Sabtu, 06 Mei 2017

Abdullah bin Al Mubarak - [9]





Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al-Marwazi Abu Abdurrahman lahir pada tahun 118 H/ 736 M. Ayahnya seorang berbangsa Turki dan ibunya seorang berbangsa Persia. Ia adalah seorang ahli hadits yang tekemuka dan seorang pertapa termasyhur.
Abdullah bin Mubarak belajar di bawah bimbingan beberapa orang guru, baik yang berada di Merv maupun di tempat-tempat lainnya. Dan ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, diantaranya gramatika dan kesusastraan. Ia dikenal sebagai seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Euphrat pada tahun 181 H/ 797 M. Banyak karya-karyanya mengenai Hadits, salah satu diantaranya dengan tema pertapaan masih dapat dijumpai hingga sekarang ini.
Pada zamannya, Abdullah al-Mubarak terkenal sebagai seorang ulama sufi yang terkemuka. Ia terjun kedalam bidang Tasawuf bermula dari kerinduannya yang terus menerus kepada seorang gadis dan membuatnya dalam kegundahan. Suatu malam di musim dingin, ia berdiri di bawah jendela kamar kekasihnya sampai pagi hari hanya karena ingin melihat kekasihnya itu, walau untuk sekilas saja. Salju turun sepanjang malam itu. Ketika adzan Shubuh terdengar, ia masih mengira bahwa itu adzan untuk shalat Isya. Sewaktu fajar menyingsing, barulah ia sadar betapa ia sedemikian terlena dalam merindukan kekasihnya itu.
“Wahai putera Mubarak yang tak tahu malu!”, katanya kepada dirinya sendiri, “Di malam yang indah seperti ini engkau dapat tegak terpaku sampai pagi sekedar menuruti hasrat pribadimu. Namun, jika ada seorang imam shalat yang membaca surah cukup panjang engkau menjadi sangat gelisah”.
Sejak saat itu, hati Abdullah al-Mubarok gundah, kemudian bertaubat dan menyibukkan diri hanya dengan beribadah. Sedemikian sempurna kebaktiannya kepada Allah, sehingga pada suatu hari, ketika ibunya memasuki kamannya, ia terkejut menyaksikan anaknya tertidur di bawah rumpun mawar, sementara seekor ular dengan bunga narkisus di mulutnya mengusir lalat yang hendak mengusiknya.
Setelah bertaubat itu, Abdullah al-Mubarak meninggalkan kota Merv untuk beberapa lama dan menetap di Baghdad. Di kota inilah, ia bergaul dengan tokoh-tokoh sufi. Dari Baghdad ia pergi ke Makkah kemudian ke Merv. Penduduk Merv menyambut kedatangannya dengan antusias. Mereka segera mengorganisir kelas-kelas dan kelompok-kelompok studi. Pada masa itu sebagian penduduknya beraliran Sunnah dan sebagian lagi beraliran fiqh. Abdullah adalah seorang tokoh yang mempunyai hubungan baik dengan kedua aliran tersebut dan masing-masing aliran itu mengakuinya sebagai kelompoknya. Di kota Merv, Abdullah mendirikan dua buah sekolah tinggi, yang satu untuk golongan Sunnah dan satu lagi untuk golongan Fiqh. Kemudian ia berangkat ke Hijaz dan untuk kedua kalinya menetap di Mekkah.
Di kota Makkah ini, Abdullah bin al-Mubarak mengisi tahun-tahun kehidupannya secara berselang-seling. Tahun pertama ia menunaikan ibadah haji  dan pada tahun kedua ia pergi berperang, tahun ketiga ia berdagang. Keuntungan dari perdagangannya itu dibagikannya kepada para pengikutnya. Ia biasa membagi-bagikan kurma kepada orang-orang miskin, kemudian menghitung biji buah kurma yang mereka makan, dan memberikan hadiah satu dirham untuk setiap biji kepada siapa di antara mereka yang paling banyak makannya. 
Abdullah al-Mubarak meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi sungai Eufrat pada tahun 181 H/797 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar