Senin, 15 Mei 2017

KEKERAMATAN UMAR BIN KHOTTHOB - [25]






1). Berdialog dengan Penghuni Kubur
Ibnu Abddunya didalam bukunya, Al-Qubur, meriwayatkan seputar kekeramatan Umar bin Khatthab. Pada suatu hari, dia pernah melewati pekuburan Baqi’ Madinah ssambil mengucapkan : “Assalamu’alaikum. Ya ahlal qubur! (Salam sejahtera untuk kalian, wahai penghuni kubur). Sesuai kabar yang aku dapatkan, isteri-isteri kalian sudah menikah lagi, rumah-rumah kalian sudah didiami, dan harta-harta kalian sudah dibagi-bagi”.
Tiba-tiba dari arah dalam kubur terdengar suara hatf (suara tanpa terlihat orang yang mengucapkannya), “Wahai Umar bin Khatthab! Amal salih yang dulu kami lakukan sudah kami petik hasilnya. Harta benda yang kami infaqkan sudah kami terima keuntungannya. Dan amal salih yang kami tinggalkan, kami benar-benar merasa rugi dan kecewa”.
Pada kesempatan lain, Umar bin Khatthab pergi berziarah ke makam seorang pemuda dan berkata kepadanya, “Wahai anak muda! Orang yang takut kepada Tuhannya akan mendapatkan dua surga”.
Kemudian dari arah dalam kubur terdengar suara hatif, “Wahai Umar bin Khatthab, kedua surga yang tuan sebutkan sudah aku terima dari Tuhanku”.
Demikian riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu ‘Asakir dari Yahya bin Ayyub al-Khuza’iy.


2). Menjadi Juru Bicara Rasulullah saw
Imam at-Taj as-Subky mengatakan, bahwa diantara karamah Umar bin Khatthab adalah seperti yang pernah disabdakan Rasulullah saw, “Adalah di kalangan umat sebelum kalian terdapat orang-orang yang menjadi juru bicara yang menjelaskan ajaran-ajaran Nabi mereka. Jika ada orang yang seperti itu dari kalangan umatku, dialah Umar bin Khatthab”.


3). Seruan Umar dari Madinah kepada Pasukan Islam di Nahawand
Kisah ini bersumber dari Sariyah bin Zanin al-Khulaji. Pada saat Umar menjabat khalifah, terjadi pertempuran hebat antara tentara Islam dengan tentara Persia. Umar mempersiapkan pasukannya di bawah pimpinan Sariyah bin Zanin al-Khulaji untuk dikirim ke Nahawand Persia dalam rangka membantu pasikan Islam yang sudah ada di sana. Setelah pasukan Islam sampai di gerbang masuk ke kota Nahawand, mereka mengalami kesulitan oleh ketatnya penjagaan pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar. Pasukan Islam tersdesak mundur dan hampir saja mengalami kekalahan telak.
Sementara itu di Madinah, Umar bin Khatthab yang sedang berkhutbah di atas mimbar, nampaknya menyaksikan jalannya pertempuran yang hampir memporak-porandakan pasukan Islam. Tiba-tiba Umar berseru lantang dari atas mimbar, “Hai pasukan! Naiklah ke atas gunung! (Diulang-ulangnya seruan itu hingga tiga kali) Adalah zalim sikap menyerahkan kambing kepada seekor serigala untuk menggembalakannya”.
Seruan Umar tersebut rupanya dismpaikan Allah swt kepada semua pasukan Islam yang sedang bertempur. Segera mereka naik ke atas gunung sambil berkata kepada yang lain, “Sungguh, ini suara Amirul Mukminin”. Dan akhirnya pasukan Islam menang. Sedang pasukan Persia dapat dipukul mundur dan hancur berantakan.
Syaikh Taqi’uddin as-Subky, ayah imam at-Taj as-Subky, menambahkan, pada saat itu Ali bin Abi Thalib ikut serta mendengarkan khutbah Umar. Orang-orang bertanya kepada Ali, “Apa yang dikatakan Amirul Mukminin itu? Pasukan Islam yang mana yang dimaksudkannya? Dan harus berlindung itu ke atas gunung yang mana?”.
Dengan bijaksana Ali bin Abi Thalib menjawab pertanyaan mereka, “Biarkan begitu dulu. Tidaklah masuk kedalam sesuatu, melainkan ia akan keluar lewat sesuatu pula”.
Kontroversi khutbah Umar menjadi jelas setelah pasukan Islam yang dikirim ke Nahawand pulang ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang. Salah seorang diantara mereka datang menghadap khalifah Umar untuk melaporkan jalannya pertempuran, “Wahai Amirul Mukminin! Kami telah menghadapi pertempuran yang sangat berat. Jumlah pasukan musuh jauh lebih besar, tangguh, lagi bersenjata lengkap. Kami hampir saja terdesak mundur. Tiba-tiba terdengar suara Anda sangat lantang : ‘Hai pasukan! Naik dan berlindunglah ke atas gunung! Sungguh zalim yang menginginkan serigala menggembalakan kambing. Lantas kami mundur, berlindung dan naik ke atas gunung, sehingga berkat bantuan Allah swt, kami mampu mengalahkan mereka”.
Imam at-Taj as-Subky berkomentar,
Sebenarnya Umar bin Khatthab tidak ingin mendemonstrasikan kekeramatannya di hadapan para sahabat yang sedang khusyuk mendengarkan khutbahnya. Tapi Allah swt telah membukakan hijab (penghalang) dari depan matanya, sehingga beliau mampu menyaksikan secara langsung jalannya pertempuran. Beliau bahkan merasa seolah-olah sedang berada di tengah pasukan dan lupa kalau sedang khutbah di atas Mimbar masjid Nabawi.


4). Menghentikan Gempa Bumi
Imam Haramain didalam kitabnya, Asy-Syamil, meriwayatkan tentang peristiwa gempa bumi yang terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatthab. Setelah ber-tahmid, bumi masih terus berguncang. Lantas Umar mengambil cambuk, lalu dipukulkan ke bumi sambil berkata, “Hai bumi! Diam dan berhentilah berguncang. Apakah aku pernah tidak adil dalam menjalankan pemerintahan di atas permukaanmu!”. Tiba-tiba bumi menjadi tenang dan seperti biasanya, tidak gempa.
Imam Haramain memberikan komentar:
“Umar bin Khatthab benar-benar seorang Amirul Mukminin secara lahir batin. Benar-benar seorang khalifah Allah di atas bumi-Nya untuk mengatur seluruh penduduk bumi. Dia mencela bumi sebagaimana mencela penduduknya oleh sebab kesalahan-kesalahan mereka”.


5). Memerintahkan Sungai Nil agar Tetap Mengalir
Kisah ini mirip dengan peristiwa gempa bumi di atas. Sudah menjadi adat masyarakat Mesir yang mendiami daerah sekitar sungai Nil, jika datang musim kemarau panjang dan air sungai mengering, bahkan tidak berair, masyarakat lantas beramai-ramai mendatanginya, melakukan ritual tertentu dengan mengorbankan seorang gadis cantik yang terlebih dulu dihiasi begitu indah, lalu diceburkan ke dalam sungai itu sebagai sesajen untuk dewa penguasa sungai Nil. Menurut kepercayaan mereka, hanya dengan ritual memberi korban seperti itu, sungai Nil akan mengalirkan airnya.
Setelah Mesir mampu dikuasai dan menjadi wilayah kekuasaan Islam di masa khalifah Umar bin Khatthab, sungai Nil pernah mengalami kekurangan air. Peristiwa tersebut dilaporkan orang kepada gubernur Amr bin ‘Ash, termasuk tradisi dan acara ritual mengorbankan gadis cantik untuk dihanyutkan ke dalam sungai sebagai sesajen-nya.
Gubernur Amr bin Ash menjelaskan kepada seluruh penduduk, bahwa tradisi dan ritual semacam itu dilarang oleh Islam dan harus diberantas. Maka itu, mereka tidak lagi melakukan ritual tradisional mereka. Setelah ditunggu beberapa bulan sejak dikeluarkannya larangan gubernur tersebut, ternyata sungai Nil tetap saja kering dan tidak mengalirkan air, bahkan penduduk sudah bertekat hendak berpindah meninggalkan kampung halaman mereka menuju ke daerah lain yang lebih subur.
Amr bin Ash mengirimkan surat kepada khalifah Umar mengenai kasus tersebut dan meminta petunjuk. Tak lama kemudian khalifah mengirimkan surat balasan kepada Amr bin Ash, yang isinya :
“Apa yang kamu katakan kepada masuarakat Mesir sudah benar. Islam memang menyuruh menghancurkan setiap tradisi dan ritual yang menyimpang dari akidah Islam. Brsama surat ini, aku lampirkan sepucuk surat. Lemparkanlah ia kedalam sungai Nil”.
Sebelum melaksanakan perintah khalifah, Amr bin Ash membuka lampiran surat tersebut, ingin tahu apa gerangan isinya. Isinya ternyata berbunyi :
“Dari Umar bin Khatthab, Amirul Mukminin.
Ditujukan kepada sungai Nil di Mesir.
Amma Ba’du.
Jika kamu mengalirkan air itu atas kehendakmu sendiri, janganlah kamu alirkan air itu. Tapi jika kamu mengalirkannya atas kehendak Allah swt, kami memohon kepada Allah swt agar Dia berkenan mengalirkan air yang ada padamu”.
Surat itu kemudian dilemparkan ke dalam sungai Nil sesuai perintah khalifah. Pada malam harinya, atas izin dan kekuasaan Allah swt, sungai Nil telah penuh terisi air dan mengalirkan airnya dengan derasnya ke tanah-tanah persawahan dan perkebunan, sehingga mereka mengurungkan niat meninggalkan kampung halaman mereka.


6). Mengetahui Calon Pembunuh Usman dan Ali
Pada suatu hari, Umar bin Khatthab menentang pengiriman pasukan ke wilayah Syam. Sementara sekelompok sahabat bersikeras dan mendesak khalifah agar mengirimkan pasukan tersebut. Tetapi Umar tetap bertahan pada pendiriannya. Mereka sampai tiga kali mendesak khalifah, namun beliau tetap menolak pengiriman.
Setelah semuanya terjadi, menjadi jelaslah bahwa didalam pasukan tersebut ternyata ada orang-orang calon pembunuh Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.


7). Memberitahukan Rumah Seseorang Terbakar
Umar bin Khatthab pada suatu hari bertemu seorang lelaki. Lalu terjadi dialog diantara keduanya :
“Siapa namamu?”, tanya Umar.
“Namaku Jumrah”, jawab lelaki itu.
“Anak siapa kamu?”, tanya Umar.
“Anaknya Syihab”, jawabnya.
“Dari mana asal daerahmu!”, tanya Umar.
“Dari daerah Harrah”, jawabnya.
“Lebih tepatnya yang sebelah mana?”, tanya Umar.
“Rumahku di desa Dzati Lazha”, jawab lelaki itu.
Tiba-tiba Umar menyuruh lelaki itu segera pulang, “Pulang dan temuilah keluargamu di kampung secepatnya, karena rumahmu sekarang sudah hangsu terbakar”.
Lelaki tersebut segera pulang ke kampungnya, dan benar apa yang dikatakan Umar menjadi kenyataan. Rumahnya habis terbakar.


8). Prediksi Umar Selalu Tepat
Abdullah bin Umar berkata, apa saja yang ayahnya prediksikan selalu berlawanan dengan preiksinya. Prediksi ayahnya, yakni Umar bin Khatthab, ternyata lebih benar dan jitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar