Jumat, 23 Oktober 2020

Sahabat ABDULLAH BIN UMAR - (85)

 


Abdullah bin Umar bin Khatab dilahirkan di Makah pada tahun 10 H/612 M dan meninggal dunia 73 H/693 M. Ia dikenal sebagai salah seorang sahabat yang terkemuka dalam bidang ilmu dan amal. Ia tampil sebagai seorang terpelajar di Madinah ketika kota tersebut bersama Basra memainkan peranan yang sangat menonjol sebagai kota-kota pusat pemikiran dan intelektualisme Islam setelah masa Nabi Muhammad saw. Ia juga dikenal sebagai tokoh sufi terkemuka.

Ibnu Umar mempelajari segi-segi ajaran Islam, khususnya satu bidang yang selama ini belum memperoleh perhatian yang serius, yaitu tradisi atau hadis Rasulullah saw. Madinah, sebagai tempat tinggalnya, memberinya inspirasi dan kecenderungan alami untuk mendengarkan, mencatat, dan mempertimbangkan dengan sangat kritis semua cerita dan anekdot tentang nabi saw yang dituturkan oleh penduduk Madinah. Oleh karena itu, ia bersama seorang sahabat lainnya, Abdullah bin Abbas menjadi perintis paling awal yang membuka bidang kajian baru, yaitu bidang hadis (tradisi) nabi saw, disamping menghafal al-Qur’an secara sempurna. Sesudah Abu Hurairah, ia adalah orang yang paling banyak meriwayatkan hadis, yaitu 2,630 hadits. Ia menerima hadits dari nabi saw sendiri dan para sahabat, misalnya Umar (ayahnya), Zaid (pamannya), Hafsah (saudarinya), Abu Bakar as-Shadiq, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabah, Ibnu Mas’ud, Abu Mas’ud, Abu Dzar, dan Mu’az bin Jabal. Hadis-hadisnya diriwayatkan oleh para sahabat misalnya Jabir, Ibnu Abbas, dan putra-putranya, dan oleh para tabi’in, misalnya Nafi’ Said bin Musayyab, al-Qamah bin Waqqas al-Lais, Abdur Rahman bin Abi Laila, dan Urwah bin Zubair.

Selama 60 tahun setelah nabi saw meninggal dunia, Ibnu Tumart memberi fatwa dan meriwayatkan hadis, menghafal semua kepada orang-orang yang menghadiri majelis nabi saw perihal tutur dan perbuatannya. Dengan begitu, ia dan Abdullah bin Abbas sering kali dipandang pemula bagi golongan yang kemudian disebut golongan Sunni.

Abdullah bin Umar adalah sosok  muslimin yang amat dermawan. Ia juga seorang yang berhasil dalam usahanya disamping mendapat tunjangan negara. Namun kekayaan dan tunjangan negara tidak menjadikannya lengah sebagai orang kaya, tetapi tetap sebagai orang biasa. Uang yang banyak masuk kepadanya hanya sekedar lewat untuk selanjutnya dibagi-bagikan kepada fakir miskin dan kepada mereka yang membutuhkan.

Kehidupan yang zuhud dan wara’ bersatu dalam kedermawanan dan itulah kebesaran Abdullah bin Umar. Dengan sifat-sifat ini ia menolak berbagi jabatan yang ditawarkan kepadanya, bukan karena tidak mau ikut bertanggunjwab tetapi karena beberapa jabatan yang ditawarkan itu masih banyak orang lain yang lebih mampu dan layak mendudukinya. Sifat-sifat utama itu sekaligus menjadi pendiriannya. Ia berpendirian bahwa persatuan kaum muslimin harus dijaga dengan baik dengan menghindari segala bentuk perpecahan dan pertumpahan darah dan membantu kaum lemah (dhu’afa). Dan demi pendiriannya inilah ia bersifat netral ketika terjadi perselisihan antara Ali dan Muawiyah. Permasalahan yang dirumitkan oleh dengki dan fitnah serta perang sesama muslim amat menyakitkan hatinya. Ibnu Umar meninggal dunia pada tahun 73 H/693 M, dalam usia 80 tahun lebih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar