Pemuda Yang Berbakti Kepada
Ibunya;
tidak terkenal di bumi tapi sangat terkenal di
langit.
PROFIL UWAIS AL- QARNI
Pada zaman Nabi Muhammad SAW,
ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang,
berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada
selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan
kirinya, ahli membaca Al-Qur'an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah
kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada
orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat
terkenal di langit.
Uwais Al Qarni adalah seorang
sufi yang lahir disebuah desa terpencil bernama Qaran di dekat Nejed, anak dari
Amir, sehingga dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir Al Qairani, karena
beliau lahir dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di
kenal dengan sebutan Uwais Al Qarni. Dan para ahli sejarah tidak menceritakan
tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan.
Dikalangan para sufi beliau
dikenal sebagai seorang yang ta'at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan
kehiduapannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal
sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang
dilimpahkan Allah SWT kepadanya
Pemuda dari Yaman ini telah
lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua
renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi
kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang
diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu,
bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin
dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai
penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi
kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di
malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk
Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah
mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak
ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang
terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam
datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais
selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk
Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara
langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan
cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais
setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah
"bertamu dan bertemu" dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang
ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang
kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal
yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang
jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.
Di ceritakan ketika terjadi
Pertempuran Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena
dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia
segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai
bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.
Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat
hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan
bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah
beliau dari dekat?
Tapi, bukankah ia mempunyai
ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri,
hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan
memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di
Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar
permohonan anaknya.
Beliau memaklumi perasaan
Uwais, dan berkata, "Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan
bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang". Dengan rasa gembira
ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan
ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya
selama ia pergi.
WAFATNYA UWAIS AL-QARNI
Walaupun Uwais setiap hari
selalu menyendiri dan tidak pernah berkumpul dengan orang lain, namun pada
saat-saat tertentu seperti ketika ada panggilan jihad untuk membela dan
mempertahankan agama Allah SWT, maka beliau ikut terpanggil bersama orang Islam
lainnya untuk berperang membela kebenaran.
Ketika terjadi perang shiffin
antara golongan Ali melawan golongan Muawiyah, Uwais berada pada golongannya
Ali bin Abi Thalib. Ketika orang-orang Islam membebaskan daerah romawi, beliau
ikut barisan tentara Islam, dan ketika kembali ditengah perjalanan beliau
terserang penyakit dan meninggal pada tahun 39 H.
Beberapa waktu kemudian,
tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah.
Anehnya, pada saat dia akan
dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan
ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.
Demikian pula ketika orang
pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang
menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan,
luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Dan Syeikh Abdullah bin
Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku
pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak
terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang
pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina
Umar r.a.)
Meninggalnya Uwais al-Qorni
telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat
mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak
dihiraukan orang.
Sejak ia dimandikan sampai
ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada
orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota
Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya
engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang
fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala
domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk
Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.
Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para
malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais
al-Qorni" ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Uwais_al-Qarny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar