Syekh Abdul Wahab Rakan bin Abdul Manaf
bin Muhammad Yasin bin Maulana Tuanku Haji Abdullah Tambusai al-Khalidi
an-Naqsabandi yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru Babus-Salam adalah seorang
ulama terkemuka, penyebar agama dan tharikat Naqsabandiyah di Sumatra dan
Malaysia. Ia lahir di Rakan Riau pada tahun 1811 M. Nama kecilnya Abul Qasim.
Setelah menuntut pengetahuan agama di
daerahnya dan di beberapa daerah, sampai akhirnya ia mendapat gelar Faqih
Muhammad (ahli dalam ilmu Fiqh). Nama Syeikh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi
an-Naqsyabandi merupakan gelar yang diperoleh sewaktu belajar ilmu Tharikat di
Makkah.
Ayahnya, Abdul Manaf, menyerahkan Abdul
Wahab kepada seorang ulama besar untuk
mondok dan belajar membaca Al-Qur’an sampai khatam. Setelah ayahnya wafat, ia
melanjutkan pelajaran kepada Tuan H. Abd Halim Tambusai dan Tuan H.M. Saleh
Tambusai, dua orang guru yang terkanal pada masa itu, yang mengajarkan
kitab-kitab agama dalam bahasa Arab. Dari kedua guru inilah, ia mendapat gelar faqih
Muhammad. Pada tahun 1277 H/ 1861 M, Ia berlayar ke Malaysia dengan maksud
menambah ilmu. Di sana, ia belajar sambil berusaha di bidang perniagaan. Ia
berdiam di Sungai Ujung (Simunjung) Negeri Sembilan Malaysia. Di.sana, ia
belajar kepada Syekh H.M. Yusuf asal Minangkabau. Tuan Syekh Yusuf ini belakangan
menjadi Mufti di Langkat dan lebih dikenal dengan panggilan “Tuk Ongku”. Dua
tahun kemudian yaitu pada tahun 1279 H/ 1863 M, ia meninggalkan Malaysia
berangkat menuju tanah suci Makkah untuk
menunaikan ibadah haji dan memperdalam pengetahuan agamanya.
Selama di Makkah, Abdul Wahab belajar
kepada Sayid Syarif Dahlan, seorang mufti Syafi’i, dan kepada Syekh Hasbullah
dan guru-guru asal Indonesia seperti Syekh M. Yunus bin Abdurrahman Batubara,
Syekh Sulaiman Zuhdi yang mengajarkan ilmu Tarekat Naqsyabandi dan memimpin
ibadah Suluk di Jabal Abi Qubais. Gurunya, Syekh Sulaiman Zuhdi, memberikan
Ijazah dan gelar kepadanya, Syekh Abd.
Wahab Rokan al-Jawi al-Khalidi an-Naqsyabandi., kemudian memerintahkannya untuk
kembali ke tanah airnya untuk menyebarkan Tarekat an-Naqsyabandiyah
al-Khalidiyah.
Sekembalinya dari Makkah (tahun 1285 H/
1869 M), Syekh Abd. Wahab membangun sebuah perkampungan di wilayah Kubu dan
menamainya dengan kampung Masjid (Tanjung Masjid). Dari daerah ini, ia
menyebarkan Tareqat Naqsyabandi ke daerah-daerah sekitarnya seperti ke
negeri-negeri Kuala, Bilah, Panai, Kota Pinang, Dumai, Bengkalis dan Sungai
Ujung (Malaysia). Dari negeri-negeri ini kemudian muncul banyak faqih
dan khalifah yang meneruskan penyebaran Tareqat Naqsyabandi. Misi dan dakwah
Islam dikirim ke daerah-daerah yang sebagian penduduknya bukan beragama Islam,
seperti ke sekitar Sipirok dan Gunung Tua di Tapanuli Selatan. Pada tahun 1290
H/ 1874 M, Syekh Abd. Wahab Rokan pindah ke Dumai serta membangun perkampungan
yang dinamakan Kampung Masjid (Kampung Sungai Masjid). Dari sini pengaruhnya
bertambah luas, dari Rokan menelusur pantai Timur Selatan ke Utara, sampai ke
Kuala, kemudian meluas sampai ke tanah Langkat. Tidak berapa lama Syekh Abd.
Wahab pindah ke tempat kelahirannya yaitu Rantau Binuang Sakti.
Di Rantau Binuang Sakti, Syekh Abd.
Wahab bersama masyarakat mendirikan Lembaga
Pendidikan yang langsung diketuainya. Pada tahun 1292 H/ 1876 M, ia
pindah ke negeri Kuala di Sumatra Timur. Di sana ia membangun sebuah perkampungan
yang disebut Kampung Masjid (sekarang menjadi Ibukota Kecamatan Kualah Hilir).
Pada tahun 1294 H/ 1879 M, Syekh Abd. Wahab Rokan pindah ke Gebang di Tanah
Langkat, bersama 150 orang laki-laki dan perempuan, terdiri dari keluarga dan
murid-murid beliau. Pada tahun 1300 H/ 1883 M dengan rombongan 160 orang pindah
lagi ke Babussalam sebagai perkampungan dan pusat pengembangan Tareqat
Naqsyabandi. Pada tahun 1332 H/ 1913 M, Syekh Abd. Wahab mengutus putranya,
Faqih Tambah, ke Betawi, Jakarta sekarang ini, untuk mengadakan hubungan dengan
pimpinan PSII, HOS. Cokroaminoto, Raden Gunawan dan lain-lain. Beliau mengirim
bantuan sebanyak 500 Ringgit dan sekembalinya utusan tersebut, Syarikat Islam
didirikan pula di Babus Salam. Pada tahun 1324 H 11 Jumadil Akhir (18 Januari
1924 M) Syekh Abd. Wahab mendapat bintang kehormatan dari Kerajaan Belanda yang
diserahkan langsung oleh President Van Aken. Pada tanggal 21 Jumadil Awal 1345
H/ 27 Desember 1926 M, Syekh Abd. Wahab Rokan wafat dan dimakamkan di Babus
Salam. Makamnya sampai sekarang banyak diziarahi oleh peziarah dari berbagai
daerah di Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Demikianlah kiprah
Syekh Abd. Wahab Rokan yang sebagian besar usianya digunakan untuk menyiarkan
agama, membangun desa (perkampungan), mendirikan rumah-rumah ibadah, rumah
suluk, tempat perguruan dan sebagainya. Murid dan khalifah-khlaifahnya tersebar
luas terutama di Sumatra, Malaysia dan Siam (Thailand). Ajarannya terutama
mengenai Tareqat an-Naqsyabandi dan kini dilanjutkan oleh para keturunan, khalifah
dan murid-muridnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar