Minggu, 14 Mei 2017

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ 3 : Ketawadhu’an dan Rasa Takutnya - [17]






Sudah menjadi kesepakatan, bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling utama dari seluruh umat manusia di dunia ini selain para Nabi ‘alihissalam. Begitu tinggi derajatnya, sampai Rasulullah saw bersabda, bahwa Abu Bakar akan menjadi pemimpin jamaah di surga nanti. Semua pintu di surga akan memanggil namanya. Beliau saw pernah bersabda, “Dari kalangan umatku, orang yang paling dahulu masuk surga adalah Abu Bakar ash-Shiddiq”.
Meskipun demikian, Abu Bakar tidak cepat berbangga diri dengan ketinggian derajatnya. Hal ini terlihat dari perkataannya pada suatu saat, “Alangkah baiknya, seandainya aku dahulu menjadi sebatang pohon yang akhirnya ditebang dan dijadikan kayu bakar”.
Pada saat yang lain, Abu Bakar pernah berada di suatu taman. Tidak jauh darinya, ada seekor burung yang bertengger di atas salah satu pohon, lalu dia berkomentar, “Wahai burung. Alangkah nikmatnya kamu. Kamu makan, minum dan terbang kemana saja kamu suka. Tetapi di akhirat nanti, tidak ada hisab bagimu. Alangkah bahagianya, jika Abu Bakar menjadi sepertimu”.
Rabi’ah al-Aslami pernah menceritakan, “Pada suatu hari, aku pernah bertengkar dengan dengan Abu Bakar. Dia berkata kasar kepadaku, namun aku diamkan. Tak lama kemudian, dia menyadari perkataan kasar dan kesalahannya, lantar berkata kepadaku: ‘Berkatalah kasar kepadaku, sebagai balasan untukku’. Aku pun menolak permintaannya. Dia terus saja mendesakku agar membalasnya. ‘Kamu harus berkata kasar kepadaku. Jika tidak, kamu akan saya adukan kepada Rasulullah saw’. Aku tetap saja tidak mengabulkan permintaannya. Maka segeralah dia bangkit berdiri dan pergi. Ketika itu, ada beberapa orang dari Banu Aslam yang menyaksikan kejadian tersebut. Mereka berkomentar, ‘Orang  tadi aneh. Dia sendiri yang memulainya, dan dia sendiri yang mengadukannya kepada Rasulullah saw’. Aku katakan kepada mereka, ‘Tahukah kalian, siapa dia? Dia adalah Abu Bakar. Jika kalian menyakitinya, berarti kalian menyakiti beliau saw. Bila menyakiti beliau saw, berarti menyakiti Allah swt. Jika perbuatanku telah menyakiti Allah swt, maka siapakah yang akan dapat menyelamatkan Rabi’ah!”.
Rabi’ah al-Aslami melanjutkan ceritanya, “Aku kemudian menemui beliau saw. Lantas aku ceritakan duduk persoalan yang sebenarnya tersebut, kemudian beliau saw bersabda, “Kamu tidak membalasnya itu sudah baik. Tetapi untuk menggembirakan hatinya, sebaiknya kamu membalasnya. Semoga Allah swt memaafkanmu dan memaafkan Abu Bakar”.
Demikianlah contoh rasa takut Abu Bakar ra. Hanya karena ucapan kotornya yang sepele saja, dia begitu takut akan pembalasannya nanti di akhirat.

* * * * *

Ketakwaan dan rasa takut Abu Bakar yang lain. Pada suatu malam, Rasulullah saw pergi ke masjid ingin melihat, apakah para sahabatnya bangun malam, terus melakukan shalat malam dan berdzikir.
Malam itu, Abu Bakar melaksanakan shalat tahajud dengan mengkhatamkan al-Qur`an. Sewaktu sampai bacaan ayat 111 QS at-Taubah :

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka…” (QS at-Taubah,[9] : 111).

Abu Bakar menangis. Mendengar tangisannya ini, Rasulullah saw berhenti di depan pintu masjid. Sementara kehadiran beliau saw tidak diketahui seorang sahabat pun, karena keasyikan mereka dengan kekhusyukan ibadahnya masing-masing. Setelah datang waktu subuh, mereka berjamaah shalat shubuh bersama beliau saw. Selesai shalat, beliau saw memanggil Abu Bakar seraya bersabda, “Wahai Abu Bakar. Mengapa tadi malam kamu menangis pada saat membaca ayat 111 surat at-Taubah?”
Wahai Rasulullah. Bagaimana aku tidak menangis, bahwa Allah swt akan membeli hamba-Nya. Aku yakin, seorang hamba yang dibeli-Nya itu ternyata ada cacat padanya, tentu ia akan dikembalikan lagi. Dan bila cacat itu diketahui sebelum dibeli, tentu ia tidak akan jadi dibeli. Bila Allah swt membeli diriku, dan cacatku kelihatan oleh-Nya, tentu Dia akan menolakku. Jika hal ini benar-benar terjadi pada diriku, tentu diriku akan menjadi penghuni neraka. Karena itu, aku menangis dan merasa sedih memikirkan nasibku sendiri”.
Sesaat kemudian, malaikat Jibril datang menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Hai Muhammad! Aku mohon agar engkau menjelaskan kepada Abu Bakar, bahwa orang yang membeli hamba dan mengetahui cacat sebelumnya itu, tentu tidak boleh hamba itu dikembalikan. Padahal Allah swt Maha Mengetahui semua kekurangan hamba-Nya, sehingga tidak mungkin Dia akan mengembalikannya. Allah swt sama sekali tidak akan pernah menolak dan mengembalikan hamba-Nya yang sudah dibeli. Baik dari kalangan kaum mukminin, para wali kekasih-Nya, para Nabi dan Rasul, maupun para alim ulama. Mereka akan dibeli lalu dimasukkan ke surga”.
Mendengar penjelasan malaikat Jibril yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada kepada para sahabat  yang hadir pagi itu, maka mereka, terutama Abu Bakar, merasa lega dan bahagia.

* * * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar