknya. Sebenarnya  Bani Al-Mughiroh pun  kasihan kepada Ummu Salamah, namun  karena tidak ada yang berani memulai untuk mengungkapkan perasaannya, akhirnya keadaan  tersebut berlangsung selama satu tahun lamanya. Ketika datang  seorang laki-laki tersebut,  apalagi dia tergolong sesama Bani Al-mughiroh, maka tiada  berepa lama mereka memenuhi permintaan tersebut. Begitu juga dengan kalangan Bani Abul Asad, mereka menyerahkan Salamah kepada ibunya, Ummu Salamah. Segera anak  dan ibunya itu meninggalkan  perkampungan Bani Al-Mughiroh. Dengan naik Onta keduanya pergi menuju Madinah menyusul Abu Salamah. Ketika keduanya sampai ditempat  yang  bernama " Tan'im ", keduanya bertemu dengan Usman Bin Abi Thalhah. Karena tidak tega melihat keadaan ibu  dan anaknya  tersebut, Usman Bin Abi Thalhah dengan suka rela mengawal sampai ke perbatasan Madinah. Sebelum berpisah, dia berkata, "Mungkin di desa Quba' itulah suamimu berada. Oleh karena itu, ke sanalah, semoga kamu bisa  bertemu dengan suamimu". Ummu  Salamah menghaturkan  terima kasih yang tak terhingga kepada  Usman  atas bantuannya untuk mengantar dan  mengawaalnya hingga sampai di Madinah, dimana tinggal sang   suami. Setelah merasa tugasnya telah  selesai,  Usman Bin Abi Thalhah kembali lagi ke Makkah. Sedangkan  Ummu Salamah dan anaknya melanjutkan perjalanan ke arah yang telah ditunjukkan. Dan benar, bahwa Abu Salamah tinggal  di desa itu. Tak  syak lagi, ketiga orang yang  dirundung rindu tersebut, tidak dapat menahan keharuan mereka dalam pertemuan itu. Demikian pula segenap kaum muhajirin dan Anshar yang berada di tempat terebut, mereka merasakan suasana yang haru namun membahagiakan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar