Minggu, 14 Mei 2017

ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ 2 : Keimanan dan Keislamannya - [16]






Nama aslinya Abdul Ka’bah. Ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amr dan ibunya bernama Salmah binti Sakhr bin Amr. Setelah masuk Islam, nama Abdul Ka’bah diganti menjadi Abdullah. Karena merupakan orang yang pertama kali masuk Islam, dia dipanggil dengan nama Abu Bakar, yang berarti “bapaknya pemagi”, maksudnya orang yang terdahulu masuk Islam.

Abu Bakar adalah orang yang senasib dan sepenanggungan dengan Rasulullah saw sejak muda, sehingga dia sangat mengenal sifat dan kepribadian beliau saw. Hubungannya dengan beliau saw semakin erat setelah diikat dengan tali pernikahan puterinya, ‘Aisyah ra, dengan beliau saw. Di samping itu, dia merupakan orang kepercayaan, orang pertama dan teman berunding yang senantiasa berada dekat dengan beliau saw. Dimana pun ada beliau saw, di situ ada Abu Bakar.



* * * * * * * *


Keislaman Abu Bakar.

Setelah Khadijah dan Ali bin Abi Thalib menyatakan keislamannya, Rasulullah saw menemui Abu Bakar di rumahnya. Diajaknya dia berbincang-bincang dan diceritakannya kepadanya tentang wahyu dan agama Islam yang baru saja beliau saw terima dari Allah swt. Kemudian beliau saw mengajaknya masuk Islam dan beriman kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Esa. Abu Bakar sangat memahami benar kepribadian beliau saw yang jujur, dapat dipercaya dan berakhlak mulia. Dengan ajakan beliau saw, Abu Bakar langsung beriman dan menerimanya dengan senang hati, tanpa keraguan sedikit pun, seraya berkata, “Demi ayah dan ibuku. Orang yang paling jujur adalah engkau. Asyhadu an la ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah”.

Penerimaan Abu Bakar begitu cepat, tegas dan tanpa keraguan sedikit pun ini membuat hati Rasulullah saw sangat bahagia dan memujinya, “Aku belum pernah mengajak seseorang masuk Islam, melainkan masih menemui ganjalan padanya. Kecuali anaknya Abu Quhafah, Abu Bakar. Aku tidak pernah mengatakan sesuatu kepadanya, melainkan dia langsung menerimanya dan berpegangan teguh padanya”.

Setelah itu, Abu Bakar semakin dekat hubungannya, selalu membantu dan melindungi beliau saw. Dia ikut berpartisipasi langsung dalam dakwah Islamiyah, mengajak teman-temannya masuk Islam secara sembunyi-sembunyi, yang kemudian mereka sambut ajakannya dengan suka rela. Diantara mereka yang dia ajak masuk Islam adalah Usman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah dan beberapa penduduk Makkah lainnya.



* * * * *



Sejak dakwah Isamiyah diperintahkan secara terang-terangan, kaum muslimin banyak yang menerima cobaan dan siksaan kaum kafir quraisy, terutama kalangan budak. Maka Abu Bakar lah yang membantu menyelamatkan mereka dengan cara membeli budak tersebut dari pemiliknya, lalu dimerdekakan. Dan Abu Bakar pun juga tidak luput dari siksaan mereka.

Sewaktu kaum msulimin mencapai jumlah +  39 orang, Abu Bakar memohon ijin kepada Rasulullah saw untuk menyatakan keislaman mSereka di depan umum. Beliau saw pada mulanya melarangnya. Tetapi karena berkali-kali didesaknya, lalu beliau saw mengijinkannya. Selanjutnya Abu Bakar mengajak kaum muslimin tersebut berkumpul di Masjidil Haram, lalu berkhutbah di depan mereka. Bertepatan dengan hari itu, paman Rasulullah saw, Hamzah bin Abdul Muthalib, masuk Islam. Tiga hari kemudian, Umar bin Khatthab menyusul masuk Islam.

Setelah khutbah dimulai, kaum kafir quraisy berdatangan dari empat penjuru dan langsung menyerang kaum muslimin. Meskipun Abu Bakar merupakan orang yang masih terpandang di mata masyarakat quraisy, dia pun tidak luput dari serangan dan keroyokan mereka, sehingga wajah, hidung, telinga dan sekujur tubuhnya penuh dengan darah segar, sampai tak sadarkan diri. Bahkan semua orang menyangkanya telah “koma”, hampir mati, dan pada sore harinya, dia sadar kembali. Sewaktu sadar, tampak sekali keimanannya yang begitu teguh dan kecintaannya kepada Rasulullah saw sangat mendalam, sehingga kalimat pertama yang diucapakannya adalah menanyakan keadaan beliau saw kepada Ummu Jamil, “Bagaimana keadaan Rasulullah saw?

Ummu Jamil memberi isyarat kepada Abu Bakar, agar jangan keras-keras menanyakan hal itu, biar tidak terdengar oleh ibunya, Salamah, yang masih kafir. Namun dia menegaskan, “Jangan khawatir dengan ibuku”.

Maka disampaikanlah kabar kepadanya, bahwa Rasulullah saw dalam keadaan selamat. “Benarkah Rasulullah saw betul-betul selamat! Sekarang beliau ada di mana?”, kata Abu Bakar seakan tidak percaya.

Sekarang beliau saw ada di rumah Arqam”, jawab Ummu Jamil.

Demi Allah. Aku tidak akan makan dan minum sebelum bertemu dengan Rasulullah saw”, katanya.



* * * * * *



Keimanan dan kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah saw tampak sekali sewaktu berhijrah. Sewaktu beliau saw memerintahkan kaum muslimin agar berhijrah, Abu Bakar segera menyiapkan perbekalan yang akan dibawa berhijrah bersama keluarganya. Dia memohon ijin beliau saw, namun beliau menyarankannya agar menangguhkan hijrahnya.

Jangan terburu-buru. Kemungkinan Allah swt akan menjadikan kamu sebagai teman dalam perjalanan hijrahku”, kata beliau saw.

Dengan jawaban itu, Abu Bakar faham dan tidak meragukan saran beliau saw. Mengenai kapan berangkatnya, beliau saw masih merahasiakan dan sambil menunggu perintah Allah swt. Setelah ada perintah, barulah beliau saw menghubunginya. Padahal saat itu sedang gawat-gawatnya situasi, dimana kaum pemuda kafir quraisy merencanakan pembunuhan terhadap diri beliau saw. Sesampainya di rumah Abu Bakar, beliau saw menyusun rencana perjalanan hijrahnya. Agar tidak diketahui musuh, maka Abu Bakar membagi tugas kepada putranya, Abudullah, ‘Aisyah, Asma’ dan pembantunya yang bernama Amir bin Fuhairah, agar bersama-sama ikut melindungi keselamatan Rasulullah saw. (Baca kisah Amir bin Fuhairah).

Selanjutnya Rasulullah saw dan Abu Bakar berangkat berhijrah pada malam itu, keluar dari pintu belakang rumah Abu Bakar menuju ke gua Tsur, arah selatan kota Makkah. Dalam perjalanan menuju ke gua ini, Abu Bakar terkadang berjalan di depan, di belakang, dan di kanan-kiri beliau saw. Lalu ditanyakan oleh beliau saw tentang sikapnya ini.

Wahai Rasulullah! Selagi aku ingat para pemuda quraisy yang selalu mengintaimu, aku berjalan di mukamu. Sewaktu ingat pencarian mereka, aku berjalan di belakangmu. Dan terkadang aku berjalan di kanan dan kirimu adalah untuk menjaga keamananmu”, jawab Abu Bakar.

Sesampainya di gua Tsur, Abu Bakar dan Rasulullah saw  kemudian tidur. Di tengah tidurnya, Abu Bakar terbangun dan merasakan bahwa beliau saw melakukan sesuatu, lalu ditanyakan, “Apa yang mengganggumu, wahai Rasulullah!”

Nampaknya ada lubang di situ yang tadi ambrol. Aku khawatir ada binatang yang keluar dari situ, lalu mengganggu aku dan kamu”, jawab beliau saw.

Abu Bakar segera menutup lubang tersebut dengan tumitnya. Sementara Rasulullah saw melanjutkan tidurnya. Beberapa saat kemudian, tumitnya digigit hewan di lubang itu. Ditahannya rasa sakitnya, agar tidak mengusik kenyenyakan tidur beliau saw. Namun akhirnya dia tidak kuat menahan sakit, sampai dia meneteskan air mata dan jatuh tepat di atas pipi beliau saw. Beliau pun kemudian terbangun dan langsung menanyakan apa yang sedang menimpanya. Namun Abu Bakar tidak menjelaskannya.

Semoga Allah swt merahmatimu. Kamu adalah sahabatku dan orang yang membenarkanku di saat orang-orang sama membohongiku. Kamu adalah penolongku di saat orang-orang sama membiarkanku. Kamu adalah orang yang beriman kepadaku di saat orang-orang sama membohongiku. Kamu menghiburku di saat aku sedang berduka. Tiada pemberian seseorang kepadaku yang dapat menyamai pemberianmu”, puji beliau saw.

Pada suatu hari, datang serombongan pemuda quraisy yang mencari-cari beliau saw dan sampailah mereka di mulut gua Tsur. Mereka mendapati sarang laba-laba yang menutupi mulut gua dan di sampingnya ada dua ekor burung merpati di sarangnya. Bahkan salah seorang diantara mereka berdiri tepat di atas sebuah lubang gua. Hati Abu Bakar benar-benar bergoncang. Dia tahan kuat-kuat napasnya dan didekapkan tubuhnya pada tubuh Rasulullah saw, sampai keringatnya keluar deras dan menangis, seraya menyerahkan jiwanya sepenuhnya kepada sl, karena sangat khawatir jika persembunyiannya diketahui oleh mereka.

Gerak-gerik kegelisahan Abu Bakar diketahui Rasulullah saw. Kemudian beliau saw berusaha menenangkannya seraya bersabda, “Jangan susah. Sesungguhnya Allah swt bersama kita”. Sehingga hati Abu Bakar menjadi tenang.

Mereka pergi meninggalkan gua sambil berkomentar, bahwa tidak mungkin ada orang didalam gua. Kemudian Rasulullah saw bersyukur kepada Allah swt dengan mengucapkan, “Allahu Akbar. Allah Maha Besar”.

Peristiwa ini semakin mempertebal dan menguatkan keimanan Abu Bakar. Karena Allah swt ternyata benar-benar melindunginya dan Rasulullah saw. Peristiwa ini lalu diabadikan Allah swt didalam Al-Qur’an surat at-Taubah[9] : 40.

                                                                



                                                                 * * * * *



Peristiwa Isra` dan Mi’raj.

Tersiarnya kabar tentang Isra` dan Mi’raj yang baru saja dialami Rasulullah saw benar-benar mengguncangkan keimanan sebagian kaum muslimin. Namun keimanan Abu Bakar justeru semakin dan kuat dan menakjubkan.

Pada saat itu Rasulullah saw bertemu dengan Abu Jahal. Beliau saw ditanya tentang berita apa yang sedang diterimanya. Beliau saw jawab, “Tadi malam aku ke Baitul Maqdis”.

Abu Jahal tentu saja sangat heran. Karena betapa cepatnya beliau saw sudah kembali ke Makkah pada hari itu juga. Dia menyuruh beliau saw menceritakan peristiwa tersebut kepada kaumnya, kaum kafir quraisy, yang kemudian disanggupi oleh beliau saw.

Maka dikumpulkanlah kaum kafir quraisy, lalu beliau saw menceritakan peristiwa isra`-mi’raj yang baru saja dialami kepada mereka, mulai dari awal perjalanannya menuju ke Baitul Maqdis di malam (isra`), terus naik ke Sidratul Muntaha (mi’raj), kemudian pulang kembali ke Makkah pada malam itu juga. Mereka semakin bingung dengan cerita tersebut dan menganggap aneh, bahkan ada yang menyimpulkan bahwa beliau saw benar-benar telah gila.

Mereka akhirnya menemui Abu Bakar untuk menceritakan apa yang baru saja mereka dengar itu. Ditanggapi oleh Abu Bakar, “Demi Allah. Bila Muhammad benar-benar telah berkata seperti itu, perkataannya itu tentu benar. Demi Allah. Sungguh, bila beliau saw membawa berita kepadaku tentang berita dari langit yang dibawa ke bumi pada suatu saat, baik malam maupun siang, aku tetap membenarkan perkataannya”.

Selanjutnya Abu Bakar menemui Rasulullah saw yang sedang berkumpul bersama mereka, dan bebrtanya : “Wahai Nabi Allah! Apakah engkau telah bercerita kepada kaum quraisy, bahwa engkau tadi malam ke Baitul Maqdis?”.

Betul”, jawab beliau saw.

Wahai Nabi Allah! Jelaskan ciri-ciri Baitul Maqdis kepadaku. Karena aku pernah ke sana”, tanya Abu Bakar.

Rasulullah saw segera menjelaskan ciri-cirinya, sejak dari jumlah pintu dan jendelanya, banyaknya tiangnya, bentuk bangunannya, sampai kepada ciri-cirinya yang terkecil. Setiap kali beliau saw menguraikan mamsing-masing ciri tersebut, Abu Bakar berkomentar: “Betul engkau. Aku bersaksi bahwa engkau adalah benar-benar Rasul utusan Allah”.

Setelah itu, Rasulullah saw bersabda kepada Abu Bakar, “Wahai Abu Bakar! Kamu adalah ash-Shiddiq, orang yang selalu membenarkan”.

Sejak saat itu, Abu Bakar berhak memakai gelar Ash-Shiddiq di belakang namanya dan berhak pula mendapatkan pujian Allah swt, sebagaimana yang diisyaratkan didalam firman-Nya :

وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS az-Zumar,[39] : 33).
* * * * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar