Sabtu, 06 Mei 2017

Abdullah as-Syarqawi - [7]



ABDULLAH AS-SYARQAWI
Abdullah bin Hijazi bin Ibrahim as-Syafi’i al-Azhari yang dikenal dengan sebutan as-Syarqawi, adalah seorang ulama besar pada masanya, pernah menjabat sebagai Rektor al-Azhar, ahli Nahwu, Fiqih, Sejarah, Hadits dan sebagian ilmu yang lain. Lahir di utara Thuwailiyah yang terletak di sebelah timur Balbis pada tahun 1150 H
Abdullah As-Syarqawi mula-mula melewati pendidikannya di kota Qarin (kota terdekat dari Bilbis) dengan belajar Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama.  Menginjak usia dewasa, ia berhasil menamatkan pendidikan tingkat dasar dan menengah, juga berkasil menghafal al-Qur’an. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke al-Azhar-Mesir.
Di al-Azhar,  Abdullah as-Syarqawi menimba ilmu kepada beberapa guru yang amat terkenal kealimannya, seperti Syihab al-Malawi dan Syihab al-Ajhuri, al-Hifni dan saudaranya Syekh Yusuf, Syekh ‘Athiyah al-Ajhuri, Syekh Muhammad al-Farisi, bahkan ia pernah mengaji kitab Muwattha’ kepada ulama yang cukup terkenal pada masa itu, yaitu Syekh Ali bin Arabi yang masyhur dengan sebutan as-Saqqath.
Dengan bimbingan al-Hifni sendiri, as-Syarqawi mulai menekuni dan menelusuri Thariqah Khalwatiyah. Tidak sia-sia kiranya usaha yang dilakukan oleh as-Syarqawi tersebut, tetapi pada saat as-Syarqawi hampir mencapai keberhasilannya, ia terkena goncangan jiwa yang menyebabkannya harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Dalam beberapa hari as-Syarqawi berhasil disembuhkan. Setelah sembuh, as-Syarqawi sangat bersyuku, lalu mulai tekun membaca dan mengaji kepada Syekh Muhammad al-Kurdi, sampai pada akhirnya ia berhasil menyandang gelar at-Taj dari al-Kurdi.
Setelah berhasil menyandang gelar at-Taj itu, as-Syarqawi mengajarkan ilmu-ilmu yang pernah ia tekuni selama ini kepada kaum muslimin dan para santri di beberapa tempat. Ketinggian ilmu dan kearifannya mengantarkan as-Syarqawi sebagai seorang figur terpandang. Bahkan sepeninggal sang guru, “Syekh al-Kurdi”, as-Syarqawi termasuk salah satu dari pengganti beliau dan semua murid al-Kurdi pindah kepada as-Syarqawi.
Perjalanan karir As-Syarqawi, pengarang Syarh Nazam Tahrir ini tidak hanya sampai di sini. Sebagai alumnus al-Azhar dan dengan kemampuan yang memadai, ia juga dipandang pantas untuk menjabat sebagai rektor al-Azhar. Terbukti sepeninggal Syekh al-‘Arusi –rektor al-Azhar sebelumnya–,  as-Syarqawi dikukuhkan sebagai rektor Universitas Al-Azhar yang bonafid ini. Dan pada tahun 1213 H, ketika tentara perancis berhasil menduduki Mesir, as-Syarqawi diangkat sebagai ketua pelaksana hukum perundang-undangan antar sesama muslim.
Dengan kesibukan yang tak kunjung selesai, ternyata asy-Syarqawi dapat menyisihkan sebagian waktunya untuk menuangkan pemikiran dalam bentuk karya tulis yang cukup banyak. Diantara kitab-kitab karangannya adalah Syarh al-‘Imrithi, Syarh Aqa’id al-Masyriqiyah, Mukhtashar al-Sama’il beserta syarah-nya, Syarh al-Hikam, Risalah Jam’ al-Jawami’, Mukhtashar Mughni al-Labib dan Syarh as-Syarqawi ‘ala al-Tahrir. 
Dari beberapa karangannya ini menunjukkan bahwa Abdullah asy-Syarqawi adalah seorang yang agung, disamping wawasan keilmuannya cukup luas dan tinggi. Namun pada tahun 1226 H hari Kamis 2 Syawal, As-Syarqawi pulang ke Rahmatullah memenuhi panggilan Ilahi Rabbi dan dikebumikan di komplek al-Azhar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar