Jumat, 23 Oktober 2020

AL-BURHANPURI - (66)

 

 

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri. Ia dikenal sebagai seorang sufi besar yang lahir di Gujarat, India dan meninggal dunia di Damaskus pada tahun 1020 H/1620 M.

Sejak usia muda, al-Burhanpuri bersemangat untuk memperdalam ilmu-ilmu keislaman, khususnya ilmu Tasawuf. Karenanya ia tidak segan-segan meninggalkan kota kelahirannya selama beberapa tahun untuk bisa bertemu dan berguru kepada para ulama-ulama, khusunya di India. Sewaktu ia kembali ke Gujarat India, ia benar-benar menjadi seorang ulama Fiqh dan tokoh Sufi. Yang membuat ia terkenal sebagai seorang tokoh sufi di zamannya adalah karena puluhan karya tulisnya yang bercorak sufistik, sebagai hasil dari perenungan sucinya yang terus-menerus. Dari karya-larya tulisan yang ia tinggalkan itu, dapat mengetahui pemikiran-pemikiran tasawufnya yang berorientasi kepada tasawwuf Ibnu Arabi dalam corak sunni yang menjunjung tinggi nilai-nilai syariat. Diantara karyanya yang sudah tercetak adalah buku  Al-Tuhfat al-Mursalah ila Ruh al-Nabiy,  dan Al- Haqiqat al-Muwafaqah Li al-Syari ‘ah.

Dalam buku “Al-Tuhfah Al-Mursalah Ila Ruh al-Nabiy”, al-Burhanpuri berhasil menyusun secara sistematis ajaran tentang martabat tujuh secara  lengkap dan jelas. Ketujuh martabat tersebut merupakan  pengembangan dari ajaran Wahdatul Wujud yang diperkenalkan oleh Ibnu Arabi dan kemudian disempurnakan oleh Abdul Karim Al-Jili.

Dasar-dasar pemikiran Al-Burhanpuri adalah bahwa ke “Wujud” an itu terjadi di dalam tingkat-tingkat sebanyak tujuh tingkat yang disebutnya dengan “martabat” nya, yaitu : 1).Martabat Ahadiyah, martabat ini merupakan martabat “wujud” yang pertama atau martabat mutlak zat semesta, yang dikenal dengan istilah “Wujud la Ta’ayyun” (wujud yang tidak nyata).  Pada martabat ini, yang “Ada” hanya Tuhan, 2). Martabat  Wahdah, martabat ini merupakan penampakan (Tajalli) yang pertama, yang lebih dikenal dengan istilah “al-Haqiqat Muhamadiyah”. Martabat ini menampakkan pengetahuan Tuhan tentang Zat dan sifat-Nya serta wujud-Nya secara umum,  3). Martabat Wahidiyah, martabat ini merupakan penampakan kedua yangn menampakkan pengetahuan Tuhan tentang Zat, sifat dan wujud-Nya secara rinci,  4). Martabat Alam Arwah, merupakan perwujudan alam ruh yang tidak tersusun dari unsur-unsur dan tidak bersifat materi,  5). Martabat Alam Mistal, merupakan martabat terwujudnya alam yang tersusun dari unsur-unsur murni dan halus dalam kesatuan yang utuh dan tidak rusak, 6). Martabat Alam Ajsam, merupakan terwujudnya alam jasmani (materi) yang tersusun dari unsur-unsur kasar dan terpisah-pisahi, 7). Martabat Alam Manusia, merupakan terwujudnya manusia yang menghimpun semua martabat sebelumnya.

Dalam rangka menunju kepada Tuhan, maka mendekatkan diri kepada-Nya (taqarrub) harus selalu ditingkatkan hingga berada dalam keadaan yang sedakat-dekatnya. Baik pendekatan melalui ibadah yang wajib dan yang sunah seperti shalat, zakat, sadaqah, haji, puasa, maupun melalui usaha lainnya.

Demikian pokok-pokok pikiran al-Burhanpuri sekitar ajaran-ajaran tasawuf yang dinggap penting dan mendapat sambutan di kalangan ahli tasawuf. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar