Jumat, 23 Oktober 2020

ABU SULAIMAN AD-DARANI - (69)

 


Nama Abu Sulaiman sebenarnya adalah Abdur Rahman bin Athiyah. Dia dibesarkan disebuah perkampungan di Damaskus, yang bernama “Daran”, sehingga namanya pun dinisbatkan kepada kampung tersebut, yakni Ad-Darany. Dia meninggal pada tahun 215 H.

Abu Sulaiman  dikenal oleh kaum Sufi dan (disebut) penyedap kalbu-kalbu. Dia terkenal dengan kezuhudan dan usaha peniadaan nafsu diri. Dia pernah menyatakan , “ Jika dunia telah menempati nhatinya, maka akhirat akan pergi darinya. Sebaik-baik perbuatan adalah yang berlawanan dengan awa nafsu. Setiap sesuatu ada karatnya, dan karat cahaya hati adalah perut yang kenyang”. Pada kesempatan lain, dia mengatakan, “ Semua yang menyibukkanmu, baik keluarga, harta, maupun anak, sehingga kamu menjadi lupa kepada Allah, maka semua itu adalah sial bagimu”. Dia alim dalam ilmu tentang “waktu” (‘ilm-i waqt) dan penyakit-penyakit jiwa, serta  mengetahui benar jerat-jeratnya yang tersembunyi. Dia berbicara dengan istilah-istilah yang tinggi mengenai praktik ibadah, serta  perlunya hati mengusai dan anggota badan. Dia selalu rela menerima segala cobaan yang sering menimpa dirinya.

Diantara ajaran-ajaran Abu Sulaiman ad-Dani tentang kesufian adalah bilamana seseorang berharap mengusai rasa takut, maka waktu menjadi tak terasa, karena waktu melesterikan keadaan (hal) yang hanya terlestarikan sepanjang orang direnggut rasa takut. Jika di pihak lain, rasa takut mengusai harapan, maka kepercayaan kepada Tauhid hilang, karena rasa takut yang berlebihan terbit dari hilangnya harapan, sementara hilangnya harapan terhadap Tuhan adalah syirik. Karena itu, kepercayaan kepada Tauhid terkandung dalam harapan yang benar, dan “waktu” akan terasa dalam rasa takut yang benar, dan keduanya menjadi maujud bilamana ada kesamaan antara harap dan takut. Kepercayan akan Tauhid menjadikan seseorang beriman (mu’min), sementara menjaga “ waktu” menjadikan seseorang taat(muthi). Harapan sepenuhnya berkaitan dengan kontempalsi (musyahadat) yang didalamnya terdapat keyakinan yang kukuh (i’tiqad), sementara rasa takut sepenuhnya berkaitan dengan penyucian (mujahadat) yang didalamnya terlibat kegelisahaan (idhtirab). 

Diantara ajaran-ajaran sufi Abu Sulaiman lagi adalah,  “Barang siapa yang rela dengan segala sesuatu, berarti dia sudah sampai kepada batas-batas kerelaan. barang siapa yang beriskap wara dalam segala sesuatu, berarti dia sudah sampai kepada batas-batas wara’. dan barang siapa yang melakukan zuhud dalam segala sesuatu, berarti dia sudah sampai kepada batas-batas zuhud. Tidak dapat melakukan zuhud dalam kerakusan dunia, kecuali adalah orang-orang yang sudah diletakkan dalam hatinya cahaya Allah, (sehingga) ia selalu sibuk melakukan urusan akhirat”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar