Jumat, 23 Oktober 2020

SYEKH ABDUL WAHAB RAKAN, Penyebar Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Sumatra - (41)

 

Syekh Abdul Wahab Rakan bin Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusai al-Khalidi an-Naqsabandi yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babus-Salam adalah seorang ulama terkemuka, penyebar agama dan tharikat Naqsabandiyah di Sumatra dan Malaysia. Ia lahir di Rakan Riau pada tahun 1811 M. Nama kecilnya Abul Qasim.

Setelah menuntut pengetahuan agama di daerahnya dan di beberapa daerah, sampai akhirnya ia mendapat gelar Faqih Muhammad (ahli dalam ilmu Fiqh). Nama Syeikh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi an-Naqsyabandi merupakan gelar yang diperoleh sewaktu belajar ilmu Tharikat di Makkah.

Ayahnya, Abdul Manaf, menyerahkan Abdul Wahab  kepada seorang ulama besar untuk mondok dan belajar membaca Al-Qur’an sampai khatam. Setelah ayahnya wafat, ia melanjutkan pelajaran kepada Tuan H. Abd Halim Tambusai dan Tuan H.M. Saleh Tambusai, dua orang guru yang terkanal pada masa itu, yang mengajarkan kitab-kitab agama dalam bahasa Arab. Dari kedua guru inilah, ia mendapat gelar faqih Muhammad. Pada tahun 1277 H/ 1861 M, Ia berlayar ke Malaysia dengan maksud menambah ilmu. Di sana, ia belajar sambil berusaha di bidang perniagaan. Ia berdiam di Sungai Ujung (Simunjung) Negeri Sembilan Malaysia. Di.sana, ia belajar kepada Syekh H.M. Yusuf asal Minangkabau. Tuan Syekh Yusuf ini belakangan menjadi Mufti di Langkat dan lebih dikenal dengan panggilan “Tuk Ongku”. Dua tahun kemudian yaitu pada tahun 1279 H/ 1863 M, ia meninggalkan Malaysia berangkat menuju tanah suci  Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam pengetahuan agamanya.

Selama di Makkah, Abdul Wahab belajar kepada Sayid Syarif Dahlan, seorang mufti Syafi’i, dan kepada Syekh Hasbullah dan guru-guru asal Indonesia seperti Syekh M. Yunus bin Abdurrahman Batubara, Syekh Sulaiman Zuhdi yang mengajarkan ilmu Tarekat Naqsyabandi dan memimpin ibadah Suluk di Jabal Abi Qubais. Gurunya, Syekh Sulaiman Zuhdi, memberikan Ijazah dan gelar kepadanya,  Syekh Abd. Wahab Rokan al-Jawi al-Khalidi an-Naqsyabandi., kemudian memerintahkannya untuk kembali ke tanah airnya untuk menyebarkan Tarekat an-Naqsyabandiyah al-Khalidiyah.

Sekembalinya dari Makkah (tahun 1285 H/ 1869 M), Syekh Abd. Wahab membangun sebuah perkampungan di wilayah Kubu dan menamainya dengan kampung Masjid (Tanjung Masjid). Dari daerah ini, ia menyebarkan Tareqat Naqsyabandi ke daerah-daerah sekitarnya seperti ke negeri-negeri Kuala, Bilah, Panai, Kota Pinang, Dumai, Bengkalis dan Sungai Ujung (Malaysia). Dari negeri-negeri ini kemudian muncul banyak faqih dan khalifah yang meneruskan penyebaran Tareqat Naqsyabandi. Misi dan dakwah Islam dikirim ke daerah-daerah yang sebagian penduduknya bukan beragama Islam, seperti ke sekitar Sipirok dan Gunung Tua di Tapanuli Selatan. Pada tahun 1290 H/ 1874 M, Syekh Abd. Wahab Rokan pindah ke Dumai serta membangun perkampungan yang dinamakan Kampung Masjid (Kampung Sungai Masjid). Dari sini pengaruhnya bertambah luas, dari Rokan menelusur pantai Timur Selatan ke Utara, sampai ke Kuala, kemudian meluas sampai ke tanah Langkat. Tidak berapa lama Syekh Abd. Wahab pindah ke tempat kelahirannya yaitu Rantau Binuang Sakti.

Di Rantau Binuang Sakti, Syekh Abd. Wahab bersama masyarakat mendirikan Lembaga  Pendidikan yang langsung diketuainya. Pada tahun 1292 H/ 1876 M, ia pindah ke negeri Kuala di Sumatra Timur. Di sana ia membangun sebuah perkampungan yang disebut Kampung Masjid (sekarang menjadi Ibukota Kecamatan Kualah Hilir). Pada tahun 1294 H/ 1879 M, Syekh Abd. Wahab Rokan pindah ke Gebang di Tanah Langkat, bersama 150 orang laki-laki dan perempuan, terdiri dari keluarga dan murid-murid beliau. Pada tahun 1300 H/ 1883 M dengan rombongan 160 orang pindah lagi ke Babussalam sebagai perkampungan dan pusat pengembangan Tareqat Naqsyabandi. Pada tahun 1332 H/ 1913 M, Syekh Abd. Wahab mengutus putranya, Faqih Tambah, ke Betawi, Jakarta sekarang ini, untuk mengadakan hubungan dengan pimpinan PSII, HOS. Cokroaminoto, Raden Gunawan dan lain-lain. Beliau mengirim bantuan sebanyak 500 Ringgit dan sekembalinya utusan tersebut, Syarikat Islam didirikan pula di Babus Salam. Pada tahun 1324 H 11 Jumadil Akhir (18 Januari 1924 M) Syekh Abd. Wahab mendapat bintang kehormatan dari Kerajaan Belanda yang diserahkan langsung oleh President Van Aken. Pada tanggal 21 Jumadil Awal 1345 H/ 27 Desember 1926 M, Syekh Abd. Wahab Rokan wafat dan dimakamkan di Babus Salam. Makamnya sampai sekarang banyak diziarahi oleh peziarah dari berbagai daerah di Indonesia, Malaysia dan Thailand.

Demikianlah kiprah Syekh Abd. Wahab Rokan yang sebagian besar usianya digunakan untuk menyiarkan agama, membangun desa (perkampungan), mendirikan rumah-rumah ibadah, rumah suluk, tempat perguruan dan sebagainya. Murid dan khalifah-khlaifahnya tersebar luas terutama di Sumatra, Malaysia dan Siam (Thailand). Ajarannya terutama mengenai Tareqat an-Naqsyabandi dan kini dilanjutkan oleh para keturunan, khalifah dan murid-muridnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar