Jumat, 23 Oktober 2020

Sahabat ABU UBAIDAH BIN JARRAH R.A. - (48)

 


Nama lengkapnya Amir bin Abdullah bin Jarrah bin Hilal bin Dabbah bin Haris bin Fihr al-Quraisy, dan dikenal dengan nama panggilan Abu Ubaidah. Lahir di Makkah pada tahun 40 sebelum hijriyah/584 M. dan meninggal pada tahun 18 H/839 M. Ia dikenal sebagai salah seorang sahabat Rasulullah dan termasuk panglima perang Islam terkemuka. Ia termasuk orang yang paling dahulu masuk Islam dan salah seorang dari sepuluh orang sahabat Nabi SAW yang dijanjikan akan masuk surga.

Abu Ubaidah pernah hijrah ke Habasyah (etiopia) untuk menghindari  penindasan kaum musyrikin Quraisy. Ketika Nabi Muhammad SAW mengizinkan berhijrah ke Madinah, Abu Ubaidah dan kaum muslimin lainnya bersama-sama berhijrah ke Madinah. Di kota ini, ia dipersaudarakan Nabi SAW dengan seorang sahabat Ansar bernama  Sa’ad bin Mu’az; menurut versi lain dengan Salim atau dengan Muhammad bin Maslamah. Ia dikenal jujur dan setia, sehingga Nabi SAW menggelarinya al-Amin atau Amin hazihi al-Ummah (orang kepercayaan umat [Islam]). Beberapa sahabat nabi SAW, seperti Abu Bakar as-Shidiq, Ibnu Mas’ud, Huzaifah, Khalid bin Walid, Anas bin Malik, dan Aisyah meriwayatkan tentang kejujuran dan keaamanahan Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah tidak pernah absen dari peperangan yang diikuti Rasulullah. Dan Ia selalu dekat dengan beliau dalam setiap peperangan. Dalam perang Badar, ia terpaksa berhadapan dengan ayahnya dan bahkan membunuhnya. Tindakannya tersebut dibenarkan oleh al-Qura’n  (Q.S. 58 : 22) yang turun setelah itu. Dan dalam perang Uhud, saat pasukan Islam bercerai berai, Abu Ubaidah tetap bertahan menjaga keselamatan Rasulullah. Ia mendahului Abu Bakar memberi pertolongan pertama kepada beliau yang pipinya tertusuk pecahan baju besi musuh dan dicabut dengan menggunakan giginya, sehingga dua gigi serinya ikut tertanggal.

Selain menjadi prajurit perang, Abu Ubaidah juga menjadi juru dakwah bagi penduduk Yaman yaitu ketika datang utusan dari Yaman, agar dikirim seorang da’I untuk mengantarkan agama Islam kepada penduduk Najran. Maka Rasulullah mengirim Abu Ubaidah agar mengajarkan Islam dan Sunnah beliau kepada mereka yang baru masuk Islam.

Dalam pemilihan khalifah pertama di Tsaqifah bani Saidah, Abu Ubaidah berperan besar. Pada mulanya Umar bin Khatab ingin membaiatnya, tetapi ia menolak dan menganggap Abu Bakar sebagai orang yang pantas menggantikan Nabi SAW. Abu Bakar juga mengajukan dua calon, yaitu Umar dan Abu Ubaidah, tetapi kedua orang ini merasa tidak pantas menyaingi keutamaan dan kemuliaan Abu Bakar dan segera keduanya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah pertama.

Jabatan pertama bagi Abu Ubaidah pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah mengurus keuangan negara. Ia menetapkan gaji yang cukup untuk khalifah Abu Bakar agar Khalifah dapat memusatkan perhatian pada pemerintahan umat Islam dan meninggalkan pekerjaannya yang lama ditekuninya sebagai seorang pedangan.

Abu Ubaidah ditunjuk oleh khalifah Abu Bakar untuk memimpin pasukan dalam penyerbuan ke negeri Syam (Syiria) sebagai panglima tertinggi dari empat pasukan yang dipersiapkan. Dalam perang Yarmuk di mana kaum muslimin menghadapi bala tentara Heraclius  (kaisar Romawi Timur, Byzantium, 610-641), Abu Ubaidah menyerahkan pimpinan umum kepada Khalid bin Walid. Namun ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, Abu Ubaidah kembali ditunjuk menjadi pemimpin tertinggi pasukan di Syam. Di bawah komando Abu Ubaidah pasukan Islam dapat memenangkan pertempuran di Yarmuk tersebut dan sekaligus berhasil menaklukkan kota-kota di Syiria dan Palestina, seperti Damascus, Homs, Hama, Qisnisrin, al-Ladhiqiyah, Haleb (Aleppo), Antiokia (Syiria), dan Baitulmaqdis (Yerusalem). Kota Baitulmaqdis ditaklukkan pada tahun 16 H. Penyerahan kota Baitulmaqdis itu langsung diterima oleh Khalifah Umar bin Khatab atas prmintaan penguasa Yerusalem melalui Abu Ubaidah.

Abu Ubaidah tidak hanya dikenal sebagai seorang panglima perang yang gagah berani, tetapi ia juga dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan, sebagaimana terdapat dalam beberapa cerita; suau ketika Umar bin Khattab memerinya 4.000 dirham dan 400 dinar. Ternyata setelah uang itu diterima Abu Ubaidah, ia sedekahkan seluruhnya tanpa menyisakan untuk dirinya. Pernah pula ketika kota Madinah dan sekitarnya dilanda kekeringan, sehingga Khalifah Umar menyurati gubernur-gubernurnya untuk memberi bantuan, maka yang pertama datang adalah Abu Ubaidah. Ia datang membawa 400 kendaraan berisi bahan makanan dan ia sendiri yang mengawasi pembagiannya kepada penduduk.

Khalifah Umar melihat di rumah Abu Ubaidah hanya terdapat pedang, perisaai dan tombak. Umar memintanya untuk mengubah kehidupannya seperti sahabat-sahabat lain yang memanfaatkan harta untuk diri dan keluarganya. Tetapi Abu Ubaidah tetap bertahan dalam cara hidup yang amat sederhana itu. Demikian itu adalah suatu sisi kezuhudan kesederhanaan hidupnya yang banyak dikagumi para sahabat, sehingga Umar berkata: “Semua kita telah diubah oleh dunia kecuali engkau, hai Abu Ubaidah”. Dalam kesempatan lain, ketika Umar berbincang-bincang dengan beberapa sahabat, ia meminta setiap orang mengemukakan angan-angannya. Setelah setiap orang berangan-angan, Umar berkata bahwa ia mengangankan banyaknya orang yang seperti Abu Ubaidah bin Jarrah.

Abu Ubaidah merupakan salah seorang sabahat yang sangat dicintai Nabi SAW. Aisyah, istri Nabi SAW, ketika ditanya siapa orang yang paling dicintai Nabi SAW dari para sahabat, ia menjawab: “Abu Bakar, lalu Umar, kemudian Abu Ubaidah bin Jarrah” (HR. Bukhari dan ibnu Majjah). Dalam riwayat Abu Dawud dan Ahmad, Abdullah bin Amr menyebutkan tiga sahabat yang paling mulia akhlaknya dan amat pemalu, yaitu Abu Bakar, Usman, dan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah disebut sebagai salah seorang sahabat yang dipercaya Nabi SAW untuk mengajarkan Islam kepada para mualaf dan meriwayatkan empat belas hadis dari Nabi SAW.

Abu Ubaidah tidak lebih mementingkan dirinya dari orang lain, tidak ingin menyelamatkan dirinya dengan meninggalkan bala tentaranya. Ia menegur Khalifah Umar yang tidak berani datang ke negeri Syam karena tersebarnya penyakit pes. Ia berkata: “Apakah Anda lari dari takdir Allah ?”. Umar menjawab: “Seandainya bukan Anda yang mengucapkannya; hai Abu Ubaidah. Maka benar, kita lari dari takdir Allah menuju takdir Allah.” Ketika wabah penyakit pes sudah menjalar di Amwas (kurang lebih 4 km dari Yerusalem) dan beberapa kota di Syam, Umar meminta Abu Ubaidah agar meninggalkan daerah wabah. Abu Ubaidah tetap bertahan dan akhirnya diserang penyakit pes yang menyebabkan kematiannya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar