Minggu, 14 Mei 2017

UMAR BIN KHOTTOB 2 : Keislamannya - [21]





Umar bin Khatthab adalah seorang sahabat yang namanya hingga hari ini membuat bangga kaum muslimin, yang mendorong semangat keimanan hingga membuat hati kaum kafirin gentar dan takut. Padahal sebelum keislamnya, dia sering mengganggu dan memerangi setiap orang yang masuk Islam. Dia sering menentang dakwah Rasulullah saw dan ingin membunuhnya.
Di saat kaum kafir quraisy bermusyawarah untuk menawarkan seiapa yang sanggup membunuh Rasulullah saw, segeralah Umar bin Khatthab menyahut, “Aku yang sanggup membunuhnya”.
Benar, engkaulah yang mampu melakukannya”, seru kaum kafir.
Dengan membawa pedang terhunus, Umar bin Khatthab segera berangkat mencari beliau saw. Di tengah perjalanannya, dia bertemu dengan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dia ditanya, “Hai Umar, kamu mau kemana?”
Aku mencari Muhammad. Aku akan membunuhnya”, jawab Umar.
Jika benar demikian, banu Hasyim, banu Zuhrah dan banu Abdu Manaf  tidak akan tenang dengan tindakanmu itu. Mereka pasti akan menuntut balas dengan membunuhnya”, kata Sa’ad mengingatkannya.
Umar bin Khatthab terkejut dan gelisah dengan ancaman Sa’ad, “Hai teman, jadi rupanya kamu sudah meninggalkan agama nenek moyangmu dan masuk agama Muhammad. Kalau begitu, kamulah yang akan aku bunuh dahulu”.
Setelah itu, Umar bin Khatthab mencabut pedangnya, seraya berkata, “Ya, benar. Aku sudah masuk Islam”, lalu melanjutkan, “Hai Umar, dengarlah dulu kabar dari rumahmu. Adikmu, Fatimah, dan suaminya juga sudah masuk Islam”.
Mendengar informasi Sa’ad tersebut, Umar bin Khatthab sangat marah campur malu, kemudian langsung pergi menuju ke rumah adiknya. Ketika itu, Khabbab bin Arat sedang mengajari Al-Qur`an kepada Fathimah binti Khatthab dan suaminya, Sa’id bin Zaid. Semua pintu dan jendela tertutup rapat. Tiba-tiba terdengar suara Umar menggedor pintu. Kontan saja Khabbab lari bersembunyi, sementara lembaran tulisan ayat Al-Qur`an tertinggal dan tidak sempat disembunyikan.
Fathimah membukakan pintu. Setelah terbuka, Umar bin Khatthab langsung memukul kepala adiknya sampai berdarah, sambil berkata, “Kamu sudah berkhianat terhadap dirimu sendiri dan mengikuti agama yang jelek itu”. Seterusnya dia masuk kedalam sambil meneruskan perkataannya, “Apa yang sedang kamu kerjakan di sini!. Suara siapakah yang aku dengar tadi?”.
Kami hanya mengobrol biasa”, jawab Fathimah.
Apakah kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu dan masuk agama baru itu?”, tanya Umar.
Bagaimana kalau agama baru itu ternyata lebih baik daripada agama nenek moyang kita!”, kata Sa’id bin Zaid, suami Fathimah.
Dengan marah, Umar menarik janggut Sa’id dan mendorongnya sampai jatuh, kemudian memukulnya sampai babak belur. Fathimah berusaha memisah keduanya, namun ia sendiri justru kena pukulan Umar, lalu mengaku terus terang, “Hai Umar, kami pukuli kami hanya karena memeluk agama islam. Memang benar kami memeluk islam, lalu apa yang akan kamu lakukan terhadap kami. Silahkan lakukan apa maumu?”.
Umar tertegun sejenak. Pandangan matanya tertuju pada lembaran berisi tulisan ayat suci Al-Qur`an yang tidak sempat disembunyikan. Kemarahannya berangsur-angsur surut dan dia mulai menaruh rasa kasihan kepada adik kandung dan iparnya yang babk beluk tersebut. Kemudian dia mengambil lembaran tersebut dan berkata, “Bagus. Sekarang katakan, apakah ini?”.
Kamu tidak suci. Lembaran itu tidak boleh disentuh orang yang belum suci”, jawab Fathimah. “Mandi dan wudhulah dulu, kalau kamu ingin memegangnya”, lanjutnya.
Setelah mandi dan wudhu, Umar memegang lembaran tersebut dan membacanya. Ternyata lembaran itu bertuliskan ayat-ayat Al-Qur`an surat Thaha. Dia baca lembaran itu mulai awal sampai ayat yang berbunyi :

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”. (QS Thaha,[20] : 14)

Selesai membacanya, keadaan Umar berubah drastis, kesadaran dan kejernihan berfikirnya pulih, lalu berkesimpulan bahwa tulisan itu tidak mungkin hasil cipta manusia, betapa pun tinggi ilmu sastranya. Pasti tulisan itu merupakan wahyu dari Tuhan. Kemudian dia berkata, “Tolong, sekarang antarkan aku kepada Muhammad”.
Mendengar permohonan Umar tersebut, Khabbab bin Arat langsung keluar dari persembunyiannya dan berkata, “Hai Umar, aku sampaikan kabar gembira untukmu, bahwa aku kemarin mendengar Rasulullah saw berdoa untuk dirimu : ‘Ya Allah, kuatkanlah islam dengan (masuk islamnya) Umar atau ‘Amr bin Hisyam, yang lebih Engkau sukai dari keduanya’. Dan sekarang nyata, bahwa doa beliau saw dikabulkan-Nya, dan engkau lah yang akan memperkuat Islam”.
Selanjutnya Umar dipertemukan dengan Rasulullah saw yang saat itu sedang berada di rumah al-Arqam bin Abil Arqam. Di rumah itulah, Umar menyatakan masuk Islam. Para sahabat yang menyaksikannya sangat gembira. Bagaimana pun juga, keislaman Umar semakin menambah semangat kaum muslimin didalam menampakkan keislaman mereka di hadapan umum. Sebaliknya, keislaman Umar merupakan pukulan telak bagi kaum kafir quraisy, sehingga mereka akan berpikir puluhan kali sebelum mengganggu kaum muslimin.
Abdullah bin mas’ud berkomentar, “Keislaman Umar merupakan kemenangan bagi kaum muslimin. Hijrahnya merupakan suatu pertolongan bagi kaum muslimin. dan kekhalifahannya merupakan rahmat bagi kaum muslimin”.

* * * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar