ABDULLAH AS-SYARQAWI
Abdullah bin Hijazi bin Ibrahim
as-Syafi’i al-Azhari yang dikenal dengan sebutan as-Syarqawi, adalah seorang
ulama besar pada masanya, pernah menjabat sebagai Rektor al-Azhar, ahli Nahwu,
Fiqih, Sejarah, Hadits dan sebagian ilmu yang lain. Lahir di utara Thuwailiyah
yang terletak di sebelah timur Balbis pada tahun 1150 H
Abdullah As-Syarqawi mula-mula melewati
pendidikannya di kota Qarin (kota terdekat dari Bilbis) dengan belajar
Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama. Menginjak
usia dewasa, ia berhasil menamatkan pendidikan tingkat dasar dan menengah, juga
berkasil menghafal al-Qur’an. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke
al-Azhar-Mesir.
Di al-Azhar, Abdullah as-Syarqawi menimba ilmu kepada beberapa
guru yang amat terkenal kealimannya, seperti Syihab al-Malawi dan Syihab
al-Ajhuri, al-Hifni dan saudaranya Syekh Yusuf, Syekh ‘Athiyah al-Ajhuri, Syekh
Muhammad al-Farisi, bahkan ia pernah mengaji kitab Muwattha’ kepada ulama yang
cukup terkenal pada masa itu, yaitu Syekh Ali bin Arabi yang masyhur dengan
sebutan as-Saqqath.
Dengan bimbingan al-Hifni sendiri,
as-Syarqawi mulai menekuni dan menelusuri Thariqah Khalwatiyah. Tidak
sia-sia kiranya usaha yang dilakukan oleh as-Syarqawi tersebut, tetapi pada
saat as-Syarqawi hampir mencapai keberhasilannya, ia terkena goncangan jiwa
yang menyebabkannya harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Dalam beberapa hari
as-Syarqawi berhasil disembuhkan. Setelah sembuh, as-Syarqawi sangat bersyuku,
lalu mulai tekun membaca dan mengaji kepada Syekh Muhammad al-Kurdi, sampai
pada akhirnya ia berhasil menyandang gelar at-Taj dari al-Kurdi.
Setelah berhasil menyandang gelar at-Taj
itu, as-Syarqawi mengajarkan ilmu-ilmu yang pernah ia tekuni selama ini kepada
kaum muslimin dan para santri di beberapa tempat. Ketinggian ilmu dan
kearifannya mengantarkan as-Syarqawi sebagai seorang figur terpandang. Bahkan
sepeninggal sang guru, “Syekh al-Kurdi”, as-Syarqawi termasuk salah satu dari
pengganti beliau dan semua murid al-Kurdi pindah kepada as-Syarqawi.
Perjalanan karir As-Syarqawi, pengarang Syarh
Nazam Tahrir ini tidak hanya sampai di sini. Sebagai alumnus al-Azhar dan
dengan kemampuan yang memadai, ia juga dipandang pantas untuk menjabat sebagai
rektor al-Azhar. Terbukti sepeninggal Syekh al-‘Arusi –rektor al-Azhar
sebelumnya–, as-Syarqawi dikukuhkan
sebagai rektor Universitas Al-Azhar yang bonafid ini. Dan pada tahun 1213 H,
ketika tentara perancis berhasil menduduki Mesir, as-Syarqawi diangkat sebagai
ketua pelaksana hukum perundang-undangan antar sesama muslim.
Dengan kesibukan yang tak kunjung
selesai, ternyata asy-Syarqawi dapat menyisihkan sebagian waktunya untuk
menuangkan pemikiran dalam bentuk karya tulis yang cukup banyak. Diantara
kitab-kitab karangannya adalah Syarh al-‘Imrithi, Syarh Aqa’id
al-Masyriqiyah, Mukhtashar al-Sama’il beserta syarah-nya, Syarh
al-Hikam, Risalah Jam’ al-Jawami’, Mukhtashar Mughni al-Labib dan Syarh
as-Syarqawi ‘ala al-Tahrir.
Dari beberapa
karangannya ini menunjukkan bahwa Abdullah asy-Syarqawi adalah seorang yang
agung, disamping wawasan keilmuannya cukup luas dan tinggi. Namun pada tahun
1226 H hari Kamis 2 Syawal, As-Syarqawi pulang ke Rahmatullah memenuhi
panggilan Ilahi Rabbi dan dikebumikan di komplek al-Azhar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar