Selasa, 27 Oktober 2020

SUNAN BONANG DAN SUNAN KALIJAGA - (117)

 


Pada masa mudanya, Raden Syahid terkenal dengan julukan Brandal Lokajaya, disebabkan kehidupannya yang penuh diwarnai dengan kekerasan, perampokan, kesesatan, pembunuhan dan kejahatan besar lainnya. Berkat dakwah dan bimbingan Sunan Bonang, ia bertobat ke jalan yang benar. Bahkan di kemudian hari ia menjadi tokoh utama Walisongo yang mendapat julukan Wali Penutup dan “Puser” (pusat) para Wali.

Raden Syahid juga terkenal dengan julukan Sunan Kalijaga. Kata “Kalijaga” yang berarti penjaga kali / sungai adalah berawal dari kisah babad. Setelah bertobat, ia bermaksud ingin menjadi murid Sunan Bonang. Sebagai syarat menjadi murid, ia harus duduk bertapa di tepi kali / sungai sambil menunggui tongkat yang ditancapkan gurunya itu. Ia tidak boleh berpindah dari tempat duduknya sampai gurunya kembali. Menurut cerita ini, konon Sunan Bonang lupa dengan janjinya untuk menemui kembali sang murid yang ditugaskan menunggui tongkatnya, dan baru ingat setelah beberapa tahun berlalu. Sementara sang murid mentaati perintah gurunya itu dengan sabar, sampai-sampai badannya “lumuten” (berlumuran lumut),  rerumputan dan akar-akar pepohonan tumbuh merambati badannya. Masyarakat sekitar yang melihat pemandangan tersebut  kemudian menjulukinya dengan sebutan Kalijaga (penjaga kali).

Cerita di atas menurut sementara pihak dipandang sebagai cerita yang benar-benar terjadi. Sedangkan hal-hal aneh dan tidak masuk akal didalam cerita di atas menunjukkan kesaktian dan karamah Sunan Kalijaga, seperti kuat duduk semedi tanpa bergerak dan berpindah selama beberapa tahun, bahkan selama waktu itu ia kuat tidak makan dan minum.

Menurut sumber yang lain, cerita di atas adalah bukan cerita yang sesungguhnya, tetapi merupakan cerita simbolik atau cerita sandi yang kaya dengan makna dan penafsiran. Menunggu tongkat yang ditancapkan Sunan Bonang adalah simbol dari usaha memelihara ajaran atau keimanan Islam yang diajarkan Sunan Bonang kepadanya. Sungai yang airnya mengalir dari beberapa anak sungai yang akhirnya bermuara ke laut, melambangkan berbagai aliran kepercayaan dan agama yang ada di tengah masyarakat saat itu untuk diarahkan oleh Sunan Kalijaga kepada suatu kepercayaan / agama yang lurus dan benar, yakni Islam. Ketekunan dalam bertapa sebagai lambang ketabahan, keuletan, kesetiaan dan ketaatannya kepada Sunan Bonang. Sedangkan rerumputan dan akar yang merambati badannya, serta badannya sampai “lumuten”, melambangkan jangka waktu yang sangat panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar