Sabtu, 06 Mei 2017

Abu Bakar Ash-Shiddiq 1 - [14]





Khalifah pertama dari al-Khulafa ar-Rasyidin, sahabat Nabi SAW yang terdekat, dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam, (as-sabiqun al-awalun). Lahir di Makkah pada tahun 573 M. atau 2 ½ tahun setelah Tahun Gajah. Nama lengkapnya Abdullah bin Ustman Abi Kuhafah at-Tamimi dengan gelar ash-Shiddiq yang berarti “amat membenarkan”, karena ia dengan segera membenarkan Rasulullah dalam berbagai macam peristiwa terutama peristiwa Isra’ Mi’raj.
Pada masa kecinya Abu Bakar bernama Abdul Ka’bah. Nama ini diberikan kepadanya sebagai realisasi nazar ibunya sewaktu mengandungnya. Kemudian nama itu diganti nabi SAW menjadi Abdullah. Gelar Abu Bakar diberikan Rasulullah SAW karena ia adalah orang pertama masuk Islam. Dalam ketarangn lain, bahwa gelar Abu Bakar diberikan nabi Muhammad, karena ia adalah Bapaknya si Upik (Aisyah).
Ayahnya bernama Usman Abi Kuhafah bin Amir bin Amr bin Sa’id bin Taim bin Murra bin Ka’ab bin Lu’ayy bin Talib bin Fihr bin Nadr bin Malik. Ibunya bernama Ummu Khair Salma bin Sakhr yang berasal dari keturunan Quraisy. Garis keturunan ayah dan ibunya bertemu pada nenenknya yang bernama Ka’b bin Sa’d bin Tamim bin Murra. Kedua orang tuanya berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan banyak tokoh terhormat.
Sejak kecil Abu Bakar dikenal sebagai anak yang baik, sabar, jujur, dan lemah lembut. Sifat-sifat yang mulia itu membuatnya disenangi teman dan  masyarakatnya. Ia menjadi sahabat Nabi SAW sejak keduanya masih remaja. Setelah dewasa ia mencari nafkah dengan berdagang. Sebagai pedagang, ia dikenal amat jujur, berhati suci, dan sangat dermawan.
Di samping itu, Abu Bakar dikenal mahir dalam ilmu nasab (pengetahuan mengenai silsilah keturunan). Ia menguasai dengan baik berbagai nasab kabilah dan suku-suku Arab, bahkan juga dapat mengetahui ketinggian dan kerendahan derajat masing-masing dalam bahasa Arab, terlebih lagi suku-suku Arab Kuraisy.
Abu Bakar masuk Islam pada hari-hari pertama Islam didakwahkan. Setelah masuk Islam, ia menumpahkan seluruh perhatiannya untuk pengembangan Islam. Ia merupakan sahabat yang paling banyak mendermakan harta bendanya bagi kepentingan dakwah Islam. Sebagai seorang yang disegani di kalangan bangsawan Arab, keislaman Abu Bakar membuat banyak orang Arab Quraisy tertarik masuk Islam, seperti Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, dan Zubair bin Awwam dan lain-lain.
Perjuangan Abu Bakar dan darmabaktinya bagi pertumbuhan dan perkembangan Islam banyak yang disebutkan. Di antaranya, ia sangat menaruh perhatian kepada penderiataan kaum lemah, khususnya para budak yang menerima dakwah Nabi SAW. Sejumlah budak yang disiksa oleh tuannya karena mereka memeluk Islam ditebus oleh Abu Bakar dengan hartanya untuk kemudian dimerdekakan.
Selain Abu Bakar sebagai kawan seperjuangan Nabi Muhammad dalam mengembangkan Islam, ia juga mertua beliau, karena putrinya (Aisyah) diperistri beliau.
Abu Bakar adalah salah seorang sahabat yang tidak takut menghadapi marabahaya dan rela demi perjuangan Islam dan Nabi Muhammad. Banyak peristiwa-peristiwa yang menggambarkan tentang hal tersebut seperti pembelaan Abu Bakar atas aniaya Uqbah bin al-Muait terhadap Rasulullah. Perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, suatu perjalanan yang penuh resiko. Dan berada di samping Rasulullah setiap peperangan melawan musuh-musuh Islam.
Dalam banyak kesempatan Abu Bakar sering dipercaya Nabi Muhammad untuk mewakili dirinya, seperti penunjukan Abu Bakar untuk memimpin haji, pada tahun 8 H, hal ini dilakukan karena kesibukan Nabi saw dalam dakwah Islamiyah. Juga memimpin shalat di masjid Nabawi saat beliau udzur.
Setelah Rasulullah SAW wafat tahun 632, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama pengganti Rasulullah dalam memimpin negara dan umat Islam. Waktu itu daerah kekuasaan Islam hampin mencakup seluruh semenanjung Arabia yang terdiri atas berbagai suku Arab. Ada dua faktor utama yang mendasari terpilihnya Abu Bajar sebagai khalifah, yaitu: 1) menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin) haruslah berasal dari suku Kuraisy; pendapat ini didasarkan pada hadis yang berbunyi al-a’immah min Quraisy (kepemimpinan itu di tangan orang Kuraisy); 2) sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara lain ia adalah laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembungyi di gua Sur, ia yang ditunjuk Rasulullah SAW untuk mengimami salat pada saat beliau sedang uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas dan berakhlak mulia.
Masa awal pemerintahan Abu Bakar  diwarnai dengan berbagai kekacauan dan pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad, beraksinya  orang-orang yang mengaku diri menjadi Nabi, pemberontakan dari beberapa kabilah Arab dan banyaknya orang-orang yang ingkar membayar zakat. Munculnya orang-orang murtad disebabkan oleh belum mantapnya keyakinan mereka terhadap ajaran Islam, dan wafatnya Rasulullah SAW menggoyahkan keimanan mereka. Tentang orang-orang yang mengaku diri sebagai nabi sebenarnya telah ada  sejak masa Rasulullah SAW, tetapi kewibawaan Rasulullah SAW menggetarkan hati mereka untuk melancarkan aktivitasnya. Mereka mengira bahwa Abu Bakar adalah pemimpin yang lemah sehingga mereka berani membuat kekacauan. Pemberontakan kabilah disebabkan oleh anggapan mereka bahwa perjanjian perdamaian yang dibuat bersama Nabi SAW bersifat pribadi dan dianggap berakhir dengan wafatnya Nabi SAW, sehingga mereka tidak perlu lagi taat dan tunduk kepada penguasa Islam yang baru. Orang-orang yang ingkar membayar zakat hanyalah karena kelemahan iman mereka. Terhadap semua golongan yang membangkang dan memberontak itu Abu Bakar mengambil tindakan tegas. Ketegasan ini didukung oleh mayoritas umat. Untuk menumpas seluruh pemberont, ia membentuk sebelas kelompok pasukan, yang masing-masingnya dipimpin oleh panglima perang yang tangguh, seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah. Dalam waktu singkat seluruh kekacauan dan pemberontakan yang terjadi dalam negeri dapat ditumpas dengan sukses.
Meskipun masih banyak sahabat yang meragukan kemampuannya, Abu Bakar tetap menjalankan amanat kaum muslimin, dan kemampuan itu ditampakkannya dengan meneruskan pengiriman pasukan pimpinan Usamah bin Zaid yang pernah dipersiapkan sebelum meninggalnya Rasulullah saw. Alasan utama ia tetap memberangkatkan pasukan Usamah, meski banyak sahabat yang menentang karena Madinah belum aman dari pasukan murtad, adalah karena keyakinannya terhadap Rasulullah yang menunjuk Usamah (usia 17 tahun) memimpin pasukan melawan pasukan Romawi, dan ingin memberi kesan kepada kaum murtad, bahwa pasukan Islam masih kuat. Di samping itu, Abu Bakar ingin mengalihkan kesedihan ditinggal wafat Rasulullah dan perselisihan di antara kaum muslimin terhadap kekhalifahannya.
Usaha berikutnya, Abu Bakar melakukan perluasan wilayah Islam ke luar Jazirah Arab. Daerah yang dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung dengan wilayah kekuasaan Islam. Abu Bakar berpendapat bahwa daerah itu harus ditaklukkan untuk memantapkan keamanan wilayah Islam dari serbuan dua adikuasa, Persia dan Bizantium. Ekspansi ke Irak dipimpin panglima Khalid bin Walid, ke Suriah dipimpin tiga panglima, yaitu Amr bin As, Yazid bin Abu Sufyan dan Syrahbil bin Hasan. Pasukan Khalid dapat menguasai al-Hirrah pada tahun 634. Akan tetapi, tentara Islam yang menuju Suriah kecuali pasukan Amr bin Ash, mengalami kesulitan karena pihak lawan, yaitu tentara Bizantium, mempunyai kekuatan yang jauh lebih besar dan perlengkapan perangnya jauh lebih sempurna. Untuk membantu pasukan Islam di Suriah, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid segera meninggalkan Irak menuju Suriah dan kepadanya diserahi tugas memimpin seluruh pasukan. Khalid mematui perintah Abu Bakar dan berhasil memenangkan pertempuran. Kemenangan itu tidak bisa disaksikan oleh khalifah karena ketika peperangan sedang berkecamuk, Abu Bakr jatuh sakit dan tidak berapa lama kemudian meninggal.
Selain usaha memperluas wilayah ke luar semenanjung Arabia, Khalifah Abu Bakar juga melakukan beberapa usaha yang sangat berguna bagi umat Islam setelahnya, yaitu; 
1.  Pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an yang selama ini berserakan di berbagai tempat. Usaha ini dilakukan atas saran Umar bin Khattab. Pada mulanya ia agak berat melaksanakan tugas ini karena belum pernah dilakukan pada masa Nabi SAW. Akan tetapi, Umar mengemukakan alasan banyaknya sahabat penghafal AL-Qur’an yang gugur di medan pertempuran dan dikhawatirkan akan habis seluruhnya. Abu Bakar pun dapat menyetujuinya. Selanjutnya ia menugaskan kepada Zid bin Tsabit, penulis wahyu pada masa Rasulullah SAW, untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu.
2.  Membentuk lembaga Bait al-Mal, semacam kas negara atau  lembaga keuangan. Pengelolaannya diserahkan kepada Abu Ubaidah, sahabat Nabi yang digelari amin al-‘ummah (kepercayaan umat).
3.  Didirikan pula lembaga peradilan yang ketuanya dipercayakan kepada Umar bin Khattab.
4.  Menetapkan calon khalifah yang akan menggantikannya. Dengan demikian, ia telah mempersempit peluang bagi timbulnya pertikaian di antara umat Islam mengenai jabatan khalifah. Dalam menetapkan calon penggantinya, Abu Bakr tidak memilih anak atau kerabatnya yang terdekat, melainkan memilih orang lain yang secara obyektif dinilai mampu mengemban amanah dan tugas sebagai khalifah, yaitu sahabat Umar bin Khattab. Pilihan itu tidak segera diputuskannya sendiri, tetapi dimusyawarahkannya terlebih dahulu dengan sahabat-sahabat besar. Setelah disepakati, barulah ia mengumumkan calon khalifah itu.
Abu Bakar dengan masa pemerintahannya yang amat singkat (kurang lebih dua tahun) telah berhasil mengatasi tantangan-tantangan dalam negeri Madinah dan juga menyiapkan jalan bagi perkembangan dan perluasan Islam di luar Semenanjung Arabia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar